Sempat diunggulkan, Tottenham Hotspur nyatanya sempat tak berdaya di Etihad Stadium yang digelar Sabtu, 21 Januari 2017. Sepanjang babak pertama, meski skor 0-0 hingga turun minum, Spurs yang mencatatkan rataan tembakan per laga tertinggi di Liga Primer 2016/2017 (18,6 tembakan per laga) hanya mampu melepaskan dua tembakan saja (total enam tembakan).
Kubu tuan rumah, Manchester City, secara mengejutkan memang tampil superior menghadapi Spurs yang menorehkan enam kemenangan beruntun di Liga Primer jelang laga ini. Skuat asuhan Pep Guardiola tersebut mampu mengisolasi para pemain Spurs dalam membangun serangan yang biasanya mereka mulai sejak dari lini pertahanan.
Pep menerapkan garis pertahanan tinggi, sama seperti yang digunakan Spurs. Hal ini sudah disiapkan dengan baik olehnya dengan mengubah formasi 4-2-3-1 saat melawan Everton menjadi 4-3-3 pada laga ini. Pablo Zabaleta dikembalikan ke pos full-back kanan, Yaya Toure menjadi single pivot di belakang Kevin De Bruyne dan David Silva. Sementara itu Leroy Sane masuk ke dalam skuat dengan mengisi sisi kiri penyerangan.
Ini artinya, Pep menempatkan tiga pemain pelari cepat di lini depan; Raheem Sterling, Sergio Aguero dan Sane. Dan ini begitu berguna pada skema City yang menerapkan high block saat tak menguasai bola. Dengan agresif, para penyerang City tersebut mengejar bola dan mengawal para pemain bertahan Spurs. Alhasil Spurs lebih banyak salah umpan dan mengandalkan umpan-umpan panjang.
Grafis operan Spurs pada babak pertama, dipaksa memainkan umpan-umpan panjang
Spurs sendiri tetap menggunakan skema 3-4-2-1 pada laga ini meski tanpa diperkuat Jan Vertonghen yang cedera pada laga melawan West Bromwich Albion. Posisinya ditempati oleh Kevin Wimmer. Namun absennya Vertonghen begitu terasa karena Spurs mudah kehilangan bola sejak dari lini pertahanan.
Manajer Spurs, Mauricio Pochettino, menyadari betul bahwa skuat asuhannya bermain di bawah tekanan tinggi dari skema yang diterapkan City. Perubahan pun langsung dilakukan sejak menit ke-18. Spurs yang awalnya bermain dengan skema tiga bek, mengubahnya menjadi empat bek. Dalam skema 4-2-3-1, Eric Dier yang sebelumnya bermain sebagai bek tengah dinaikkan menjadi gelandang bertahan, menjadai double pivot menemani Victor Wanyama. Sementara itu Mousa Dembele mengisi pos gelandang serang bersama Dele Alli dan Christian Eriksen.
Perubahan ini dilakukan agar Silva dan De Bruyne yang menjadi inisiator serangan City mendapatkan gangguan lebih dari Dier dan Wanyama. Meskipun begitu, City tetap mampu membombardir lini pertahan Spurs pada babak pertama. Tercatat City melepaskan 11 tembakan ketika Spurs hanya melepas dua tembakan saja. Gawang Spurs terselamatkan oleh penampilan gemilang kiper sekaligus kapten mereka, Hugo Lloris.
Pada babak kedua, Pochettino kembali mengubah strateginya guna merespon pressing City. Heung-min Son dimasukkan menggantikan Kevin Wimmer. Dier kembali mengisi pos bek tengah, double pivot diisi Dembele dan Wanyama. Son bermain di sayap, dan Alli bermain di belakang Harry Kane.
Spurs memang kebobolan dua gol setelah melakukan perubahan ini. Kedua gol tersebut terjadi berkat dua kesalahan yang dilakukan Lloris. Lloris, yang pada laga ini mencatatkan tujuh penyelamatan, gagal mengamankan bola dengan baik saat hendak memotong umpan panjang/silang pemain City.
Meskipun begitu, perubahan pola yang dilakukan Pochettino mampu membuat Spurs menciptakan peluang. Jika pada babak pertama hanya dua tembakan, pada babak kedua Spurs mampu menciptakan empat tembakan. Dari empat tembakan tersebut, dua tembakan yang mengarah ke gawang berhasil menjadi gol.
Gol pertama diciptakan Dele Alli. Setelah perubahan skema, Alli memang seolah bermain sebagai shadow striker. Ia tak banyak terlibat dalam membangun serangan namun menjadi ancaman di kotak penalti bersama Kane. Gol yang ia cetak setelah memanfaatkan umpan silang Kyle Walker pun tercipta setelah ia dengan bebas tak terkawal menyundul bola.
Sementara itu gol kedua, diciptakan oleh Son berkat dinamisme serangan Spurs. Perubahan posisi yang cair antara Son-Eriksen-Kane membuat lini pertahanan City kocar-kacir. Son pun kemudian berhasil mendapatkan posisi ideal untuk menempatkan bola ke ujung gawang setelah mendapatkan sontekan backheel dari Kane.
Perubahan lain, yang juga tak kalah penting, dilakukan oleh Pochettino ketika Toby Alderweireld mengalami cedera pada menit ke-65. Alih-alih memasukkan Ben Davies yang juga berposisi bek tengah, manajer asal Argentina tersebut justru memasukkan Harry Winks yang berposisi sebagai gelandang bertahan. Winks diplot sebagai double pivot, sementara posisi bek tengah diisi oleh Wanyama.
Setelah itu, City hanya mampu melepaskan empat tembakan saja. Kehadiran Gabriel Jesus yang masuk menggantikan Sterling sempat mengancam, bahkan mencetak gol namun dianulir. Akan tetapi lini pertahanan Spurs mampu digalang dengan baik meski terjadi beberapa perubahan dari Pochettino. Hal ini terbukti dengan skor 2-2 yang bertahan hingga waktu habis.
City tampil impresif pada laga ini. Hanya saja mereka terlalu banyak menyia-nyiakan peluang. Sterling dan Aguero mendapatkan tiga sampai empat peluang emas namun gagal menyelesaikan kesempatan tersebut dengan baik. Selain itu Lloris tampil gemilang pada babak pertama.
Penampilan Lloris inilah yang sebenarnya menyelamatkan Spurs. Meski melakukan dua blunder berujung gol, namun berkat aksi-aksinya di babak pertama Pochettino memiliki kesempatan untuk mengubah strategi saat turun minum dengan kondisi masih sama kuat. Dan yang terjadi kemudian, Spurs mampu mencetak dua gol dan memaksakan hasil imbang meski sempat terlihat akan kalah pada laga ini.
foto: tonyruik.com
Analisis selengkapnya nantikan di kolom About the Game di Detiksports...
Komentar