Oleh: Azhar Kharisma Muhammad
Indonesia akan mengikuti ajang turnamen internasional pertamanya pasca sanksi FIFA 2015 lalu dengan berlaga dalam ajang Piala AFF 2016. Piala AFF 2016 akan menjadi edisi ke-11 sepanjang penyelenggaraannya. Kejuaraan yang akan diikuti oleh delapan kesebelasan ini akan diselenggarakan oleh dua negara sebagai tuan rumah, yaitu Myanmar dan Filipina pada tanggal 19 November sampai 17 Desember 2016 mendatang.
Indonesia akan berada di grup A bersama tuan rumah Filipina, serta bersama Singapura dan Thailand, dua negara peraih gelar terbanyak Piala AFF yang jika dijumlahkan total trofinya di ajang ini yaitu sebanyak delapan trofi atau 80% dari total trofi yang di perebutkan selama ini. Mampukah Indonesia lolos dari grup maut ini?
Selama keikutsertaan Indonesia dalam ajang ini, Indonesia adalah peraih gelar runner-up terbanyak. Total dalam ajang ini Indonesia menjadi runner-up sebanyak empat kali. Prestasi ini Indonesia torehkan dalam ajang Piala AFF 2000, Piala AFF 2002 (dalam dua gelaran tersebut Indonesia dikalahkan Thailand pada babak final), Piala AFF 2004 (dikalahkan Singapura), dan Piala AFF 2010 (dikalahkan Malaysia). Berikut ini kilas balik Indonesia ketika menjadi runner up pada Piala AFF 2000, 2002, 2004, dan 2010.
Piala AFF 2000
Gelaran Piala AFF edisi ketiga yang bergulir pada 2000 ini mempersembahkan prestasi tertinggi pertama bagi Indonesia dalam partisipasi di turnamen antar negara ASEAN tersebut. Saat itu, skuat Garuda keluar sebagai runner-up, sementara tuan rumah Thailand sukses menjadi juara sejaligus merengkuh gelar Piala AFF kedua mereka (ketika itu masih bernama Piala Tiger).
Dalam turnamen ini, format babak kualifikasi kembali ditiadakan setelah sebelumnya saat edisi 1998 yang berlangsung di Vietnam format ini pertama kali diperkenalkan. Sembilan tim langsung ambil bagian, hanya Brunei yang absen lantaran kebijakan mereka enggan berpartisipasi di turnamen yang disponsori perusahaan minuman beralkohol.
Memulai perjalanan di Grup A, Indonesia yang diwakili generasi Aji Santoso, Kurniawan Dwi Yulianto dan Uston Nawawi mampu tampil baik dengan membukukan kemenangan telak di dua pertandingan atas Filipina (3-0) dan Myanmar (5-0). Langkah sedikit terhambat ketika takluk 4-1 dari Thailand dalam babak grup.
Hasil itu membuat pasukan arahan Nandar Iskandar berhak melenggang ke babak semi-final usai menduduki tempat kedua di penyisihan grup dan bertemu dengan Vietnam, yang tampil sebagai pemuncak Grup B.
Menghadapi Vietnam di fase empat besar yang saat itu tengah menata diri sebagai salah satu kekuatan baru, Indonesia harus berjuang melalui perpanjangan waktu untuk menaklukkan skuat negeri Paman Ho tersebut. Kejar-kejaran gol pun terjadi. Gendut Doni sempat membawa Indonesia unggul di menit ke-39 sebelum disamakan Nguyen Hong Song di akhir babak pertama.
Begitu pula dengan usaha Matheus Nurdiantara yang mengembalikan keunggulan Indonesia pada menit ke-75, mampu disamakan oleh Vu Cong Tuyen tepat di penghujung babak kedua. Partai ini pun harus ditentukan dengan gol kedua Gendut Doni yang terjadi di menit ke-120 untuk menyudahi perlawanan sengit Vietnam.
Memasuki babak pamungkas, optimisme membumbung tinggi di seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk dapat menyaksikan kesebelasan kebanggaan mereka tampil sebagai juara pertama kalinya di ajang ini.
Namun sayangnya keunggulan mental bertanding yang dimiliki Thailand sebagai lawan di partai final tak mampu untuk diimbangi pasukan Merah Putih yang kembali menelan kekalahan dengan skor identik seperti pada babak grup, yaitu 4-1.
