Lapangan sepakbola cukup akrab dengan tangisan. Tangisan kemenangan, tangisan kekalahan, sudah biasa mengguyur lapangan hijau yang menjadi medan pertempuran dua buah kesebelasan. Namun, air mata yang berjatuhan pada Sabtu, 21 Januari 2017, di Stadion Arena Conda, Brasil, merupakan tangisan yang jauh dari kemenangan maupun kekalahan.
Sabtu siang itu dilangsungkan laga persahabatan. Namun lebih dari sekadar laga uji tanding, laga ini menjadi laga penyambutan terhadap kesebelasan yang baru saja runtuh oleh sebuah kecelakaan pesawat, Chapecoense. Ya, Chapecoense yang menjelang akhir tahun 2016 mendapatkan tragedi yang menewaskan para penggawa serta staf pelatihnya, menjalani laga pertama mereka.
Sebelum laga dimulai, tiga pemain yang selamat dari kecelakaan, yaitu Jackson Follmann, Neto dan Alan Ruschel, memasuki lapangan untuk diserahi medali serta trofi Copa Sudamericana, trofi yang hendak mereka raih sebelum kecelakaan terjadi. Tampak Follmann memasuki lapangan menggunakan kursi roda, dengan satu kakinya yang kini tak utuh lagi.
Para pemain yang kini sudah tiada pun tetap mendapatkan medali, yang diwakilkan lewat keluarga atau kerabat terdekat mereka. Praktis prosesi ini mengingatkan kembali insiden yang menewaskan 71 orang tersebut. Air mata pun mulai berjatuhan, baik dari para pemain, keluarga korban, maupun 20 ribu penonton yang memadati Stadion Arena Conda, markas Chapecoense.
Stadion Arena Conda sendiri begitu antusias menyambut laga ini. Mereka tentu tak ingin perjuangan para pahlawan mereka berakhir begitu saja. Chapecoense harus tetap melangkah, dukungan harus tetap diberikan. Tak heran laga yang juga diliput oleh 241 jurnalis dari seluruh dunia ini begitu dipadati para pendukung Chapecoense.
https://twitter.com/ajplus/status/823773088848322560
Pada laga uji tanding ini, Chapecoense menghadapi Palmeiras, juara Serie A Brasil 2016 yang juga merupakan lawan terakhir Chapecoense sebelum terbang ke Kolombia untuk menghadapi Atletico Nacional. Chapecoense sendiri sudah mendapatkan 22 pemain untuk menjalani musim yang baru, mayoritas berstatus pinjaman.
Selain laga uji tanding, laga ini juga sebenarnya menjadi laga amal. Pendapatan dari laga ini akan diberikan pada korban dan keluarga korban kecelakaan pesawat Chapecoense ini. Sebagian pendapatan pun akan digunakan untuk membangun kembali kesebelasan yang berdiri pada 1973 ini.
Sabtu itu, memang menjadi awal cerita kembali bagi Chapecoense. Saat mereka hendak mencapai puncak, mereka harus menerima kenyataan harus terhempaskan kembali ke tanah dengan luluh lantah. Semoga tangisan yang membanjiri Stadion Arena Conda pada laga tersebut bisa menyuburkan (baca: mendoakan) Chapecoense untuk bisa kembali meraih prestasi yang membanggakan di masa yang akan datang.
Baca juga:
Rencana yang Tak Terduga Bagi Chapecoense
Penyebab Jatuhnya Pesawat Tim Chapecoense
Detik-Detik Terjadinya Kecelakaan Pesawat Chapecoense
Penyelamatan Krusial Danilo Antarkan Chapecoense ke Surga
Komentar