Pasca latihan pagi tim nasional Indonesia di Sekolah Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang, Selasa, 15 November 2016, lini masa media sosial di Twitter terkejut dengan pemberitaan terkait penyebab cedera Irfan Bachdim. Beberapa media menyebut bahwa sang pemain menerima tekel keras dari Hansamu Yama Pranata.
Bek timnas Indonesia itupun mendapat hujatan membabi buta dari berbagai akun. Bahkan, jika kita jelajahi melalui kolom search di Twitter mengenai cedera Irfan, kata-kata negatif berkeliaran di mana-mana, yang tentunya mengarah pada Hansamu.
Menariknya, di tengah situasi yang mengejutkan ini, ada pula serangan pada Hansamu yang bermodelkan tulisan. Isinya pun sangat sadis, dan mungkin kita yang berada di posisi sang pemain akan sangat terpukul.
Tapi, apa benar cedera Irfan itu karena hantaman atau tekel keras dari Hansamu? Jika mau lebih menyimak kata demi kata dalam berita yang membahas cedera mantan pemain Persema Malang tersebut, kita tidak akan menemukan satu kutipanpun dari pihak timnas Indonesia yang menyebut dengan pasti itu karena benturan atau tekel Hansamu.
Dokter Kepala timnas Indonesia, Syari Alwi, juga sudah mengeluarkan pernyataan yang mengindikasikan keraguan cedera Irfan disebabkan oleh tekel Hansamu.
“Irfan cedera fibula, dia butuh setidaknya dua bulan untuk sembuh. Kemungkinan akibat tekel atau salah tumpuan,” ujar Alwi, seperti dikutip Superball.
Irfan Sudah Bilang Jangan Marah dengan Hansamu
Sungguh malang betul nasib Hansamu saat ini. Namun, di tengah hujatan yang didapat pemain Barito Putera itu, Irfan sudah mengeluarkan pembelaan untuk rekannya tersebut.
Menurut Irfan, sudah banyak pihak yang salah sangka dengan insiden cedera dirinya. Suami dari Jennifer Bachdim itupun meminta masyarakat untuk tidak menyalahkan Hansamu.
"Jangan marah sama dia (Hansamu), ini sepakbola. Banyak orang yang marah sama dia, tapi jangan marah. Saya sudah bicara pada Hansamu, saya bilang banyak orang yang salah sangka dan jadi marah sama dia," kata Irfan di Hotel Aryaduta, Karawaci, seperti dikutip CNN Indonesia.
Pernyataan Irfan itu rasanya sudah cukup untuk menepis kabar yang menyebut Hansamu sebagai biang keladi. Namun, jika ada pecinta sepakbola yang merasa tetap mau menyalahkan bek 21 tahun tersebut, ya sah-sah saja.
Bagi saya pribadi hanya ada satu argumen yang bisa diluncurkan di media sosial untuk tetap menyalahkan Hansamu. Kira-kira begini kalimatnya: “Tetap saja Hansamu salah. Toh, kalu dia tidak berusaha melakukan tekel, Irfan tidak akan mengalami cedera”.
Namun, kembali lagi kita gunakan logika dalam argumen tersebut. Mungkinkah bek sekelas Gerard Pique tidak coba menghadang Lionel Messi dalam sebuah sumulasi latihan pertandingan?
Rasanya teramat konyol jika upaya merebut bola tidak dilakukan Pique. Sebab, ia dipastikan akan mendapat dampratan dari sang pelatih. Dan kita juga perlu mengingat, sejatinya kualitas latihan yang dimunculkan tiap pemain bisa menjadi gambaran pelatih untuk menurunkan skuat terbaik di laga sesungguhnya.
Dan suka tidak suka, kita yang telah terburu-buru marah pada Hansamu pada akhirnya wajib meminta maaf. Sekali lagi, sejauh ini tidak ada pernyataan secara langsung dari pihak penggawa timnas Indonesia yang menyebut Hansamu dan Irfan berbenturan keras.
Namanya Juga Sepakbola
Irfan bukanlah satu-satunya pesepakbola yang bernasib sial. Kita semua tahu bagaimana Marco Reus dua kali gagal memperkuat Jerman di pentas internasional, yakni Piala Dunia 2014 dan Euro 2016, karena menderita cedera saat latihan.
Selanjutnya, ada pemain seperti Kevin Strootman dan Marco Verratti yang gagal perkuat negaranya masing-masing di Euro 2016 karena menderita cedera. Memang penyebab cedera mereka berbeda dengan Irfan yang kabarnya dihantam oleh Hansamu. Tapi, toh, namanya nasib siapa yang tahu? Dan Chairil Anwar pun bilang “nasib adalah kesunyian masing-masing”.
Jadi, dalam permainan sepakbola itu sudah dipastikan ada risikonya. Risiko pun tidak hanya datang dari lawan, bahkan kawan juga bisa mendatangkan risiko. Tergantung pribadi masing-masing menyikapi datangnya risiko tersebut.
Seorang kawan saya yang gemar bermain skateboard pernah berkata, “Gue gak percaya kalau ada pemain skateboard yang pro belum pernah ngalamin setidaknya cedera engkel”. Kalimat itu ia keluarkan ketika saya coba untuk bermain papan seluncur tersebut dengan takut-takutan dan memikirkan patah tulang di bagian kaki atau tangan.
