Mentalitas menjadi masalah utama AS Roma di Serie-A 2016/2017. Kendati demikian, tidak bisa dimungkiri jika kembalinya Luciano Spalletti sejak tahun lalu bisa membuat Roma tetap mengejutkan. Januari ini akan menjadi kesempatan Spalletti mengevaluasi kesebelasannya secara transparan. Sebab ia mendapatkan kesempatan itu setelah salah satu pemain andalannya, Mohamed Salah, memperkuat Mesir di Piala Afrika 2017 yang akan membuatnya absen membela Roma selama satu bulan lebih.
Kepergian Salah itu bisa menjadi masalah bagi skuatnya. Keterampilan dan kecepatannya membuahkan delapan gol dan empat asis dari 16 pertandingannya di Serie-A 2016/2017. Edin Dzeko memang dipasang sebagai penyerang yang paling menentukan di skuatnya, tapi Salah selalu menunjukkan bahwa dirinya seperti memiliki sihir di kakinya. Maka, kehilangannya untuk sementara menjadi tantangan taktis yang besar bagi Spalletti.
Jika melihat skuat Roma saat ini, ada dua cara yang bisa menjadi reaksi Spalletti. Langkah pertama tentu saja harus menyumbat lubang di posisi winger kanan itu dengan pemain pengganti. Tugas itu bisa diberikan kepada winger lain atau penyerang bertipikal pelari dan siap untuk diminta melakukan tugas bertahan di depan maupun belakang.
Tapi Roma tidak memiliki penyerang bertikipal pelari itu. Jelas Dzeko maupun Francesco Totti bukanlah penyerang yang bertipikal yang dimaksudkan tersebut. Maka, mari serahkan tugas itu kepada winger lainnya. Saat ini Roma memiliki Stephan El Shaarawy dan Diego Perotti. Tapi kedua pemain itu cenderung lebih cocok disimpan di sebelah kiri. Shaarawy dan Perotti memang memiliki kekuatan, tapi tidak satu pun yang memiliki transisi menyerang atau bertahan sebaik Salah. Sebelumnya Roma memiliki Juan Iturbe yang posisi aslinya seorang winger kanan, tapi ia sudah dilepas ke Torino pada bursa transfer Januari ini.
Sebetulnya Roma masih memiliki Alessandro Florenzi untuk kekosongan di winger kanan itu, namun ia masih berkutat dengan cedera ligamen lututnya. Walau kecepatannya belum sebanding dengan Salah, tapi kinerja Florenzi di lapangan tidak perlu diragukan lagi. Namun asumsi secara keseluruhan, tidak ada seorang pun di skuat Roma yang memiliki kombinasi keterampilan dan kecepatan tertentu seperti Salah.
Spalletti pun sempat mencari winger baru untuk didatangkan pada bursa transfer Januari yang masih terbuka sekitar 10 hari lagi. Nama-nama seperti Charly Musonda, Jese Rodriguez, Memphis Depay dan Sofiane Feghouli masuk ke dalam radarnya. Tapi tidak ada perkembangan transfer atas nama-nama tersebut. Bahkan Memphis sudah hampir pasti bergabung dengan Olympique Lyon.
Sambil menunggu perkembangan transfer, mari lanjut ke cara kedua. Dalam ketidakhadiran Salah, Roma harus bermain lebih konservatif. Salah satu gelandangnya diminta untuk memperluas area permainannya.
Awalnya, peran itu bisa memanfaatkan keberadaan Gerson. Sebab ia pernah melakoni tugas sebagai winger kanan ketika memperkuat Fluminense. Tapi sampai pada saat ini, Gerson masih belum diberikan kepercayaan melakukan tugas tersebut. Spalletti justru memilih kembali menggunakan taktik 3-4-2-1, persis ketika ia kembali menukangi Roma tahun lalu. Dan tugas gelandang yang harus melebarkan area permainannya itu adalah Radja Nainggolan dan salah satu di antara Perotti atau Shaarawy (tergantung siapa yang dimainkan).
Sebetulnya formasi itu pun terkadang masih digunakan Spalletti di sejauh musim ini. Tapi bedanya, saat ini digunakan tanpa keberadaan Salah. Kekosongan yang ditinggalkan Salah dibuat Spalletti agar Nainggolan dan Perotti atau Shaarawy lebih memiliki kebebasan. Apalagi sejauh ini Spalletti terlihat tidak memiliki komposisi pemain utama terfavorit. Setidaknya sistem itu membuat para pemain pengganti akan bermain dalam peran sangat berbeda ketika masuk ke susunan pemain. Sebuah sistem yang tidak dimiliki oleh Rudi Garcia selama melatih Roma, yaitu rotasi.
Sekarang, kebijakan Spalletti membuat Roma bisa mengubah sistem taktik dan membuka banyak kemungkinan dalam skenarionya. Sudah tiga pertandingan beruntun dimenangkan Roma dengan taktik itu tanpa keberadaan Salah. Kepergian Salah berhasil dilihat sebagai tantangan bagi kesebelasan berjuluk I Lupi yang mampu dijawab dengan baik oleh Spaletti sejauh ini.
Sumber: Football-Italia.
Komentar