Joe Allen menjadi pemain penting ketika mengantarkan Wales sebagai pemimpin Grup B Piala Eropa 2016, bahkan mengantarnya sampai semifinal. Tapi kontribusinya itu tetap tidak dilihat baik oleh Liverpool. Kesebelasan itu justru menjualnya ke Stoke City dengan harga 13,5 juta paun. Padahal Allen berharap kembali ke Swansea City yang membesarkan namanya. Tapi tawaran 8 juta paun ditolak Liverpool sehingga Allen pun melakukan tes medis di Stoke.
Kendati demikian, Allen merasakan aroma surgawi lagi bersama Stoke. Di sisi lain, berbagai reaksi dari upaya penjualan Allen oleh Liverpool dibilang konyol. Hal itu karena tidak lepas dari penampilan gemilangnya selama Piala Eropa 2016. Banyak asumsi mengatakan supaya Allen dipertahankan. Ia dianggap masih layak diberikan kesempatan lebih banyak ketimbang musim lalu yang cuma bermain 19 kali.
Jurgen Klopp selaku manajer Liverpool lebih sering memainkan Emre Can atau Lucas Leiva sebagai holding midfielder. Padahal dari mereka berdua, Allen memiliki akurasi operan sebesar 83,9%. Tapi itu masih belum cukup untuknya mengamankan tempat di kesebelasan besutan Klopp. Klopp justru mendatangkan Georginio Wijnaldum dan Marko Grujic pada bursa transfer musim panas lalu.
Kedatangan dua pemain itu semakin menyulitkan Allen menjadi pemain reguler. Sampai pada akhirnya titik di mana ia harus pergi dari Liverpool telah datang. Setelah ia sadari kesebelasan itu tidak baik baginya selama empat musim ke belakang. Allen pun tidak merasa sulit meninggalkan Liverpool pada bursa transfer musim panas lalu.
Sebelumnya, ia memang sempat terkesan ketika Klopp mulai menangani Liverpool. Allen mengira gaya permainannya akan cocok dengan mantan pelatih Borussia Dortmund tersebut. Tapi nyatanya Klopp justru dirasa tidak adil kepadanya di sepanjang musim lalu. Allen justru lebih sering duduk di bangku cadangan dan melahirkan kekecewaan. Ia cuma dimainkan ketika stok lini tengah mendapatkan cedera atau hukuman kartu.
Sampai saat ini pun Allen masih tidak mengerti mengapa kesebelasan berjuluk The Reds itu menjualnya. Bahkan ia lebih menyayangi Swansea sebagai mantan kesebelasannya dibandingkan Liverpool, "Saya pikir kekecewaan terbesar adalah, mungkin ketika ia (Klopp) datang untuk pertama kalinya sebagai manajer. Dia cukup jelas bahwa saya bukan bagian dari rencananya musim lalu dan kadang-kadang sangat sulit bagi saya," imbuhnya seperti dikutip BBC.
Ia pindah dari Liverpool karena ingin mendapatkan kesempatan bermain. Apalagi keputusannya memilih Stoke karena dimanajeri Mark Hughes yang berkewarganegaraan sama dengannya. Bersama Hughes, mungkin komunikasi bisa terjalin lebih baik. Selain soal Hughes, Allen menyukai komposisi skuat Stoke saat ini.
Dua asis kepada Bony ketika mengalahkan Swansea pun adalah bukti kekompakan mereka, "Saya bisa melihat kualitas pemain mereka (Stoke) dan jenis permainan yang mengidentifikasi untuk dicoba. Dan saya benar-benar melihat ke depan untuk mendapatkan tempat di sini dan berhubungan dengan para pemain. Saya pikir ini adalah tim yang mampu melakukan hal yang benar-benar baik," tutur Allen seperti dikutip dari Mirror.
