Semangat Timo Scheuneumann kembali membumbung tinggi. Kondisi PSSI yang sudah mulai stabil membuatnya tak ragu untuk kembali terjun sebagai pelatih kesebelasan profesional di Indonesia. Sejak vakum pasca melatih Persema sekitar enam tahun lalu, Timo memang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan melatih akademi, melatih pelatih, melatih futsal, juga menjadi komentar sepakbola di televisi. Hal itu memang tidak terlepas dari dualisme yang terjadi di tubuh federasi.
Berbagai tawaran untuk mengarsiteki tim di Liga 1 pun langsung ia dapatkan. Persiba Balikpapan, yang menjadi salah satu kesebelasan yang menginginkan jasanya, langsung saklek ia pilih sebagai destinasi karier kepelatihan terbarunya. Timo memang mempunyai kedetakan emosional dengan tim berjuluk Beruang Madu tersebut. Sebagai mantan pemain yang pernah memperkuat Persiba pada tahun 1997 silam, tawaran itu membuatnya tak perlu dipikirkan berlama-lama untuk diambilnya.
“Saya cuma mau kembali melatih saat sudah tidak ada dualisme. Saya kan orangnya tidak suka berada di tengah-tengah, ya. Kemudian saya lihat sudah mulai kondusif kondisi di PSSI dan saya merasa sudah gregetan untuk melatih kembali karena ada semangat baru, semangat yang tadinya hilang karena kondisi sepakbola Indonesia yang seperti itu,” ujar pelatih yang akrab disapa Coach Timo ini saat kami temui disela-sela kesibukannya menangani Persiba di ajang Piala Presiden 2017.
“Kemarin ada tiga tawaran konkret, tapi yang paling konkret dari Persiba. Persiba itu bukan asal kesebelasan bagi saya, klub ini spesial bagi saya. Karena dulu kan saya pemain asing di Persiba. Bukan cuma itu, bahkan saya ini merupakan pemain asing pertama bagi Persiba. Tapi waktu itu timnya kurang, namun manajemennya sangat baik. Warga Balikpapan pun selalu menerima saya dengan baik,” tambahnya.
Diberi kepercayaan penuh oleh manajemen, pelatih kelahiran Kediri 43 tahun yang lalu ini pun sudah memiliki target jangka panjang untuk kembali membawa Persiba menjadi salah satu tim yang disegani di tanah air. Untuk merealisasikan hal tersebut, Timo mulai mencanangkan beberapa program. Di antaranya dengan mengubah filosofi bermain Persiba menjadi lebih modern. Hal itu memang sudah menjadi ciri khas pelatih berkewarganegaraan Jerman tersebut.
“Pertama, saya ingin tim ini bermain modern. Artinya, bertahan tidak asal bertahan, semua memakai sistem, semua tahu bola berada di mana, siapa yang harus mengambil pemain lawan, intinya harus organisasi yang rapih. Juga dalam menyerang, bukan asal tendang ke depan lalu berharap Tuhan membantu. Ya, pasti memang andalan kita Tuhan nomor satu. Tapi masa untuk urusan gol saja kita harus merepotkan Tuhan? Tapi maksudnya itu ekspresi orang Jerman, bertahan total kemudian kita berharap Tuhan di depan dapat membantu. Nah, saya tidak mau seperti itu, saya ingin menyerangnya itu dengan cara yang benar, terpola, banyak bola-bola pendek dan kombinasi, sehingga kita banyak kesempatan untuk mencetak gol.”
Namun Timo pun mengakui untuk mengusung sepakbola yang diinginkannya bukanlah perkara yang mudah. Terlebih para pemain seolah baru menemukan gaya bermain yang diperkenalkannya itu.
“Saya ingin mereka main kombinasi bola bawah, intinya butuh waktu karena sistem gaya modern itu seperti hal yang baru bagi mereka, makanya butuh waktu, tapi secara otak mereka sudah menangkap dan dalam latihan sudah mampu mereka tunjukan.”
Siap Cetak Bintang Baru di Persiba
Selain gemar memperagakan sepakbola yang indah, sudah bukan rahasia umum lagi jika pelatih yang telah mengantongi lisensi UEFA A ini gemar mengorbitkan para pemain muda. Tidak puas hanya dengan Irfan Bachdim, Kim Jeffrey Kurniawan, dan Zamrun bersaudara (Zulham & Zulvin), yang berhasil ia orbitkan menjadi pemain ternama, Timo pun mengungkapkan telah siap untuk menciptakan kembali beberapa bintang baru di Persiba.
Ia pun mengaku sangat bersyukur dengan diadakannya gelaran Piala Presiden yang dinilainya sangat cocok menjadi panggung para pemain muda untuk mengasah mentalnya. Di skuat Persiba sendiri saat ini terdapat beberapa pemain muda yang direkrutnya.
“Itu kenapa kita senang dengan diadakannya Piala Presiden, karena ini bagus untuk mengatasi mental para pemain dan membuat mereka dapat mengatasi ketidakpercayaan diri dan tekanan. Karena kan walau dalam latihan mereka mampu menangkap apa yang saya mau, tapi saat ada tekanan, mental, penonton, dan di pertandingan sesungguhnya, mereka sulit untuk menerjemahkan hasil latihan lagi, sulit untuk mengeluarkan apa yang sebenernya mereka bisa. Makanya saya senang dengan diadakannya Piala Presiden.”
“Tim ini masih sangat muda. Bintangnya hanya Marlon dan Rahman, sedangkan sisanya pemain no name, yang tidak cukup dikenal luas di Indonesia. Rata-rata mereka kelahiran 94,95,96, bahkan ada yang 97. Jadi tim ini tantangan buat saya. Tapi saya optimis dengan tim yang saya punya karena mereka pintar-pintar dan cepat tangkap.”
“Target saya di Liga 1, Persiba ingin lebih baik dari musim lalu. Tapi bukan hanya posisi di klasemen, melainkan juga soal cara bermain dan image (keras tapi tidak kasar).”
Ketika disinggung soal pemain muda yang dirasa siap menjadi bintang masa depan di bawah arahan dirinya, Timo pun menjawab enam nama, di antaranya Kartika Ajie, Ibrahim Sanjaya, Bryan Cesar, Melkior Leideker, Roby Kriswanto, dan Heri Susanto.
Baca Juga: Timo Scheuneumann Siapkan Tiga Formasi Bersama Persiba
Komentar