Indonesia unggul lebih dulu sebelum harus puas dengan skor imbang 2-2 menghadapi Filipina, Selasa (22/11/2016). Namun gol dari Fachrudin Aryanto pada menit ke-7 berhasil dibalas oleh gol Misagh Bahadoran pada menit ke-31. Skor imbang 1-1 jelas cukup menguntungkan bagi Filipina untuk berbenah pada babak kedua.
Bahadoran memang menjadi tulang punggung Filipina bersama Phil Younghusband, setelah Javier Patino, penyerang andalan Filipina, tak diizinkan kesebelasan yang dibelanya, Henan Jianye (Tiongkok), untuk membela Filipina di Piala AFF 2016. Bahadoran jelas diharapkan bisa menggelontorkan banyak gol bagi Filipina.
Namun ada kisah unik di balik karier Bahadoran yang kini menjadi penggawa timnas Filipina. Karena awalnya, pemain keturunan Iran ini datang ke Filipina sebenarnya untuk menjadi dokter gigi, bukan menjadi pesepakbola profesional.
Lahir di Filipina, Bahadoran sempat meninggalkan Filipina untuk mengikuti ayahnya yang berasal dari Iran. Di Iran, sepakbola merupakan olahraga yang cukup populer, di mana ia pun kemudian jatuh cinta pada sepakbola. Namun sang ayah tak mengizinkan Bahadoran kecil untuk bermain sepakbola. Ada anggapan bahwa sangatlah sulit untuk menjadi pesepakbola profesional di Iran.
"Saya bermain sepakbola di jalanan, tapi tidak ada cara yang mudah untuk menjadi pesepakbola karena di Iran, jika kamu ingin menjadi pemain profesional, kamu harus berhenti sekolah. Kamu harus berlatih setiap hari sejak usia muda dan kamu tidak bisa memiliki pendidikan," tutur Bahadoran seperti yang dikutip Rappler.
Bahadoran kemudian secara sembunyi-sembunyi bermain sepakbola. Ia selalu menyempatkan diri memainkan bola 10 menit sebelum kegiatan sekolah dimulai dan 10 menit sebelum bus pengantar pulang datang. Hal tersebut terus ia lakukan selama bersekolah di Iran.
Pada usia 17 tahun, Bahadoran kembali ke tanah kelahirannya, Filipina. Kedatangannya ke Filipina sendiri untuk melanjutkan studinya, di mana ia masuk Universitas Centro Escolar di Manila. Tujuannya saat itu adalah untuk menjadi dokter gigi. Namun di sela-sela masa kuliahnya, ia tetap bermain sepakbola, atau lebih tepatnya bermain futsal.
Di futsal, kariernya ternyata cukup menanjak. Berbagai macam kejuaraan dan penghargaan individu ia dapatkan. Pada 2006, ia pun membela timnas futsal Filipina dan menjadi salah satu penyerang futsal terbaik di Asia Tenggara. Pada 2007, timnas sepakbola Filipina pun ingin menjajal kemampuannya. Namun Bahadoran menolak karena sang ayah tak mengizinkannya, karena pemain kelahiran 10 Januari 1987 ini diharuskan menyelesaikan studinya terlebih dahulu.
"Mereka mengundang saya untuk bergabung dengan timnas Filipina. Tapi karena prioritas utama saya adalah sekolah dan kuliah, ayah saya tak mengizinkan saya," kata Bahadoran sepertii yang dikutip news.abs-cbn.com.
Selain itu, Bahadoran juga melihat tak ada masa depan menjadi pesepakbola di timnas. Apalagi sempat ada masalah keuangan di kesebelasan-kesebelasan Filipina di mana pemain tak mendapatkan gaji.
"Saya melihat latihannya tak begitu bagus. Tak ada fasilitas, tak ada air. Saya lalu berkata, `saya tidak bisa berhenti menjadi dokter gigi sekaligus bermain sepakbola karena masa depan saya sangat penting`," kata Bahadoran.
Namun semuanya berubah pada 2009 ketika seorang bernama Dan Palami menjadi manajer tim nasional. Dan Palami mengupayakan para pemain berpotensial untuk timnas Filipina agar mendapatkan kehidupan yang layak. Para pemain timnas pun kemudian mendapatkan bayaran tambahan setiap kali bermain dan benar-benar dibayar secara profesional.
Bahadoran sendiri kemudian menyelesaikan sekolahnya pada 2010. Awalnya, ia berencana kembali ke Iran dan membuka praktik dokter di sana. Namun sebelum ke sana, ia cukup penasaran dengan membela timnas Filipina. Ia pun akhirnya mengikuti seleksi timnas, di mana kemudian ia lolos dan memperkuat Filipina.
"Saya melihat semuanya sudah membaik, tidak terlalu bagus, tapi cukup bagus untuk negara kami. Kebanggaan bagi saya bisa bermain untuk Filipina. Saat itu saya berkata, `Ok, saya akan berhenti bekerja sebagai dokter gigi dan bermain untuk timnas`," kenang Bahadoran.
Bahadoran pun kemudian melanjutkan karier sebagai sepakbola. Meskipun begitu, ia tetap ingin membuka praktik dokter gigi di Iran suatu hari nanti. Hanya saja untuk saat ini, mengingat karier sepakbolanya masih cukup panjang, Bahadoran akan lebih dulu berusaha sebaik mungkin untuk kariernya di timnas Filipina. Sementara itu, golnya ke gawang Indonesia merupakan golnya ke-7 untuk timnas Filipina dari 49 penampilan, dan kariernya di timnas Filipina tentu masih cukup panjang mengingat ia masih berusia 29 tahun.
foto: affsuzukicup.com
*Sebagian cerita disadur dari Rappler.com
Komentar