Terungkapnya penyebab kecelakaan pesawat LaMia Airlines dengan nomor penerbangan 2933 yang membawa kesebelasan Chapecoense pada Selasa (29/11/2016) lalu dengan tujuan Bandara Internasional Jose Maria Cordova, Medellin, Kolombia ternyata tak menutup kasus tersebut.
Saat ini, sejumlah pertanyaan mulai menyeruak ke permukaan. Seorang jurnalis bernama Ewan Mackenna bahkan menuturkan bahwa perjalanan tersebut bukan hanya ilegal, tetapi bunuh diri.
Sementara itu menurut pakar penerbangan yang sering berbicara tentang “the Swiss Cheese Effect” (tak disebutkan namanya), saat menjelaskan kecelakaan pesawat mengatakan bahwa sebuah lubang harus berbaris sempurna sehingga pesawat mengalami tabrakan.
Pakar penerbangan tersebut setuju bahwa waktu terbang maksimum pesawat tersebut adalah tiga jam jika tidak dijadwalkan pengisian ulang bahan bakar. Hukum penerbangan Internasional memang mengharuskan pesawat membawa setidaknya 30 menit dari bahan bakar dan memiliki cukup bahan bakar untuk mencapai bandara alternatif yang dapat ditempuh dalam waktu 20 sampai 30 menit. Serta tambahan 5% bahan bakar sebagai antisipasi kemungkinan terjadinya badai atau masalah lainnya.
Tentu sangat aneh pesawat dibiarkan terbang selama empat jam lebih sampai mengalami tabrakan di gunung Andes. Karenanya tak heran pesawat pun kehabisan bahan bakar seperti yang sudah ramai diberitakan belakangan ini.
Teori Swiss Cheese Effect
Teori Swiss Cheese effect yang diciptakan oleh James Reason ini merupakan sebuah teori tentang proses terjadinya kecelakaan yang digambarkan dengan potongan-potongan keju. Lapisan-lapisan keju menunjukkan hal-hal yang terlibat pada sistem keselamatan, sedangkan lubang-lubangnya menunjukkan potensi-potensi kelemahan yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Lapisan-lapisan tersebut terbagi ke dalam dua bagian, yaitu active failures dan latent conditions. Active failures merupakan kesalahan yang langsung dirasakan dampaknya saat itu juga yang disebabkan oleh faktor kesalahan manusia. Sedangkan latent conditions adalah kesalahan tersembunyi yang efeknya tidak langsung dirasakan tetapi tetap harus diwaspadai. Penyebab dari latent conditions ini adalah kesalahan dalam pengorganisasian dan manajemen, pengawasan yang tidak baik dan kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya kesalahan manusia.
Jadwal Pengisian Ulang Bahan Bakar
Pesawat LaMia ini dijadwalkan untuk mengisi bahan bakar di bandara kecil Cobija, Bolivia. Tetapi karena keberangkatan pesawat tertunda selama 45 menit, bandara tersebut sudah ditutup. Dan direncanakan akan mengisi ulang bahan bakar di Bogota, Kolombia. Tetapi hal ini urung terjadi, penyebabnya masih belum diketahui sampai saat ini.
Seandainya saja LaMia tidak dibiarkan mengantri terlalu lama saat ingin mendarat darurat di Bandara Internasional Jose Maria Cordova mungkin kecelakaan ini tidak akan terjadi. Tetapi keputusan Air Traffic Controller (ATC) lebih memprioritaskan pesawat lainnya tidaklah salah, karena pembicaraan ATC dan pilot LaMia hanya tentang bahan bakar yang belum terlalu spesifik dijelaskan.
Beberapa saat kemudian pilot semakin panik dengan langsung memberitahukan bahwa mereka telah mengalami kegagalan listrik dan kehabisan bahan bakar. Hal ini langsung ditanggapi serius oleh ATC, tetapi hal tersebut sia-sia karena pesawat LaMia sudah tidak dapat diselamatkan lagi.
Pilot
Pilot LaMia yaitu Miguel Quiroga juga merupakan co-owner LaMia dalam hal ini harusnya sudah mengetahui bahwa jika ingin mendapatkan prioritas utama ketika kehabisan bahan bakar harus mengatakan “fuel emergency”, “mayday” atau “pan pan”. Tetapi hal itu tidak dilakukannya. Quiroga tidak mungkin tidak mendengar alarm kehabisan bahan bakar yang suaranya sangat keras.
Menarik untuk menunggu kelanjutan dari penyelidikan kasus kecelakaan pesawat LaMia tersebut, jika penyelidikan telah selesai nanti tentu kita akan mengetahui termasuk ke dalam bagian “the Swiss effect” yang manakah penyebab kecelakaan pesawat tersebut.
Sumber : punditarena.com
Gambar : https://hfacs.com
Komentar