Berkarier di Eropa merupakan mimpi seluruh pesepakbola muda. Mendapatkan kesempatan bermain di sana tak ubahnya istilah ketiban durian runtuh. Beruntung dan memberikan kebahagiaan. Beruntung karena tak semua pesepakbola bisa ke sana dan bahagia karena bisa mempelajari langsung kultur sepakbola di Benua Biru – yang banyak disebut sebagai kiblat sepakbola dunia.
Beberapa pemain muda Indonesia pun mendapatkan kesempatan tersebut. Evan Dimas dan Arthur Irawan sempat berkiprah di Spanyol. Namun jika berbicara tentang pemain muda di Spanyol, ada pemain Indonesia lainnya yang juga berkiprah di Spanyol bahkan masih di sana hingga saat ini. Dia adalah mantan pemain Persipasi Bandung Raya (PBR, yang dahulu bernama Pelita Bandung Raya), Dallen Ramadhan Rovani Doke.
Dallen bergabung dengan klub Spanyol yang bermain di divisi empat sepakbola Spanyol (Divisi Tercera), CD Castellon, pada September 2016 dan teken kontrak selama satu tahun. Ia bermain untuk Castellon U-19 dan secara perlahan coba menembus tim B Castellon bersama U-21. Saat ini ia tengah dipinjamkan ke Alcudia, kesebelasan yang juga berkompetisi di divisi empat Spanyol.
“Aku lagi di loan ke tim Alcudia, adaptasi sejauh ini udah gak ada masalah mas dan sudah tidak ada kesulitan,” kata Dallen saat kami hubungi via telepon. Ini artinya, Alcudia merupakan kesebelasan ketiga Spanyol yang singgahi. Ia sebelumnya sudah pernah berlatih dengan akademi klub Spanyol dan bergabung dengan Torre Levante.
Nama Dallen tentu masih asing bagi masyarakat sepakbola Indonesia, apalagi ia kalah pamor ketimbang Evan Dimas. Tak banyak juga media yang memberitakannya, tak seperti ketika Evan Dimas menjalani trial di Espanyol. Namun hal tersebut tak masalah baginya, di mana ia bisa lebih fokus menjalani kariernya di Spanyol. Dallen pun sudah sempat bermain di liga.
“Tahun lalu itu pengalaman pertama aku main liga setelah lama berada di Spanyol, dan yang paling penting aku bisa main terus setiap minggunya, untuk aku bisa dapat game time sebanyak mungkin, itu alasan kenapa aku di-loan,” ucap Dallen.
Beda Kultur Sepakbola Spanyol dan Indonesia
Pengalaman bermain bersama PBR dan klub Spanyol, cukup menjadi materi untuk diceritakan kepada kami mengenai perbedaan sepakbola di Indonesia dan Spanyol. Meski hanya sebentar bersama PBR, Dallen merasakan perbedaan yang cukup besar di antara PBR, Castellon, dan Alcudia
“Menurut aku di sini sepakbola lebih terstruktur mulai dari liga umur tujuh tahun hingga senior, dan liganya sangat bagus karena di setiap jenjang umur dibagi menjadi kurang lebih lima sampai enam divisi,” tutur Dallen.
“Di PBR dua tahun lalu itu aku hanya untuk pengalaman saja, di sana aku bareng-bareng sama pemain senior dan waktu berada di PBR juga hanya sekitar dua bulan,” lanjutnya. “Di sini kita hidup buat sepakbola, kami latihan teknik pagi lalu gym, lalu malam kami latihan bersama tim.”
Pembinaan pemain yang terstruktur, menguatkan sistem pembinaan pemain usia dini yang saat ini juga tengah digalakkan di sepakbola Indonesia. Dengan berjalannya pembinaan di Spanyol itu, berujung dengan regenerasi pemain yang juga berjalan baik – hal ini tentu harus dicontoh Indonesia.
Dallen juga belajar banyak mengenai taktik. Perpindahannya ke Alcudia pun membuatnya mengenal lebih banyak gaya bermain sebuah tim. ” Kalau di Castellon 4-3-3, di Alcudia 4-4-2. Kalau di Castellon kita lebih banyak main ball possession karena Castellon tim superior di liganya (divisi empat). Tapi kalau di Alcudia kita lebih banyak counter attack,” cetusnya.
Dallen Dolke, bawah paling kanan, saat membela Alcudia.