Sebelumnya, Allen lebih produktif dari sekadar asis. Ia sudah mengoleksi empat gol dari 10 pertandingannya di Liga Primer Inggris 2016/2017. Produktivitasnya itu disebut-sebut sabagai mesin gol baru Stoke, "Kami sudah senang dengan apa yang ia hasilkan. Dia tidak hanya pemain yang sangat bagus secara teknis, pemain yang cerdas. Dia menambah gol yang merupakan bonusnya karena kita tidak menduga itu," Hughes ESPN FC.
Peran Baru Joe Allen Sebagai Gelandang Serang
Peningkatan Allen itu tidak lepas dari keputusan Hughes yang memainkannya sebagai gelandang serang. Selama di Liverpool, Allen lebih diinstruksikan sebagai gelandang bertahan dengan fungsi holding midfielder, deep-lying playmaker, atau terus-terusan bertahan. Sekarang, ia lebih sering berkeliaran di area kotak penalti lawan. Atas peran yang didapatkannya itu, Allen merasa berterima kasih kepada Hughes.
Sebab Hughes selalu memberitahu apa yang harus dilakukan di dalam kotak penalti dan mencoba membuat gol di sana. Allen pun mengaku belum pernah menjalani posisi gelandang serang bersama mantan-mantan kesebelasannya. Tapi yang jelas, ia menyukai kebebasannya di lapangan dan memiliki rasa percaya diri di depan gawang lawan.
"Itu akan terlihat. Beberapa pertandingan dan kita akan melihat jika saya bisa mendapatkan level yang konsisten. Saya sendiri masih bingung apa posisi terbaik saya," ujar Allen seperti dikutip dari Daily Mail.
Jika dibandingkan dengan 19 penampilan musim lalu, Allen cuma mencetak dua gol dari 12 percobaan tendangannya. Sementara pada musim ini ia melepaskan 14 percobaan tendangan dan menghasilkan empat gol dari 10 laganya. Kemungkinan untuk mencetak gol pun masih besar karena musim ini masih tersisa sekitar tujuh bulan lagi.
Saat ini Allen sedang menikmati apa yang terbaik dari keputusannya. Yaitu menikmati menjadi pemain utama Stoke. Menjadi pembelian yang lebih efektif ketimbang Paul Pogba dan Zlatan Ibrahimovic di Manchester United. Sebab sejauh ini, kombinasi dua pemain tersebut cuma menghasilkan lima gol tanpa asis. Sementara Allen sendiri sudah mencetak empat gol (terbanyak di Stoke) dan dua asis (terbanyak di Stoke).
Dalam 5 pertandingan terakhir di Liga Primer, Allen menunjukkan kualitas dan penaruhnya bagi kesebelasan berjuluk The Potters tersebut dengan berhasil mencatatkan 11 tembakan (terbanyak di Stoke bersama Bony), dengan 10 di antaranya adalah tembakan di dalam kotak penalti (terbanyak), 8 di antaranya on target (terbanyak), 20 sentuhan di dalam kotak penalti (kedua terbanyak di bawah Marko Arnautovic), 8 peluang (ketiga terbanyak), dan 59 umpan sukses di sepertiga lapangan akhir (terbanyak).
Melihat statistik di atas, ditambah potensinya sebagai gelandang serang, para manajer FPL juga sepertinya harus mulai memantau pemain yang harganya £5.2 ini. Harganya ini memang sempat turun dari £5.0 ke £4.8, tapi kemudian naik empat kali sejak Stoke tidak terkalahkan sampai hari ini.
Pemain 26 tahun itu tidak hanya mendapatkan sesuatu yang terbaik saat ini. Ia juga berpeluang mendapatkan penghargaan pemain terbaik Liga Primer Inggris Bulan Oktober 2016. Saingannya adalah Eden Hazard dari Chelsea dan Theo Walcott dari Arsenal. Allen pun sudah masuk ke dalam 20 pemain terbaik Oktober 2016 versi media Telegraph. Kehadirannya mengingatkan perkataan Hughes. Bahwa pemain yang baik itu bisa dimainkan di posisi mana pun.
Komentar