Menapaki Awal Jejak Karier Dua Wonderkid Bandung; Gian Zola (Bagian 1)

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 56734

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Menapaki Awal Jejak Karier Dua Wonderkid Bandung; Gian Zola (Bagian 1)

Zola, Beckham. Dua nama tersebut tentu familiar di kalangan pencinta sepakbola. Kedua pemain tersebut pernah menghiasi Liga Primer Inggris pada akhir 90an hingga awal 2000an. Saat itu, Gianfranco Zola bermain di Chelsea, sementara David Beckham bermain untuk Manchester United.

Kini, nama Zola dan Beckham kembali menghiasi dunia sepakbola. Namun bukan menghiasi sepakbola Inggris, melainkan sepakbola Indonesia, atau lebih tepatnya sepakbola Bandung. Karena saat ini, mulai muncul calon bintang masa depan sepakbola Indonesia bernama Gian Zola Nasrulloh dan Beckham Putra Nugraha.

Zola dan Beckham merupakan kakak beradik dari pasangan Budi Nugraha dan Yuyun Zawariah. Sang kakak, Zola, saat ini membela Persib Bandung. Di usia 17 tahun, ia mendapatkan kontrak empat tahun dari Persib. Sementara itu sang adik, Beckham, membela Persib junior. Berusia 15 tahun, Beckham baru saja mendapatkan gelar pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak di Piala Menpora setelah mencetak 20 gol.

Beckham dan Zola memang terlahir dari keluarga yang begitu menyenangi sepakbola. Ayahnya, Budi Nugraha, pernah membela Propelat, kesebelasan amatir di Bandung. Lewat pengalaman sang ayahnya juga keduanya bisa terdidik menjadi pesepakbola hebat.

Zola Berkembang Pesat Berkat Kepercayaan Jaino Matos

“Main di Persib dulu sangat susah. Saya tiga kali seleksi, tiga kali gagal. Sampai akhirnya setelah menyerah, saya main untuk klub Yogyakarta. Untung Zola gak kayak Bapaknya,” tutur Budi ketika kami wawancarai di kediamannya.

Karier Zola memang sangat berbanding terbalik dengan sang ayah. Bahkan pemain kelahiran 5 Agustus 1998 ini sudah membela Persib Bandung ketika ia belum berusia 17 tahun. Saat itu Persib hendak mengikuti Piala Jenderal Sudirman yang memiliki aturan harus menyertakan dua pemain usia di bawah 21 tahun.

“Zola ke senior waktu Persib mau main di Jenderal Sudirman, karena ada aturan U21. Usianya masih 16 tahun lebih. Ketemu sama Janur (Djajang Nurjaman pelatih Persib) di Stadion Persib, disuruh latihan sama Persib. Saya kira cuma becanda. Waktu itu Zola juga mau main final U17 (membela Persib U17). Padahal waktu itu Zola lagi sakit, muntah-muntah. Tapi kemudian ditelpon lagi sama Janur disuruh ikut uji coba sama Persib senior di Majalengka. Saya juga kayak mimpi,” tukas Budi.

Zola memang sudah menorehkan prestasi yang luar biasa. Belum berusia 17 tahun, tapi sudah membela Persib. Apalagi saat ini cukup sulit seorang pemain asli Bandung yang bisa masuk skuat senior Persib. Kala itu Zola bersama Jujun Saepulloh dan Febri Hariyadi akhirnya membela Persib di Piala Jenderal Sudirman.

Namun bagi Zola, bermain dengan tingkatan yang level lebih tinggi bukan hal yang baru. Sejak di SSB UNI dan Saswco, ia sudah terbiasa bermain dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Ini bahkan sering membuat keadaan kedua orang tuanya tidak enak pada orang tua pemain lain. Terlebih orang tuanya pun sebenarnya khawatir jika anaknya tidak mampu bermain dengan pemain yang lebih tua.

“Zola (dan Beckham) sering dibawa ke kompetisi yang usianya lebih tua dua tahun. Saya sering bilang ke pelatih, ‘kalau anaknya mampu, silakan. Tapi kalau anaknya keliatan gak mampu, tolong jangan dipaksakan’.”

“Ibunya juga sering gak setuju. Apalagi suka ada kecemburuan sosial, orang tua anak lain yang gak kebawa, protes. Saya juga suka gak enak. Tapi gimana, mungkin anaknya mampu dan itu juga pasti kan kebutuhan pelatih,” tambah Budi.

