Sama-sama kalah di laga pertama penyisihan grup 2 Piala Presiden, Bhayangkara FC dan PS TNI berjumpa di Stadion Kanjuruhan, Malang. Bhayangkara kalah 0-2 dari Arema FC, sementara PS TNI takluk dengan skor 0-1 dari Persija Jakarta.
Pemenang laga ini akan menjaga kans lolos dari grup 2 dan Bhayangkara sukses melakukannya setelah meraih kemenangan dengan skor 2-1 melawan PS TNI. Bhayangkara yang baru kedatangan gelandang senior timnas Indonesia, Firman Utina, hanya bermain tanpa I Putu Gede yang terkena kartu merah di laga pertama kontra Arema.
Pelatih Simon McMenemy mengandalkan Evan Dimas Darmono di lini tengah untuk menjadi motor serangan Bhayangkara, terutamanya dalam menyuplai bola kepada lini depan yang berisikan Jajang Mulyana dan Dinan Javier. Sedangkan PS TNI memiliki dua pemain timnas Indonesia, Manahati Lestusen dan Abduh Lestaluhu di lini belakang.
Sebelum laga berlangsung, kedua pelatih sudah sama-sama mengutarakan niatnya untuk mencoba memainkan penguasaan bola dan menaikkan garis pertahanan demi mewujudkannya. Hasilnya kedua tim saling jual beli serangan di awal laga, sebelum Bhayangkara mengambil alih permainan.
Gol pertama baru lahir di menit 27 kala umpan silang Dendy Sulistiyawan ditanduk oleh Jajang Mulyana, Ravi Murdianto tak mampu menghentikannya. 1-0 Bhayangkara unggul hingga water break.
Pasca water break para pemain PS TNI mulai meningkatkan intensitas serangan dan sukses menyamakan kedudukan di menit 36. Pelanggaran terjadi di area kotak penalti Bhayangkara, dan Manahati yang ditunjuk sebagai eksekutor menjalankan tugasnya dengan baik. Gawang Wahyu Tri Nugroho bobol dan skor sama kuat 1-1.
Namun harapan membalikkan situasi PS TNI pun sirna semenit berselang. Evan Dimas muncul sebagai pahlawan Bhayangkara dengan gol penentu kemenangan yang ia ciptakan dari tendangan bebas. Skor 2-1 itu terus bertahan hingga laga bubar.
PS TNI sedianya di babak kedua masih berharap dapat mengejar ketertinggalan. Namun setelah gelandang asing mereka, Ibrahim Conteh, diusir wasit, situasi kian sulit bagi mereka untuk menyamakan kedudukan. Kekalahan kedua beruntun PS TNI ini pun mengakhiri perjalanan mereka di Piala Presiden 2017.
“Harapan lolos sudah habis. Evaluasi. Pemain sudah maksimal, namun kami mohon maaf gagal memberikan hasil yang terbaik. Di laga terakhir, kami akan tetap bermain dengan pemain yang sama, dan tetap fight,” ucap Mustaqim di konferensi pers pasca laga berakhir.
“Harga diri PS TNI. Pemain asing, ini jadi ajang evaluasi mereka. Saya berharap bisa ada pemain asing di tiap lini. Tetapi, jika hanya satu, kami butuh di belakang karena Manahati akan saya dorong ke posisi yang lebih ideal (tengah).”
Sementara di kubu Bhayangkara, McMenemy mengakui kemenangan ini bermakna ganda bagi timnya, karena laga ini juga jadi laga adu gengsi antara polisi (Bhayangkara klub milik polisi) dengan TNI.
“Laga yang selalu sulit melawan PS TNI. Apalagi melihat latar belakang mereka sebagai TNI. Manajemen pun menuntut agar kami (polisi) bisa menang atas tentara. Di laga ini saya senang dengan permainan para pemain. Kami bermain lebih baik ketimbang saat melawan Arema. Kami bermain lebih menyerang. PS TNI pun tampil menyulitkan,” tutur McMenemy.
“Kami punya banyak pemain muda dan saya cukup kesulitan untuk memilih. Kans lolos masih ada. Tetapi, ajang ini kami fokus untuk conditioning dan persiapan menghadapi kondisi sebelumnya.”
Kemenangan ini pun mengangkat posisi Bhayangkara ke peringkat tiga dengan koleksi tiga poin dan PS TNI di dasar klasemen tanpa poin. Di laga terakhir, Bhayangkara akan menghadapi Persija Jakarta, sementara PS TNI melawan tuan rumah, Arema FC.
(sf)
Komentar