Pada turnamen ini pemain timnas Indonesia Gendut Doni berhasil menjadi pencetak gol terbanyak bersama dengan Woorawoot Srimaka, pemain timnas Thailand, dengan torehan masing-masing lima gol.
Piala AFF 2002
Indonesia akhirnya berkesempatan menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya pada edisi 2002 ini. Meski tampil di negeri sendiri, namun bukan berarti perjalanan Indonesia mulus. Di babak penyisihan, Tim Garuda hanya menempati posisi runner-up setelah kalah bersaing dengan Vietnam. Indonesia lolos dari fase grup setelah menghancurkan Filipina dengan skor 13-1. Skor kemenangan terbesar yang diraih Indonesia di ajang internasional sampai saat ini.
Indonesia bertarung di semifinal dengan mengalahkan Malaysia 1-0 lewat gol Bambang Pamungkas. Sayang, di partai final yang dihelat di Gelora Bung Karno, Tim Merah Putih harus menyerah secara tragis dari Thailand lewat adu penalti setelah sebelumnya bermain imbang 2-2 di babak normal sampai perpanjangan waktu.
Dua eksekutor penalti Indonesia ketika itu, Firmansyah dan Bejo Sugiantoro gagal menunaikan tugasnya. Gelar hiburan Indonesia hanyalah Bambang Pamungkas yang keluar sebagai pencetak gol terbanyak dengan delapan gol.
Piala AFF 2004
Penampilan timnas Indonesia pada gelaran Piala AFF 2004 boleh dibilang menjadi salah satu yang terbaik dalam sejarah partisipasi Indonesia dalam Piala AFF. Di bawah arahan pelatih Peter Withe, yang mentereng dengan reputasi tingginya saat membawa Thailand juara di tahun 2000 dan 2002, Indonesia bermain atraktif dengan menjadi tim terbaik sepanjang babak penyisihan grup di Piala AFF edisi ini.
Mengawali kompetisi dengan bayang-bayang kedahsyatan era baru Vietnam dengan mengandalkan generasi Le Cong Vinh, Indonesia di luar dugaan justru mampu tampil atraktif dan mengesankan sepanjang empat pertandingan fase grup, menjadi tim tersubur dengan torehan 17 gol ke gawang lawan, serta tanpa sekalipun kebobolan.
Ketajaman luar biasa pasukan Merah Putih tersebut tak lepas dari hadirnya seorang bintang muda bernama Boaz Salossa. Meski usianya sangat belia kala itu, ia dipercaya Withe menjadi ujung tombak utama. Keberadaannya melengkapi trisula maut bersama dengan Ilham Jaya Kesuma dan Kurniawan Dwi Yulianto.
Kombinasi mereka tak mampu dibendung Laos, Kamboja bahkan tuan rumah Vietnam yang dipermalukan 3-0 di hadapan pendukungnya sendiri waktu itu. Dari serangkaian laga itu, hanya Singapura yang sanggup menahan imbang tanpa gol.
Fase semifinal menjadi saksi perlawanan heroik Indonesia atas Malaysia. Sebelumnya, pasukan Harimau Malaya melenggang ke semifinal setelah menuntaskan persaingan ketat Grup B sebagai runner-up, di bawah Myanmar yang dilatih Ivan Kolev menjadi kuda hitam turnamen dengan menyingkirkan tim kuat Thailand dan lolos sebagai pemuncak grup.
Mengawali babak semi-final dengan optimisme tinggi, Indonesia justru dikejutkan dengan penampilan Malaysia yang berhasil membalikkan ketertinggalan menjadi kemenangan 2-1 di laga leg pertama di Jakarta. Tekanan berat pun berada di pundak pemain saat bersiap melakoni leg kedua di Kuala Lumpur.
Walau Malaysia unggul secara agregat, namun siapa sangka justru Indonesia, yang sempat tertinggal di babak pertama berbalik usai jeda. Mereka mampu melesakkan empat gol sekaligus untuk mengubah agregat menjadi 5-3 untuk Indonesia.
Di partai puncak, Singapura yang di era tersebut mengandalkan sejumlah pemain naturalisasi seperti Itimi Dickson, Daniel Bennett, dan Agu Casmir berhasil membungkam Indonesia dalam dua pertemuan. Dalam laga leg pertama, Indonesia takluk 3-1 di kandang yang diwarnai cedera parah yang diderita Boaz Solossa akibat terjangan brutal Baihakki Khaizan.
