Everton harus menelan pil pahit kala menjamu rival sekotanya, Liverpool, dalam pertandingan bertajuk Derby Merseyside, Selasa (20/12/16) dini hari tadi. Di sepanjang laga, pertandingan sebetulnya berjalan cukup seimbang. Akan tetapi, kelengahan barisan pertahanan Everton di menit-menit akhir pertandingan berhasil dihukum oleh Saido Mane yang mengantarkan raihan tiga poin bagi Liverpool.
Gareth Barry, yang diturunkan di awal babak kedua, mungkin menjadi orang yang merasakan sedih dan senang secara bersamaan. Sedih karena Everton harus mengalami kekalahan dari tetangganya, senang karena ia kembali berhasil menorehkan rekor bagi pribadinya.
Dalam pertandingan yang dilangsungkan di Goodisan Park itu, Barry berhasil memainkan laganya yang ke-610 di ajang Liga Primer. Jumlah ini pun melampaui catatan milik Frank Lampard yang telah bermain sebanyak 609 kali di ajang Liga Primer bersama West Ham, Chelsea, dan Manchester City. Akan tetapi, catatan Barry masih berada di bawah Ryan Giggs yang menjadi pemain yang paling sering tampil di Liga Primer dengan jumlah 632 laga.
Bukan hanya itu, jumlah penampilan Barry pun 23 kali lebih banyak dari catatan Sunderland di sepanjang keikutsertaannya di Liga Primer hingga saat ini.
Gareth Barry mengawali karier sepakbolanya dengan bergabung bersama akademi Brighton and Hove Albion pada tahun 1995. Hanya dua tahun bermain di Brighton, Barry memutuskan untuk ikut berlatih bersama akademi Aston Villa. Langkah Barry untuk bergabung dengan Villa pun disebut oleh manajemen Brighton sebagai sesuatu yang kontroversial dan telah menyalahi aturan.
Brighton pun melaporkan hal ini kepada FA dan menuntut Aston Villa membayar kompensasi sebesar 1,25 juta paun karena telah membajak Barry. FA pun akhirnya membuat kesepakan bagi keduanya, berupa perjanjian yang harus dibayar Villa kepada Brighton andai Barry berhasil memainkan laga internasionalnya bersama timnas Inggris.
Dan hanya butuh waktu satu tahun bagi Barry untuk dipromosikan ke tim utama Villa. Pada tanggal 2 Mei 1998, Barry mendapatkan debut pertamanya bersama Villa kala bertandang ke markas Sheffield Wednesday. Ketika itu Barry dimainkan sebagai salah satu dari tiga bek Villa bersama Gareth Southgate dan Uho Ehiogu.
Pada musim 1998-99, Barry mematenkan posisi di tim inti Villa, padahal ketika itu dirinya baru berusia 18 tahun. Barry pun menjadi pemain yang versatile dengan bermain di bek tengah, bek kiri, gelandang kiri, dan gelandang sentral pada musim itu. Sedangkan gol pertamanya bagi Villa terjadi pada pekan ke-35 ketika menghadapi Nottingham Forest di Villa Park.
Berkat penampilan apiknya yang diperlihatkan di Villa, Barry digadang-gadang akan menjadi aset masa depan bagi timnas Inggris. Bersama Steven Gerrard dan Frank Lampard, dirinya selalu menjadi bahan perbincangan berbagai media. Bahkan sebelum Lampard merasakan keikutsertaannya bersama timnas Inggris di ajang turnamen bergengsi, Barry sudah pernah merasakannya terlebih dahulu ketika dirinya menjadi pemain termuda yang berhasil menembus skuad Inggris yang akan berlaga di Euro 2000.
Pada 28 Oktober tahun 2007, Barry menorehkan rekor pertamanya ketika menjadi pemain termuda yang berhasil mencatatkan 300 laga di Liga Primer pada umur 26 tahun 247 hari, catatan ini pun mematahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh Frank Lampard. Di tahun yang sama, Barry pun mendapatkan penghargaan dari para suporter Aston Villa atas dedikasi yang telah diberikannya kepada klub selama sepuluh tahun.
