Gabriel Barbosa datang ke Internazionale Milan dengan membawa julukan Neymar baru. Jurnalis-jurnalis di Brasil menganggap tekniknya seperti Neymar dan kekuatan kakinya seperti Ganso. Kedatangannya sama seperti pemain lain pada umumnya, diharapkan akan menjadi sesuatu yang besar pada waktu-waktu berikutnya.
Tapi nyatanya Gabriel seperti teka-teki. Kebingungan itu berdasarkan sedikitnya kesempatan untuk bermain di bawah tangan dua pelatih berbeda, baik masih ditangani Frank de Boer maupun beralih ke Stefano Pioli.
Gabriel bergabung dengan Santos ketika berusia delapan tahun. Kemudian ia mencetak 600 gol selama berkarier di kompetisi muda Brasil. Torehan itulah yang membuatnya dijuluki Gabigol sekaligus menjaga tradisi budaya Santos tentang produksi penyerang hebat. Klub itu pun berharap besar kepada Gabriel setelah kehilangan Neymar yang pindah ke Barcelona pada 2013 lalu.
Namun, Gabriel pun pada akhirnya tetap meninggalkan Santos setelah Inter membelinya dengan harga 29,5 juta euro. Uang itulah yang dipakai Inter untuk memenangkan perburuan Gabriel dari Barcelona, Juventus, Manchester City dan Manchester United.
Sebuah keputusan yang pada akhirnya membuat orang-orang dibuat tidak mengerti dan bertanya-tanya mengapa Gabriel lebih memilih Serie-A daripada La Liga atau Liga Primer Inggris? Jawabannya adalah ia ingin menjadi pemain yang lebih baik. Gabriel ingin mengembangkan kemampuan taktiknya dan membuktikan bahwa dirinya bisa berkompetisi di liga dengan pertahanan terbaik di dunia.
Ia pun memutuskan untuk mengambil tantangan bahwa dengan mencetak gol di Serie-A, Anda bisa mencetak gol di mana saja. Inter juga berharap jika Gabriel bisa fenomenal seperti Ronaldo. Kontrak lima tahun yang diberikan untuknya diharapkan dapat menjadi awal untuk hubungan jangka panjang.
Tapi Gabigol justru memperlihatkan statistik yang membingungkan. Ramalan bahwa Gabriel akan mencetak banyak gol, pada kenyataannya justru berbeda. Ia cuma mencetak satu gol dari enam laga. Dalam tiap laga ia cuma bermain sebanyak 66 menit. Bahkan dalam seluruh pertandingannya tersebut ia hanya diturunkan sebagai pemain pengganti.
Sementara para pendukung Inter hanya bisa melihat potongan-potongan bakat Gabriel ketika masih memperkuat Santos di saluran Youtube. Nasibnya berbeda dengan Gabriel Jesus yang langsung menjadi idola di City yang mencetak tiga gol dan satu asis dari empat laga perdananya.
Padahal kedua pemain itu sempat menimbulkan dilema dalam diri Tite yang melatih Tim Nasional Brasil. Tite bingung jika harus memilih siapa yang terbaik di antara dua pemain muda berbakatnya tersebut. Tapi saat ini Gabriel sedang tertekan karena jarang dimainkan.
Agennya, Wagner Ribeiro, pun sempat terbang ke Kota Milan pada Januari lalu untuk memastikan masa depan Gabriel, apakah kliennya itu akan dipertahankan atau dipinjamkan ke kesebelasan lain. Bahkan presiden Santos ingin mengembalikannya pada bursa transfer Januari lalu agar mengangkat namanya kembali. Namun Santos menghormati kontrak Gabriel bersama Inter.
Di sisi lain, Ribeiro tidak percaya jika pilihan kembali ke Santos akan menjadi keputusan yang bagus. Ribeiro percaya bahwa Gabriel masih bisa berjuang di Inter walau kliennya itu sedang merasa terhina secara fisik, moral, dan psikologis di Inter. Tapi Ribeiro senang karena Gabriel masih diberikan kesempatan bermain oleh Pioli. Namun Ribeiro ingin kliennya itu bisa diberikan waktu bermain lebih banyak. Apalagi uang yang dikeluarkan Inter untuk membeli pemain 20 tahun itu tidaklah sedikit.
"Yang terbaik untuknya adalah bertahan di Inter, salah satu klub terbesar di dunia. Di sini ada semua yang ia butuhkan untuk merasa baik. Dia mendapatkan kebaikan dengan rekan setimnya dan di dalam ruang ganti. Jadi objektifnya adalah bertahan di Inter, jika kemudian dia tetap tidak bermain. Kami akan melihat apa yang akan kami lakukan," ujarnya seperti Ribeiro dikutip dari ESPN FC.
Pioli sendiri sempat mengakui bahwa Gabriel terus berkembang di setiap latihannya. Namun Gabriel dirasa perlu meningkatkan pemahaman taktik, profesionalitas, dan fisiknya yang dianggap belum bugar. Pioli ingin melihat Gabriel bisa membuat pergerakan yang lebih taktis. Tidak hanya spektakuler untuk menjadi seorang spektakuler.
Mantan pelatih Lazio itu yakin bahwa Gabriel bisa lebih bagus lagi. Hal itu sudah tamoak dari permainannya ketika menghadapi Lazio yang cukup memukau penonton. Seperti pemain muda yang berbeda, tidak kaku, tidak takut untuk menguasai bola. Dia nampak seperti seorang pemain akhir 1980-an atau awal 1990-an.
Dan pada akhirnya Gabriel bisa mencetak gol perdananya ketika mengalahkan Bologna dengan skor 1-0 pada giornata 25 Serie-A 2016/2017. Gol yang sudah lama dinanti-nantinya untuk menebus harapan para suporter Inter yang terus mendukungnya. Sebab para pendukung Inter masih sangat tertarik kepada Gabriel untuk terus merumput di Stadion Giuseppe Meazza. Gol yang dicetaknya itu sebagai awal penghapus cap pembelian gagal Inter musim ini. Agar Inter percaya bahwa penilaian sebelumnya untuk Gabriel itu salah.
Sekarang Gabriel sudah merasa lega setelah mencetak gol perdananya untuk Inter. Dan ia sudah berusaha sangat keras untuk mencetak gol yang bersejarah, tidak terlupakan, sekaligus lembaran barunya. Gabriel pun wajib menambah pundi-pundi golnya. Maka Pioli perlu mengelola situasi ini dengan baik karena ia perlu menyesuaikan kemampuan Gabigol ini dengan strategi timnya.
Pioli harus berhati-hati keras soal itu. Taktik di Serie-A memang sangat penting, tapi Pioli juga harus menemukan prospek untuk Gabriel di tim utama. Bertahan atau tidaknya Gabriel di Inter tidak seharusnya diperdebatkan, namun bagaimana ia digunakan. Yang jelas kepindahannya ke Italia akan membantunya berkembang untuk jangka panjang.
Sumber lain: Corriere dello Sport, Daily Mail, ESPN FC, Football-Italia, Sempre Inter
Komentar