Mendapatkan durasi kontrak yang panjang menjadi waktu yang tepat bagi Alessandro Florenzi untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai pangeran AS Roma di tengah menuanya Francesco Totti dan Daniele De Rossi. Florenzi juga sudah mendapatkan kepercayaan ban kapten dalam sebuah pertandingan sepenting Derby della Capitale. Ia juga merupakan kapten ketiga Roma sejak putaran kedua musim lalu.
Florenzi juga merupakan kapten Roma primavera yang meraih scudetto 2010/2011. Kemudian ia menjadi pemain muda terbaik Serie-B 2011/2012 ketika menjalani masa pinjaman di Crotone. Tidaklah mengejutkan jika Florenzi telah menikmati karier yang terus merangkak naik hingga saat ini.
Sejak usia empat tahun ia mendukung Roma. Pamannya bernama Pietro masih ingat betul ketika Florenzi keluar dari pintu rumah memakai jersey Roma yang kedodoran sampai bawah lutut sambil menyelipkan bola di bawah lengannya. Tak pernah sedikit pun terbersit dalam pikirannya untuk tidak lagi mendukung AS Roma.
"Ada teman saya di sekolah yang selalu berusaha untuk membuat saya mendukung Lazio. Namanya Alessandro dan ia mencoba segala kemungkinan untuk mempengaruhi saya. Dia terus menekan saya tapi saya tidak pernah menyerah dan selalu mendukung Roma," kenang Florenzi seperti dikutip dari The Guardian.
Florenzi sangat disayangi keluarganya, begitu pun sebaliknya. Maka dari itu ia sangat bahagia ketika neneknya duduk di tribun Stadion Olimpico untuk menyaksikan pertandingannya langsung untuk pertama kalinya pada 2014 lalu. Bukan tanpa alasan jika Florenzi merayakan golnya menuju tribun penonton untuk memeluk neneknya.
"Keberadaannya [nenek] di sini itu fantastis karena dia tidak pernah bisa melihat saya sebagai seorang cucu. Tapi sekarang di usianya 82 tahun, ia menempuh perjalanan jauh untuk menonton saya. Saya mengatakan padanya jika dia datang ke stadion maka saya akan mencetak gol. Sehingga gol itu untuknya," ungkap Florenzi.
Florenzi merupakan pemain serba bisa walau posisi awalnya adalah gelandang tengah. Sebelum Roma menjadikannya seorang full-back, peran tersebut pernah dilakukannya ketika memperkuat Crotone. Pada waktu itu badai cedera tengah menimpa Crotone yang akan berlaga di Coppa Italia menghadapi Lecce. Dan sekarang Florenzi lebih sering dimaksimalkan sebagai full-back kanan sejak musim kedua Roma bersama Rudi Garcia.
Dari posisi itulah Florenzi bisa melesatkan gol-gol indah. Masih teringat bicycle kick-nya saat melawan Genoa, atau tendangan jarak jauh ketika menghadapi Barcelona di Liga Champions. Tapi yang jelas Florenzi siap dimainkan di manapun. Baik itu kembali menjadi penyerang sayap atau gelandang tengah maupun serang. Dan fleksibilitasnya itulah yang membuat Florenzi dipanggil Tim Nasional Italia di bawah kepelatihan Antonio Conte untuk Piala Eropa 2016 lalu.
Tapi musibah menerpanya ketika sedang berada di puncak kariernya. Florenzi mendapatkan cedera ligamen lutut yang parah ketika Roma mengalahkan Sassuolo pada 26 Oktober 2016. Hati para pendukung Roma sangat tenggelam ketika melihat Florenzi ditandu sambil meringis kesakitan. Begitu terlihat bahwa lutut kirinya pindah arah secara tidak wajar dan dikonfirmasi bahwa ligamennya pecah pada waktu itu. Awalanya ia diperkirakan bakal absen sampai 100 hari atau sekitar lima bulan. Waktu sepanjang itu pun tergantung dari pasca operasi.
Operasi pun sudah dijalani Florenzi dan mulai berlatih pada awal Desember lalu. Tapi cedera ligamen lututnya kembali kumat ketika menjalani latihan bersama Roma Primavera pada pertengahan Februari ini. Ternyata ligamen lutut kiri Florenzi mengalami luka sobek. Hal itu membuatnya memungkinkan kembali naik ke meja operasi untuk memnyembuhkan ligamen lututnya yang rusak. Tentu saja insiden itu membuat Florenzi semakin lama merumput kembali untuk AS Roma.
Di sisi lain, Roma seperti terlalu percaya diri menangani cedera yang diderita Florenzi saat ini, mengingat mereka pernah menyembuhkan ligamen lutut yang sebelumnya dialami Antonio Rudiger dan Mario Rui. Bahkan kesembuhan Rudiger terbilang sangat cepat karena cuma membutuhkan pengobatan selama lima bulan. Namun Florenzi bernasib lain dan bisa saja separah Kevin Strootman yang harus mengalami tiga kali operasi.
Tapi Roma dan para pendukungnya tetap mendukung dan menunggu kesembuhan Florenzi. Dukungan mereka tetap mengalir deras untuk pangeran masa depan Roma tersebut. Skuat Roma pun menjenguk Florenzi ketika sebelum bertanding melawan Torino. Bahkan Roma sengaja memakai seragam khusus pada laga tersebut sebagai bentuk dukungan. Dan kemenangan 4-1 atas Torino pun secara terang-terangan dipersembahkan untuk Florenzi. Tidak hanya dari kesebelasannya sendiri, Internazionale Milan pun memberikan dukungan kesembuhan lewat akun Twitter resminya.
Roma pun semakin lama kehilangan stamina dan etos kerja luar biasa yang selalu ditunjukkan Florenzi di lapangan. Hanya waktu yang akan memberi tahu seberapa besar rasa kehilangannya. Di sisi lain, Roma pun membutuhkan rotasi Bruno Peres untuk mengisi pos pertahanan dan serangan sisi kanan. Tapi kerugian terbesar Roma adalah Florenzi sudah seperti Totti dan De Rossi. Florenzi dilimpahi bakat dan terkoneksi dengan Roma sejak lahir. Maka ia tahu apa yang diinginkan para pendukung kesebelasannya dan tahu apa artinya bermain dengan mengenakan seragam Roma.
Sumber lain: AS Roma, Blacher Reports, ESPN FC, Football-Italia, SB Nation.
Komentar