Walaupun Barry sangat mencintai Aston Villa, namun keinginannya untuk bermain di klub besar tetap ia rasakan. Beberapa klub pun dikabarkan tertarik untuk menggunakan jasa Barry, salah satunya Liverpool. Pada tahun 2008, Liverpool mengajukan tawaran kepada Villa untuk Barry. Akan tetapi, manajer Villa ketika itu, Martin O’Neill, menolak tawaran 15 juta paun dari Liverpool.
Barry yang ingin merasakan atmosfer Liga Champions pun berang, ia pun tak ragu untuk mengutarakan kekecewaannya kepada O’Neill di hadapan para media. Atas perilakunya ini, Barry pun mendapatkan denda dari klub berupa potongan gaji selama 2 Minggu, dibekukan dari tim dalam waktu yang sama, juga pencopotan ban kapten dari dirinya.
Selama memperkuat Aston Villa, Barry berhasil menorehkan 52 gol dan mencatatkan penampilan sebanyak 411 kali di semua ajang, itu pun menjadikan dirinya sebagai pemain yang paling banyak tampil untuk Villa di sepanjang sejarah. Juga berhasil mempersembahkan piala Intertoto pada tahun 2001 bagi The Villans.
Pada tahun 2009, kebersamaan Aston Villa dan Barry yang telah terjalin selama 12 tahun akhirnya menemui titik akhir. Barry resmi bergabung dengan Manchester City setelah Villa menerima tawaran 12 juta paun dari The Citizen. Kepindahan Barry ke City pun menimbulkan kekecewaan dan kritikan dari para suporter Villa. Para suporter menuding Barry mata duitan karena telah menanggalkan kesempatan untuk berlaga di Liga Champions, yang selama ini menjadi keinginannya, bersama Liverpool yang juga menawarnya.
Barry pun merespon kritikan ini dengan santai, ia meminta maaf dan menuturkan terima kasih kepada para suporter yang telah mendukungnya selama ini. Barry pun mengungkapkan kepindahannya murni karena menginginkan tantangan yang baru. Ia merasa dengan bergabungnya ke City, itu akan membuka jalannya untuk berlaga di ajang piala dunia 2010 bersama timnas Inggris menjadi lebih besar.
Kebersamaan Barry dan City pun berlangsung selama lima tahun. Bersama City, Barry turut berhasil mendapatkan gelar piala FA pada musim 2010-11 dan Liga Primer di musim 2011-12. Walaupun masih menyisakan kontrak satu tahun lagi, tetapi, City yang merasa sudah tidak membutuhkan Barry pun memutuskan untuk meminjamkannya ke Everton.
Setelah menjalani satu musimnya sebagai pemain pinjaman, Everton memutuskan untuk memberikan kontrak selama tiga tahun kepada Barry setelah Manchester City melepasnya dengan status bebas transfer. Bersama Everton, Barry pun langsung menjadi figur penting di lini tengah bagi tim.
Berkat penampilannya yang selalu konsisten, tidak terasa, Gareth Barry telah memainkan laganya yang ke-600 pada September lalu. Pelatih Everton, Ronald Koeman, pun takjub dengan pencapaian yang diraih oleh anak buahnya itu.
“Gareth (Barry) telah memainkan pertandingan dengan angka yang luar biasa, dan ia menunjukkan jika dirinya adalah pemain yang sempurna untuk tim,” ungkap Koeman kepada Sky Sport.
Jauh sebelum Koeman, mantan pelatih Everton, Roberto Martinez, bahkan memprediksi Gareth Barry akan bermain hingga usia 40 tahun berkat konsistensi yang selalu diperlihatkannya.
Hingga akhirnya, pada pertandingan semalam, Barry mengukuhkan diri sebagai pemain kedua yang paling banyak tampil di Liga Primer. Dan bahkan sangat mungkin bagi Barry untuk menggusur Ryan Giggs dari posisi pertama sebagai pemain yang paling banyak berlaga di Liga Primer, mengingat dirinya selalu menjadi andalan dan masih menyisakan kontrak selama satu tahun bersama Everton.
Dan andai perkataan Martinez mengenai Barry yang diprediksikannya dapat bermain hingga usia 40 tahun dapat disanggupi Barry, bukan tidak mungkin dirinya akan mencatatkan pencapaian yang luar biasa, sebagai pemain pertama yang membukukan 1000 laga di Liga Primer.
Komentar