Kiprah "The Italian Job" Dalam Menguasai Liga Top Eropa

Analisis

by Redaksi 28 27864

Redaksi 28

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kiprah "The Italian Job" Dalam Menguasai Liga Top Eropa

Musim kompetisi liga-liga di Eropa mulai memasuki separuh perjalanan. Beberapa tim papan atas liga top Eropa sudah bergerak stabil di tabel klasemen. Menariknya ternyata ada kesamaan dari pemuncak klasemen di Liga Primer Inggris, Bundesliga dan Serie A.

Dari ketiga liga tersebut, para klub penghuni puncak klasemen diarsiteki oleh manajer yang berasal dari Italia. Negeri pizza itu seakan memberi warna azzurri pada setiap liga di Eropa. Berikut adalah profil manajer Italia yang sedang menguasai puncak klasemen liga-liga top Eropa:

Antonio Conte (Chelsea)

Manajer yang pernah menangani Juventus ini ditunjuk sebagai manajer Chelsea pada awal musim 2016/2017 dengan kontrak selama tiga tahun. Berbekal kualitas yang Conte miliki, Chelsea mampu bangkit dari keterpurukan pada musim 2015/2016. Pada musim tersebut, Chelsea hanya finish di urutan ke-10 Liga Primer. Catatan itu membuat Chelsea tidak dapat berlaga di kompetisi Liga Champions musim 2016/2017.

Tapi sejak ditangani oleh Conte pada musim ini, sebelas kemenangan beruntun telah ditorehkan oleh The Blues hingga sekarang, yang tentunya masih bisa berlanjut. Chelsea juga baru mendapatkan dua kali kekalahan di liga musim ini. Kekalahan itu terjadi secara berurutan saat Chelsea menghadapi Liverpool dan Arsenal. Kekalahan beruntun ini seolah menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi mantan Pelatih tim nasional (timnas) Italia itu.

Pekerjaan rumah itu langsung dikerjakan Conte dengan mengubah formasi 4-1-4-1 menjadi 3-4-3. Hasilnya, sekarang Chelsea memuncaki klasemen sementara Liga Primer 2016/2017 dengan selisih enam poin di atas Liverpool.

Selain itu, Chelsea merupakan kesebelasan yang paling sedikit kebobolan di antara kontestan lain dengan kemasukan 11 gol. Ini adalah bukti bahwa pertahanan Chelsea lebih solid sejak ditangani oleh manajer yang pernah menangani Juventus ini.

Nama pemain seperti Eden Hazard dan Diego Costa kembali bersinar di bawah asuhannya. Hazard yang kembali produktif dan Costa yang menjadi pencetak gol terbanyak sementara Liga Primer, menjadikan Chelsea sebagai kesebelasan yang mempunyai lini depan maut di kompetisi tersebut.

Selain Conte, ada juga Italiano lain yang tengah merantau dengan menjadi manajer di Inggris, di antaranya Claudio Ranieri (Leicester City) dan Walter Mazzarri (Watford). Tapi prestasi kedua manajer itu untuk musim ini tidak secemerlang pencapaian Conte. Sebelumnya ada nama Francesco Guidolin yang melatih Swansea City, namun kariernya tragis setelah didepak saat liga masih bergulir.

Carlo Ancelotti (Bayern München)

Carlo Ancelotti menjadi pelatih di Bayern München sejak awal musim 2016/2017. Ditunjuknya Ancelotti adalah untuk mengisi pos pelatih yang ditinggalkan oleh Pep Guardiola yang pindah ke Manchester City. Dengan ekspektasi yang tinggi dari pihak klub dan para suporter, Ancelotti bisa beradaptasi dengan terus menghadirkan kemenangan di setiap laga.

Tercatat, Bayern hanya mengalami sekali kekalahan dan tiga kali seri dalam 16 pertandingan liga. Kekalahan itu didapatkan saat Die Roten melawat ke Signal Iduna Park menghadapi Borussia Dortmund. Ancelotti juga membuat catatan impresif di liga bersama Bayern yaitu menjadikan The Bavarian sebagai kesebelasan yang terproduktif di liga dengan torehan 38 gol. Selain itu, Bayern juga tercatat sebagai kesebelasan yang jarang kebobolan dengan sembilan gol yang masuk ke gawang Manuel Neuer.

Walau Ancelotti adalah tipe pelatih yang berbeda dengan Guardiola, kemenangan demi kemenangan masih tetap diraih oleh The Bavarians di liga. Selain itu, nama seperti Thiago Alcantara makin kian matang di tangan Ancelotti. Alcantara menjadi sosok pemain penting di lini tengah München.

Patut kita tunggu, apakah di tangan Ancelotti, Bayern dapat meraih trofi Liga Champions? Publik Bavaria sangat menunggu para pemain bisa mengangkat trofi kuping besar tersebut.

Massimiliano Allegri (Juventus)

Di antara kedua pelatih sebelumnya, mungkin sosok Massimiliano Allegri adalah sosok yang tidak asing di Serie A. Allegri memulai karier kepelatihannya di Italia dan masih berlangsung sampai sekarang. Kesebelasan Agleanese, Real SPAL, Sassuolo, Cagliari, AC Milan, dan Juventus adalah daftar kesebelasan yang pernah dilatih oleh Allegri.

Pada musim 2016/2017 Massimiliano Allegri masih dipercaya untuk melatih Juventus. Allegri bergabung dengan Juventus pada musim 2014/2015. Tercatat sudah dua Scudetto sudah diberikan Allegri kepada Si Nyonya Tua. Memasuki paruh musim Serie A, Allegri bersama Juventus masih memimpin tabel klasemen Serie A selisih empat poin dengan AS Roma.

Dalam 17 pertandingan yang sudah dilakoni Juventus, 14 kemenangan dan tiga kekalahan adalah catatan yang mereka peroleh di Serie A. Juventus musim musim ini juga mencatatkan diri sebagai kesebelasan yang solid dalam pertahanan dengan jumlah 14 gol yang masuk ke gawang mereka.

Soal produktivitas, Juventus masih kalah dengan Napoli yang menorehkan empat gol lebih banyak. Inkonsistensi para pesaing Juventus membuat kesebelasan ini nyaman dengan di puncak klasemen Serie A. Terhitung sudah tiga tahun ini Juventus cukup sulit digeser dari puncak Serie A oleh para pesaingnya.

Meskipun kehilangan pemain ikonik mereka yaitu Paul Pogba yang hijrah ke Manchester United, Juventus berhasil menambalnya dengan menghadirkan Miralem Pjanic dari Roma.

Ditambah lagi Gonzalo Higuain yang langsung nyetel setelah direkrut dari Napoli. Ia telah menjadi senjata utama Juventus untuk membobol gawang lawan. Jadi, sudah adakah kesebelasan Serie A yang mampu menggeser dominasi Juventus?

***

Liga adalah sesuatu yang dinamis. Perpindahan posisi dapat terjadi dengan cepat dalam kompetisi yang berformat liga. Begitu juga dengan posisi manajer. Jika tidak bekerja dengan baik, bukan tidak mungkin ketika musim belum berakhir, para manajer sudah kehilangan pekerjaannya dan digantikan dengan manajer yang lain.

Pertanyannya sekarang, apakah ketiga manajer ini dapat mempertahankan pekerjaan sebagai pelatih sampai musim 2016/2017 berakhir? Patut kita tunggu kelanjutan dari kisah ketiga manajer asal Italia ini.

Komentar