Berkat bakat, kemampuan, dan pengalamannya tersebut, Zola kemudian mulai sering mendapatkan panggilan dari timnas junior Indonesia. Dari situ, bakatnya mulai dicium oleh kesebelasan lain. Saat usia 15 tahun, Zola bahkan sudah mendapatkan tawaran untuk membela Semen Padang U21, dan dijanjikan bermain di tim senior Semen Padang pada usia 17 tahun. Dari tawaran ini juga yang membuatnya naik level dari SSB untuk bergabung ke Diklat Persib.

“Dulu, suka ada dari PSSI harus bayar sekian untuk main di timnas. Saya boro-boro buat bayar yang begitu. Makanya saya bilang gini aja ke Zola, ‘Zol, bapak mah ngandelin kemampuan Zola. Karena kalau pemain di atas rata-rata mah pasti dibawa (ke timnas)’,” papar sang ayah.

“Pulang main di timnas, saya ditelepon sama Weliansyah, yang sekarang jadi asisten pelatih di Semen Padang. Zola ditawarin main di U21, terus ke senior. Kedengeran sama Pa Haji Yoyo (manajer Persib U-17). Langsung saya ditelpon sama Pa Yoyo, ‘Pak Budi, buat apa jauh-jauh ke Padang. Udah masuk Diklat Persib aja. Nanti seleksi’. Waktu itu barang-barang udah dipacking, tinggal berangkat. Tapi akhirnya ditunda,” kenang Budi.

Zola pun kemudian mengikuti seleksi selama tiga hari. Ia menjadi pemain termuda karena pemain lain sudah berusia 17 tahun, yang salah satunya adalah Hanif Sjahbandi, yang saat itu berstatus sebagai pemain timnas U19 dan sekarang membela Persiba Balikpapan. Tapi dari hampir 100 orang yang mengikuti seleksi, Zola terpilih untuk membela Persib Junior.

Dari situ Zola mulai mencuri perhatian. Legenda Persib Bandung, Robby Darwis, mengatakan pada Budi Nugraha bahwa anaknya tersebut merupakan calon bintang timnas. Dan benar saja, tak lama setelah dikatakan seperti itu, ia diikut sertakan membela Persib U21 yang berlaga di Indonesia Super League kategori usia U21.

Jaino Matos, pelatih asal Brasil yang sempat menukangi Persib U21, menurut Budi merupakan orang yang paling berjasa bagi karier Zola. Berkat kepercayaan Jaino pada Zola, Zola bisa berkembang pesat sebagai pemain di usia muda.

“Waktu itu ternyata Zola dipilih Jaino Matos ke Persib U21 yang mau ikut ISL U21. Jaino minta saya bawa Zola, dia pengen lihat kemampuan Zola. Dari situ dia langsung suka, bahkan dia jadi tulang punggung tim (Persib U21) sama [Abdul] Azis di (lini) tengah,” tutur Budi.

“Mantan-mantan pemain Persib banyak yang bilang ke saya kalau Zola terlalu berisiko main di U21 sementara usianya masih 15 tahun. Saya bilang ketakutan saya ke Jaino. Tapi Jaino bilang, ‘Kang, main bola jangan lihat umur, yang penting dia bagus mainnya, kualitasnya bagus, pintar main bolanya’,” lanjutnya.

Jaino tampaknya memang sangat percaya dengan kemampuan Zola. Setelah membawa Persib juara, Jaino yang hengkang ke Persiba Balikpapan pun beberapa kali coba mengajak Zola bergabung, bahkan hingga saat ini pun Budi masih terus dihubungi Jaino.

“Pas putaran dua ISC, Zola [juga Febri] mau dipinjem sama Jaino. Jaino Matos ngehubungi saya terus sampai bilang, ‘Sama saya Zola dijamin main full’. Sampai sekarang juga masih sering nanyain. Tapi kita gak bisa apa-apa, udah dikontrak empat tahun sama Persib. Menyerahkan ke manajemen, sampai akhirnya Zola main buat U21 lagi.”

Bakat Zola pertama kali disadari bukan oleh orang tuanya. Ada juga sejarah penamaan Gian Zola. Semuanya dikupas di halaman berikutnya....

Komentar