Sedangkan di pertemuan kedua, Indonesia tak mampu mengejar ketinggalan agregat skor setelah Singapura memetik keunggulan 2-1. Kemenangan tersebut menjadikan The Lions merengkuh trofi Piala AFF kali kedua dalam sejarah mereka.
Piala AFF 2010
Berbagai warna menghiasi penyelenggaraan Piala AFF 2010 yang berlangsung di Indonesia dan Vietnam, mulai dari lautan merah setiap kali tim Garuda bertanding, sinar laser, tuan rumah semifinal, Thailand mencatatkan hasil terburuk dalam sejarah Piala AFF, hingga isu suap yang dilepas oleh orang tidak jelas identitasnya.
Bagi Indonesia, Piala AFF 2010 ini sarat makna. Juara menjadi target yang wajib dipenuhi oleh tim besutan Alfred Riedl itu. Tak heran bila ekspektasi ini membuat animo masyarakat sangat tinggi, dan laga Indonesia selalu membuat Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi lautan merah.
Menjadi tuan rumah, Indonesia dan Vietnam pun menargetkan gelar juara, dan memulai fase grup dengan mulus. Indonesia yang dibesut pelatih Alfred Riedl berada di Grup A bersama tim tangguh Malaysia, Thailand, dan kuda hitam Laos.
Indonesia mengawali laga perdana dengan meyakinkan usai menggebuk Malaysia 5-1. Selanjutnya, tim Merah Putih membalas kekalahan di SEA Games 2009 dengan menggilas Laos enam gol tanpa balas. Di pertandingan terakhir Grup A, Indonesia menekuk Thailand 2-1. Piala AFF ini juga menjadi catatan terburuk bagi Thailand, karena mereka tak pernah mendapatkan kemenangan.
Semifinal Piala AFF 2010 mempertemukan Indonesia yang menjadi juara Grup A dengan Filipina. Sedangkan Vietnam melawan Malaysia. Sejumlah peristiwa pun mewarnai pagelaran empat besar yang menggunakan sistem kandang-tandang.
Indonesia mendapat keuntungan besar setelah federasi sepakbola ASEAN (AFF) memutuskan dua laga semifinal melawan Filipina digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Hal ini disebabkan AFF menganggap stadion di Filipina tidak layak untuk menggelar laga turnamen dua tahunan se-Asia Tenggara ini. Satu gol Christian Gonzales ke gawang Neil Etheridge di masing-masing leg meloloskan Indonesia ke final.
Di partai puncak, Indonesia berhadapan dengan Malaysia. Tim Merah Putih lebih diunggulkan di final, karena hanya kebobolan dua gol, dan melesakkan 13 gol dari lima laga. Pertemuan Indonesia vs Malaysia di fase grup juga berhasil dimenangkan Indonesia dengan skor telak 5-1
Tapi Bambang Pamungkas yang terlihat superior di penyisihan grup hingga semifinal justru menelan kekalahan telak 3-0 di Bukit Jalil pada leg pertama. Indonesia berusaha membalas kekalahan itu di leg kedua yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan disaksikan 88 ribu penonton.
Sempat tertinggal lewat gol Safee Sali pada menit ke-54, M. Nasuha dan M. Ridwan menumbuhkan asa tuan rumah di menit ke-73 dan 87. Namun minimnya waktu tersisa membuat Indonesia gagal mengejar ketertinggalan agregat 4-2, sehingga hanya bisa menyaksikan Malaysia mengangkat trofi Piala AFF di Jakarta.
**
Menarik untuk menyimak perjuangan timnas Indonesia di piala AFF 2016. Mampukah Indonesia mengakhiri puasa gelarnya dalam ajang sepakbola internasional setelah SEA Games 1991? Serta mampukah indonesia mengakhiri kutukan sebagai spesialis runner-up Piala AFF?
Penulis adalah sarjana Psikologi dari Bandung yang selalu sabar menanti Timnas Indonesia menjadi juara, dapat dihubungi melalui surel azharkm1991@gmail.com. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis. Selengkapnya baca di sini: Ayo Mendukung Timnas Lewat Karya Tulis.
Komentar