Bek yang Belajar dari Nicolas Otamendi
Dallen kian antusias menjawab pertanyaan dari kami yang ingin tahu bagaimana rasanya bermain di Spanyol. Kami juga coba mengulas lebih lanjut lagi bagaimana gaya bermain sepakbola Spanyol dari kacamata Dallen, yang bermain sebagai bek. Dallen sendiri merupakan pemain yang mengidolakan bek Argentina yang kini bermain di Manchester City, Nicolas Otamendi.
”Kalau bek idola aku Otamendi. Karena menurut aku tipe main aku kurang lebih sama seperti dia,” lanjutnya.
Bek Manchester City berpaspor Argentina itu dikenal sebagai pemain belakang yang tangguh, lugas, dan tidak kenal kompromi dalam permainannya. Tipikal bek asal Amerika Selatan yang ‘ganas’ ketika menghadapi lini depan atau pemain ofensif lawan.
Jika memang Dallen mengidolai Otamendi dan berkaca kepadanya, maka bisa diartikan; bahwa Dallen juga tipikal bek yang agresif. Ketika kami bertanya berapa kartu yang sudah diterimanya di musim ini, Dallen menjawabnya dengan malu-malu, “Hehe, baru satu kartu kuning mas musim ini". Dallen sendiri mengaku sudah tiga kali bermain di bulan Januari ini. Sampai artikel ini ditulis, Alcudia tengah menempati posisi empat klasemen dari 24 kali bermain.
Namun lebih dari pengalaman bermain, Dallen begitu menikmati proses pembelajaran taktik selama di Spanyol. Ia pun mengakui bahwa ia cukup lemah dalam pemahaman taktik. Karenanya dengan pengalaman bermain di tiga kesebelasan berbeda di Spanyol, ia mulai belajar banyak mengenai strategi.
“Kalau untuk pilih pasti aku lebih suka possession karena selalu pegang bola. Tapi aku gak bisa seperti itu karena aku sebagai pemain harus bisa main dengan gaya gimana pun tergantung pelatih. Kalau dari sudut pandang bek gaya counter attack itu sangat bagus untuk belajar, apalagi untuk bek karena kita selalu diserang dan setelah kita dapat bola kita harus langsung counter,” papar Dallen.
“Jadi menurut aku keduanya punya kelebihan dan kekurangan masin-masing. Tapi menurut aku gaya counter attack ini bagus sekali untuk belajar bertahan pemain belakang. Kelebihan aku kecepatan dan agresif, dan kekuranganku sendiri menurut aku tactical awareness (pengetahuan taktikal). Dan di tim ini aku yakin aku bakal banyak belajar buat itu.”
Merindukan Indonesia dan Antusias dengan Luis Milla
Pergi jauh meninggalkan kampung halaman kerap memunculkan homesick atau sindrom kangen rumah. Kerinduan itu bisa muncul karena berbagai aspek seperti kangen masakan Indonesia, sanak keluarga, atau teman-teman yang biasa diajak bermain. Dallen pun demikian. Ia merindukan masakan Indonesia, khususnya mie instan.
”Haha iya mas, kangen pastinya. Kebetulan di sini ada supermarket Asia yang biasanya jual mie instan. Tapi aku udah jarang sih makan mie instan,” tuturnya.
Aktif berlatih dan menjalani hidup sebagai pesepakbola akan membosankan jika tak dibarengi dengan aktivitas lainnya. Dallen juga memiliki hobi lain di sela-sela kesibukannya sebagai pesepakbola, dan ia biasa mengisi waktu luang dengan bermain game manajer sepakbola beken dunia, Football Manager.
“Kalau hobi aku suka main game Football Manager di laptop,” akunya. "Sekarang lagi ngelatih Real Sociedad,” jawabnya.
Jauh dari Indonesia bukan berarti melupakan perkembangan sepakbola di Tanah Air. Dallen tahu bahwa sepakbola Indonesia tengah berbenah saat ini, yang diawali dari penunjukan mantan pelatih timnas Spanyol U-21 dan U-21, Luis Milla, sebagai pelatih kepala timnas Indonesia.
Penunjukan mantan pemain Barcelona dan Real Madrid itu pun cukup memunculkan antusiasme dari Dallen. Ia berharap kelak dapat bermain untuk Milla. Apalagi dalam dua tahun ke depan timnas senior akan dihuni oleh para pemain dengan usia di bawah 23 tahun.
“Excited mas, semoga bisa kerjasama dengan dia dalam waktu dekat,” ucap Dallen. Ya, semoga kelak kita semua dapat melihat aksinya dengan mengenakan jersey merah Skuat Garuda.
(ahp)
Update 9 Maret 2018: Dallen kini bermain untuk klub Liga 1, Bali United.
Komentar