Rumor pemecatan Frank de Boer akhirnya menjadi kenyataan. Pada Selasa (1/11) petang WIB, De Boer resmi dipecat oleh Internazionale meski baru menduduki kursi pelatih selama 84 hari. Penampilan tidak memuaskan Inter di semua ajang musim ini membuat manajemen mengambil keputusan tersebut. Di awal musim ini, De Boer hanya mampu memberikan 5 kemenangan dalam 14 pertandingan di semua ajang untuk Nerazzurri.
Pemecatan De Boer membawa berkah bagi pelatih tim primavera Inter, Stefano Vecchi. Disebut dalam pernyataan resmi sehubungan dengan pemecatan De Boer, Vecchi ditunjuk untuk menangani tim senior dalam laga melawan Southampton di Liga Europa, Jum’at (4/11) dini hari WIB.
Keputusan Inter untuk menunjuk Vecchi pun menimbulkan banyak pertanyaan. Akan sampai kapan Vecchi menangani Inter? Hingga laga melawan Southampton saja atau sampai akhir musim 2016/17 ini?
Terkait dengan hal tersebut, muncul rumor-rumor mengenai pelatih baru yang akan ditunjuk menangani Inter, diantaranya adalah Stefano Pioli, Leonardo Araujo, Andre Villas-Boas, hingga Diego Simeone.
Nama Stefano Pioli lantas menjadi perhatian. Dibandingkan keempatnya, Pioli bukanlah sosok yang mentereng. Karier kepelatihannya bahkan belum pernah menyentuh luar Italia. Namun pertanyaannya, apa alasan nama Pioli masuk ke daftar? Apakah Inter tidak lebih mendatangkan pelatih dengan nama besar?
Melihat catatan karier kepelatihannya, ada dua hal yang tampaknya mendasari Pioli masuk ke daftar ini. Pertama, memperbaiki catatan memasukkan Inter yang tak bagus-bagus sekali. Kedua, Pioli cukup piawai mengatasi pemain muda. Dan dua hal ini yang tampaknya mendasari beberapa media Italia untuk menyebutkan nama Pioli di garis depan calon pelatih Inter.
Soal catatan pertama, Pioli memang cukup dikenal sebagai pelatih yang berani merevolusi taktik menyerang timnya. Meski ia sempat beberapa kali dipecat karena memperoleh prestasi buruk, namun bukan berarti Pioli tidak cukup pandai menangani tim.
Jika ingin bukti, tengok gaya bermain Bologna di musim 2011/12 serta Lazio di musim 2014/15 hingga 2015/16 ketika kedua kesebelasan sama-sama ditangani oleh Pioli. Kedua kesebelasan memang tak benar-benar tampil sempurna, namun permainan kedua kesebelasan cukup dapat diapresiasi.
Bologna menjadi contoh pertama. Kendati skuat yang ia miliki saat itu tak bagus-bagus amat, namun ia mampu membuat tim asal Emilia-Romagna tersebut cukup menjanjikan di lini depan. Perubahan gaya bermain dari Pierpaolo Bisoli mampu ia ubah secara ekstrem untuk menjadi lebih menakutkan.
Formasi 4-3-1-2 yang digunakan oleh Bisoli mampu ia ubah dengan formasi 3-4-2-1 meski pun musim tengah berjalan. Perubahan tersebut bukan hanya melambungkan kembali nama penyerang gaek Marco Di Vaio ke jajaran penyerang top, tapi juga membuat Bologna mencapai catatan tidak pernah terkalahkan dalam tujuh pertandingan Serie A.
Pondasi bagus yang ditanam oleh Pioli juga berlaku untuk Lazio di musim 2014/15. Meski ia tak lagi mengusung formasi dengan tiga bek seperti di Genoa, namun di musim tersebut ia mampu lagi-lagi memberikan warna baru untuk lini depan Lazio.
Miroslav Klose yang termasuk ke dalam deretan penyerang uzur mampu ia panaskan kembali. Total 13 gol di Serie A berhasil ia catatkan di musim tersebut. Catatan menyerang Klose diikuti oleh pemain lain, seperti Marco Parolo, Antonio Candreva, dan Felipe Anderson yang juga mencetak gol dengan dua digit.
Tidak heran, torehan gol Lazio di akhir musim tersebut, mereka mampu membuat 71 gol di Serie A, yang juga merupakan catatan mencetak gol terbanyak mereka dalam 10 tahun terakhir. Dengan jumlah tersebut, Lazio juga mampu terdongkrak ke posisi ketiga klasemen akhir Serie A.
Hal kedua yang bisa didapatkan dari Pioli adalah tangan dinginnya meracik pemain muda. Banyak contoh pemain muda yang hasil kerja keras Pioli, baik ketika ia berada di Lazio, Bologna, Palermo, dan Chievo.
Salah satu bek tengah Inter saat ini, Marco Andreolli adalah bekas didikan Nerazzurri yang berkembang di tangan Pioli. Prestasi Pioli dalam mengembangkan pemain muda menurun di Palermo karena waktu melatih yang ia miliki di kesebelasan yang dimiliki oleh Maurizio Zamparini ini tidak cukup panjang.
Kekuatan Pioli akhirnya tumbuh lagi di musim 2011/12 bersama Bologna. Seiring kebijakan Bologna yang memberikan kesempatan bagi pemain muda, banyak pemain unjuk gigi di tangan Pioli. Nama-nama seperti Gaston Ramirez, Saphir Taider, dan Manolo Gabbiadini mampu muncul ke permukaan setelah mendapatkan kesempatan bermain dari Pioli.
Meski memiliki kelebihan, Pioli tetaplah pribadi yang juga memiliki kekurangan. Calciomercato menyebut Pioli bukan pelatih yang mampu konsisten menjaga penampilan sebuah kesebelasan. Ada saat di mana ia gagal menunjukkan penampilan terbaik meski dalam kondisi yang menguntungkan.
Calciomercato menambahkan bahwa hal ini kerap terjadi di musim kedua Pioli menangani sebuah kesebelasan. Studi kasus yang dialami oleh Bologna dan Lazio bisa menjadi contohnya. Pioli kerap tidak menganalisa kelemahan kesebelasannya di musim kedua padahal dalam musim kedua ia menangani sebuah tim minim perubahan yang terjadi.
Keputusan manajemen Inter untuk memutuskan siapa pelatih mereka selanjutnya memang belum ada. Yang jelas, jika Pioli dipilih, pendukung Inter harus sering-sering berdoa: semoga Inter tidak semakin jatuh.
Komentar