Lantas apa itu sama dengan sepakbola? Jelas bagi saya itu sama. Kita yang menyaksikan pertandingan sepakbola bertahun-tahun tentu saja sudah pernah melihat pemain yang mengalami patah tulang dan berdarah saat pertandingan. Kita juga pasti bisa membedakan mana yang sengaja dan mana yang tidak disengaja.
Beruntung, kita bisa melihat Irfan bertindak seperti lelaki tangguh. Ia beranggapan seperti “ini memang resiko sepakbola”. Ia pun dipastikan tahu betul apakah Hansamu sengaja membuatnya cedera atau tidak.
Sepintas, saya pun teringat satir dari penyair sekaligus novelis kelahiran Irlandia tahun 1854, Oscar Wilde. “Sepakbola adalah permainan yang bagus untuk anak-anak perempuan yang tangguh, tapi bukan untuk anak-anak laki yang lembut”.
Kalimat itu keluar jauh sebelum kejadian cedera Irfan, dan Wilde sudah menyimak sepakbola jauh dari kita hingga berkesimpulan sepakbola hanya cocok untuk orang tangguh.
Irfan pun merupakan sosok yang tangguh karena membela rekannya dan tahu jika cedera merupakan risiko dalam permainan. Sedangkan Hansamu, lebih baik cuek saja dengan umpatan banyak orang. Sebab, mereka yang mengumpat tak akan pernah mau tahu situasi yang sebenarnya.
Ketika Boaz Menguatkan Hati Irfan
Kamis pagi, 17 November 2016, Timnas Indonesia bertolak dari Hotel Aryaduta, Karawaci, menuju Bandara Soekarno-Hatta. Mereka akan memulai misi pertempuran dalam ajang Piala AFF pada babak grup di Filipina.
Sebelum keberangkatan menuju bandara, tersebar video berdurasi 1 menit 37 detik yang diunggah akun Twitter @PSSI_FAI, seluruh penggawa timnas Indonesia membuat lingkaran di salah satu meja makan Hotel Aryaduta.
Suara memang terdengar tidak terlalu jelas, dan hanya bising dari bunyi-bunyi alat makan yang terdengar nyaring. Namun, jika disimak lebih giat lagi, ada ucapan rasa optimis Irfan kepada seluruh rekan timnya meski dirinya tidak ikut serat. Di sana pun tampak tidak ada nuansa marah dari pemain yang perkuat klub Jepang, Consadole Sapporo.
Namun, saya merasa tak puas dengan suara dalam video tersebut. Saya pun coba menanyakan kepada pak Gatot Prasetyo selaku pelatih kiper timnas Indonesia terkait momen di video.
Alasan saya menanyakan pada beliau dikarenakan usulan teman. Sebab, menurut teman saya video itu lebih dulu diunggah pada akun media sosial Pak Gatot, yang merupakan mantan pemain Persib Bandung.
Nomor telpon pak Gatot pun saya dapatkan, saya coba untuk menghubungi beliau dengan menelepon langsung, namun mail box. Beruntung nomor beliau tersambung dengan aplikasi WhatsApp, dengan segera saya menulis pesan mengenai momen di video itu.
Hampir 30 menit setelah pesan saya kirim, balasan pun masuk. Pak Gatot menceritakan suasana dalam video tersebut yang terjadi secara spontan.
“Irfan meminta maaf kepada teman-teman karena tidak bisa bersama tim. Ia kemudian memotivasi teman-teman untuk memberikan yang terbaik bagi tim,” tulis Pak Gatot dalam pesan WhatsApp.
“Sebaliknya, Boaz [Salossa] membesarkan hati Irfan supaya tidak larut dalam kesedihan, serta mendoakan agar pemain 28 tahun itu cepat pulih untuk kembali bergabung membela timnas. Momen itu sangat mengharukan dan dilakukan secara spontan oleh para pemain,” sambung Pak Gatot.
Ketika membaca ada aksi Boaz yang membesarkan hati Irfan, saya langsung terhenyak dan mengingat kembali saat peristiwa patah kaki pemain Persipura tersebut di tahun 2007.
Kala itu pria kelahiran tanah Papua tersebut mendapat terjangan dari pemain Hong Kong dalam laga uji tanding. Dampaknya pun tentu menyedihkan bagi dirinya, sebab Boaz harus absen di Piala Asia 2007 saat Indonesia menjadi tuan rumah.
Tapi, kegagalan tampil pada ajang terbesar di Asia tidak membuatnya patah semangat. Boaz terus berjuang sembuh dan memandang positif musibah yang dialami.
“Saya menyadari cedera tersebut merupakan teguran dari Tuhan. Dia [Tuhan] ingin saya menjadi pribadi yang lebih baik,” ujar Boaz saat diwawancarai oleh tabloid BOLA.
Peran Boaz dalam membesarkan hati Irfan tentu sangat berguna. Kakak ipar dari Kim Jeffrey Kurniawan itu bisa belajar banyak dari pria asal Papua tersebut untuk tetap menjadi pesepakbola tangguh meski mimpi di depan mata sempat hancur.
Komentar