Piala Presiden yang akan menjadi turnamen pra-musim kesebelasan-kesebelasan peserta Liga 1 dan Liga 2 akan berlangsung akhir pekan ini. Tak melulu membicarakan persiapan kesebelasan, pemain, hingga pelatih, PSSI juga memberi ujian kepada perangkat pertandingan alias wasit yang nantinya akan turun di Piala Presiden 2017.
Berlangsung di lima kota, yaitu Bandung, Bali, Sleman, Malang, dan Madura, Piala Presiden juga terbagi menjadi lima grup (1 sampai 5). PSS Sleman, Persipura Jayapura, Mitra Kukar, dan Persegres Gresik United di grup 1. Di grup 2 ada Arema FC, Bhayangkara FC, Persija Jakarta, dan PS TNI. Dilanjutkan grup 3 yang berisikan Persib Bandung, PSM Makassar, Persiba Balikpapan, dan Persela Lamongan. Lalu di grup 4 ada Bali United, Sriwijaya FC, Pusamania Borneo FC, dan Barito Putera. Sementara di grup 5 berisikan Madura United, Semen Padang, Perseru Serui, dan PSCS Cilacap.
Di lima kota itu nantinya perangkat pertandingan sebanyak 58 orang akan diterjunkan oleh PSSI, sekaligus menguji kelayakan mereka dalam memimpin pertandingan. Hari ini, berlangsung di Makostrad Gambir, Jakarta, sebanyak 38 dari total 40 wasit hadir untuk pengambilan sumpah dan penandatangan janji wasit.
Pengambilan sumpah dan penandatanganan itu pun dihadiri langsung oleh Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, yang juga didampingi Kepala Staf Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto. Pasca menyampaikan pidato yang memotivasi para wasit, Edy pun menegaskan bahwa Piala Presiden ini akan jadi uji kelayakan wasit sebelum Liga 1 bergulir Maret mendatang.
“Pasti [ujian bagi wasit di Piala Presiden], wasit itu kan hakim, kalau hakim sudah tidak benar tidak cocok jadi hakim, berarti tidak cocok jadi wasit. Ini merupakan ujian selama saya menjadi ketua, ada turnamen di indonesia ini dimulai tanggal 4 [Februari 2017]. Kita lihat, kalau dia memang pantas jadi wasit, maka dia jadi wasit. Jika dia kurang mampu mengenai perwasitan, kita sekolahkan, kita berikan pelajaran untuk dia jadi mampu. Tetapi kalau urusan mental, jangan harap dia untuk jadi wasit,” tegas Edy.
Tanpa ragu pria yang menjabat sebagai Pangkostrad Letjen TNI itu juga akan mencoret wasit yang terbukti melanggar aturan dan kode etika perwasitan, “Kita coret dari urusan perwasitan, untuk seterusnya,” tegasnya. Lalu, pelanggaran apa nantinya yang masuk kategori pelanggaran berat?
“Melanggar, dia tidak sportif, dia menguntungkan dari kepentingan salah satu tim. Kalau salah keputusan karena ketidaktahuan dia, khilaf, kita lihat lagi nantinya,” tambah Edy.
Ketika sumpah wasit sudah diambil, para pengadil lapangan itu pun menandatangani perjanjian dan kami juga berkesempatan mengintip isi dari surat perjanjian itu, dengan beberapa poin di antaranya:
- Memimpin pertandingan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya tanpa memihak siapapun, dari klub peserta yang bertanding dalam turnamen Piala Presiden 2017.
- Tidak melakukan pertemuan atau mengeluarkan pendapat tentang pertandingan yang dipimpin sebelum atau sesudah pertandingan kepada pihak manapun termasuk pers/media.
- Tidak menerima hadiah apapun, baik berupa cinderamata ataupun bingkisan lain dalam bentuk apapun dari pihak yang patut diduga berkaitan dengan klub peserta, turnamen Piala Presiden 2017.
- Tidak melakukan komunikasi yang patut diduga untuk memengaruhi hasil pertandingan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui alat komunikasi apapun, dengan klub peserta turnamen Piala Presiden 2017.
- Menjunjung tinggi sportivitas dan memegang teguh dasar dan tujuan PSSI, serta menjalankan semua peraturan PSSI dengan sebaik-baiknya demi keluhuran korps wasit pada khususnya, dan keolahragaan pada umumnya.
- Menerima konsekuensi terhadap pelanggaran ketentuan butir 1 sampai 5 di atas, berupa sanksi tidak ditugaskan dalam kompetisi yang diadakan PSSI
https://twitter.com/panditfootball/status/827133566232387584
Dengan pengambilan sumpah dan janji wasit ini, kita semua bisa berharap jika keberlangsungan Piala Presiden dan Liga Indonesia ke depannya akan menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.
(ahp)
Komentar