Mantan pelatih Ajax Amsterdam yang kini menjabat sebagai direktur teknik FIFA, Marco van Basten, mengusulkan serangkaian perubahan dalam permainan sepakbola. Keinginan Van Basten ini ditenggarai karena ingin mempertahankan kualitas sepakbola sebagai olahraga paling populer di dunia.
Adapun beberapa usulan yang telah dikemukakan oleh Van Basten, di antaranya, membatasi pemain dengan memberikan maksimal 60 pertandingan setiap tahunnya, mengganti babak adu penalti dengan sistem baru yang diadopsi dari olahraga hoki, juga memperkenalkan kartu oren yang bertujuan untuk mengeluarkan pemain ke sin-bin area.
“Saya telah berbicara dengan banyak pelatih dan pemain. Kami harus menekankan kualitas dibanding kuantitas. Kami terlalu banyak memainkan sepakbola saat ini. Kami harus melindungi pemain karena mereka terlalu banyak bermain sehingga menjadi tidak fit dan segar kembali,” ujar van Basten seperti yang dikutip Independent.
“Itu akan menjadi buruk bagi kualitas permainan. Bahkan ketika turnamen besar yang dimainkan pada bulan Juni, mereka tidak bisa mengeluarkan performa maksimalnya karena telah bermain sebanyak 75 laga dalam satu tahun. Saya pikir itu terlalu banyak dan mungkin mereka harus berhenti di jumlah 55 atau 60 pertandingan,” tambahnya.
Mengenai aturan adu penalti pun Van Basten menyarankan agar dilakukan secara langsung setelah kedua tim bermain imbang dalam waktu normal. Menurutnya, dengan menambahkan 30 menit tambahan justru akan semakin membebani setiap pemain. Van Basten berpikir bahwa mengadopsi sistem adu penalti yang biasa dipakai olahraga hoki bisa membuat pertandingan lebih spektakuler. Alasannya karena dibutuhkan keterampilan yang lebih sang pemain untuk dapat menaklukan kiper lawan.
“Mungkin pemain harus memulainya dari jarak 25 meter di depan gawang, kemudian para pemain harus menggiring bola melewati kiper atau dapat menembakan bola langsung ke gawang. Namun para pemain hanya memiliki waktu selama 8 detik (setelah wasit meniupkan peluit). Ini akan menjadi spektakuler dan hanya ada sedikit keberuntungan, maka dari itu para pemain dituntut untuk memiliki keterampilan yang lebih. Hal ini akan tetap menonjolkan sisi sepakbola, dan para pemain pun akan tetap merasakan ketegangan dalam dirinya.” jelas Van Basten.
Sementara mengenai Sin-bin, Sin-Bin merupakan aturan yang telah diterapkan dalam olahraga rugby, tujuannya adalah mengeluarkan pemain untuk sementara (10-15 menit) karena melakukan pelanggaran keras namun masih dalam kategori yang cukup wajar. “Mungkin kartu oren dapat diberikan kepada pemain, dengan tujuan mengeluarkannya dari permainan selama 10 menit akibat insiden yang cukup keras namun tak layak mendapatkan kartu merah,” cetus Van Basten.
Aturan ini pun pernah diusulkan oleh mantan Presiden UEFA, Michel Platini. Menurut Platini, sin-bin bisa merubah jalannya pertandingan, karena dengan kehilangan satu pemain dalam jangka waktu 10-15 menit, sebuah tim diharapkan dapat terkena efek jera akibat terkena gempuran dari lawannya yang mencoba memanfaatkan keunggulan jumlah pemain untuk mencetak gol. Selain ketiga aturan tadi, Van Basten pun menginginkan agar aturan offside dihapuskan dari sepakbola. Karena menurut pemain terbaik dunia tahun 1992 tersebut, dengan ditiadakannya aturan offside, sepakbola akan menjadi lebih jujur, dinamis dan menarik.
“Saya pikir akan menjadi lebih menarik untuk menonton sepakbola tanpa adanya aturan offside. Saat ini sepakbola sudah sangat seperti olahraga bola tangan yang menempatkan sembilan atau sepuluh pemain belakang di depan gawang mereka. Sangat sulit bagi tim lawan untuk mencetak gol karena sempitnya jarak untuk mengkreasi sebuah peluang. Jadi, jika Anda bermain tanpa offside, Anda memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mencetak gol.” tuturnya.
“Kami harus terus mencari cara agar dapat meningkatkan kualitas permainan. Ini bertujuan untuk membuat (sepakbola) menjadi lebih jujur, dinamis, dan menarik. Jadi, gagasan yang kami berikan saya kira cukup atraktif,” tutup van Basten dalam wawancaranya bersama Sport Bild tersebut.
Sumber: Independent.
Ed: RAS.
Komentar