Malang Sarr berada di kesebelasan yang tepat. Memperkuat OGC Nice bukanlah tempat yang buruk untuk berkembang. Sebab di sanalah ia bisa berguru kepada bek tengah modern saat ini, yaitu Dante Bonfim Costa Santos. Nice berhasil menyelesaikan perekrutan Dante dari VfL Wolfsburg pada bursa transfer musim panas 2016. Alhasil ia bereuni dengan Lucien Favre yang pernah melatihnya di Borussia Monchengladbach dan dikontrak selama tiga tahun.
"Saya ingin bergabung Nice karena tantangan yang sangat bagus di Liga Europa. Saya memiliki kesepakatan yang bagus dan rasa hormat untuk Lucien Favre. Dia sangat menolong saya selama berada di Monchengladbach," ujar Dante seperti dikutip dari ESPN FC.
Dante memberikan semangat baru kepada para pendukung Nice. Tiga pertandingan pertamanya pun menghasilkan dua kali kemenangan dan satu kali imbang dengan hanya kebobolan satu kali saja. Bek tengah memang menjadi salah satu kelemahan Nice dalam beberapa musim terakhir. Kondisi itu diperparah dengan absen panjangnya Maxime Le Marchand karena cedera ACL pada Mei 2016. Alhasil, Paul Baysse kehilangan tandemnya di jantung pertahanan Nice. Maka jelas bahwa kedatangan Dante menjadi salah satu tujuan Nice untuk mengidentifikasi kelemahan di lini belakang tersebut.
Dante memulai kariernya dengan Juventude di Serie-A Brasil. Setelah dua tahun di sana, ia pindah ke Prancis untuk bergabung dengan OSC Lille pada 2004. Setelah dua musim di Lille, Dante pindah ke Liga Belgia karena direkrut Charleroi. Tapi kesuksesannya di Belgia berhasil diraihnya ketika dipinang Standard Liege pada satu musim berikutnya. Di sanalah ia mendapatkan gelar Liga Pro Belgia 2007/2008 dan Piala Super Belgia 2008.
Barulah pada musim panas 2009 ia resmi bekerja sama dengan Favre di Monchengladbach. Penampilan gemilangnya membuat Bayern Munich merekrutnya pada bursa transfer musim panas 2012. Kendati pada awalnya hanya dijadikan bek tengah cadangan, Dante perlahan menjadi bagian penting Munich atas duetnya dengan Jerome Boateng di sektor bek tengah. Kemitraan yang baik itu membantu Munich meraih treble winners pada musim 2012/2013.
Dante tetap penting bagi Munich di bawah kepelatihan Josep "Pep" Guardiola pada musim berikutnya. Namun musim-musim selanjutnya ia harus semakin berjuang untuk kembali ke skuat utama. Kepercayaan Pep kepada Dante mulai hilang seiring dengan datangnya Medhi Benatia yang direkrut dari AS Roma. Dante tidak mampu menjawab tuntutan Pep untuk melakukan operan datar dengan kecepatan serta akurasi yang baik. Berbeda dengan Boateng yang mampu memiliki kemampuan itu sehingga menjadikannya bek terbaik selama dilatih Pep.
Langkah tersebut secara alamiah mendiskriminasikan Dante yang saat itu tergolong bek klasik yang cuma kuat bertahan. Pep menginginkan bek tengah cepat bertipikal ball-playing defender, dan Dante bukanlah sosok yang tepat di matanya. Namun hal itu menjadi kritikan bagi Dante kepada Pep karena tidak pernah memberikan lagi kesempatan untuk percaya. "Dia tidak berbicara dengan Anda, sebagai pemain Anda tidak akan tahu di mana Anda berdiri. Ada pelatih yang berkelas taktis, tapi kurang manusiawi seperti Guardiola," imbuhnya seperti dikutip dari The Sun.
Hal itulah yang membuatnya dijual ke Wolfsburg sampai bergabung dengan Nice saat ini. Tapi Nice memiliki penilaian lain soal pemain asal Brasil itu. Nice Berpikir bahwa ada aset utama yang bisa diberikan Dante kepada mereka di sepakbola Eropa. Skuat itu memiliki pemain-pemain muda berbakat. Maka dari itulah Sarr akan mendapatkan keuntungan besar dari kehadiran Dante. Ketika kontrak Dante akan berakhir pada 2019, Sarr menginjak berusia 20 tahun dan sudah siap sepenuhnya untuk melangkah menjadi bek tengah andalan kesebelasannya. Bahkan saat ini pun Sarr sudah mulai mampu menggantikan Baysse yang sedang cedera.
Dante akan sangat berharga bagi Favre atas mentalitas pemenangnya. Hal positif lainnya yaitu karena keduanya sudah pernah bekerja sama dan memiliki hubungan baik. Apalagi Dante sudah mengerti dengan filosofi permainan Favre yang dinamis, cepat, menyerang di mana pun bola berada dan memiliki alternatif tempo permainannya. Perbedaannya dengan Pep, Favre tidak menuntut Dante untuk bergerak cepat untuk berkontribusi membangun serangan dari belakang dengan umpan-umpan pendek. Memang Favre menuntut para beknya untuk berkontribusi membangun serangan dari belakang, namun tidak menuntut agar pemainnya itu naik sampai setengah lapangan.
Kedua bek tengah Nice di bawah kepelatihannya bermain dengan garis bertahan rendah. Tapi mereka harus berkontribusi membangun serangan dari lini belakang dengan cara mengirimkan umpan-umpan jauh. Dante berhasil menjawab kepercayaan yang diberikan Favre tersebut. Rata-rata ia melepaskan 3,6 umpan jauh di setiap pertandingannya. Umpan-umpan jauhnya itu dipadukan dengan keahliannya memainkan umpan-umpan pendek di lini belakang, namun tanpa harus bergerak terlalu cepat seperti yang diinginkan Pep ketika di Munich. Dan umpan-umpan panjangnya itulah yang membuat Dante berhasil menyumbangkan dua asis dari 16 penampilannya bersama Nice.
Perpaduan umpan-umpannya tersebut menjadikannya pemain dengan akurasi umpan tertinggi di dalam lima liga top Eropa. Total, akurasi umpan Dante mencapai rataan 95%. Statistik itu seolah menjadi pembuktiannya kepada Pep yang pernah menyingkirkannya. Tapi yang jelas, Favre berhasil mengembalikan Dante ke dalam bentuk permainan terbaiknya. Dante pun berhasil menjadi bagian akhir dari teka-teki Nice untuk mencapai ketinggian barunya.
Sumber lain: Bild, Bleacher Reports, Get Football News France.
Komentar