Sepakbola Indonesia dalam Perspektif Jakarta Casual

Football Culture

by Randy Aprialdi 62997

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Sepakbola Indonesia dalam Perspektif Jakarta Casual

Tidak ada yang menyangka jika kedatangan orang asing asal Inggris pada tahun 2002 akan membuat sebuah karya buku sepakbola. Andi Bachtiar Yusuf, sutradara film-film sepakbola, yang pertama kali bertemu dengan orang asing bernama Antony Sutton pada 2007 itu juga tidak menyangka akan menjadi penerjemah bukunya berjudul "Sepakbola: The Indonesian Way of Life" pada 10 tahun kemudian. Padahal di dalam bukunya, Andi menceritakan bagaimana awal pertemuannya dengan Antony. Sosok pria berkulit putih dan besar itu mengenalkan diri kepada Andi bahwa ia berasal dari Arsenal dengan logat Inggris dan sambil tertawa-tawa ceria.

Cerita perkenalan itu dituliskan pada buku "Sepakbola: The Indonesian Way of Life" tersebut. Buku yang diinisiasi dari blog Antony bernama Jakarta Casual, berisi tentang ragam kondisi sepakbola di Indonesia. Karya Antony itu tidak lepas dari ketertarikannya kepada situasi sepakbola di Indonesia. Baginya, sepakbola di Indonesia itu unik dan spesial. Ia melihat kultur sepakbola Indonesia persis seperti di negaranya dahulu ketika industri sepakbola di Inggris masih belum diciptakan.

Antony pun berharap klub-klub sepakbola di Indonesia jangan terlalu industrialis seperti kesebelasan idola dari asalnya, Arsenal, yang semuanya sudah dilihat melalui uang. Ia juga berharap agar klub-klub Indonesia tetap menjaga gairah suporternya dan tidak terjun terlalu dalam kepada dunia bisnis.

Jika pun turun ke dunia bisnis, Antony menyarankan agar harus ada keseimbangan antara menjalankan klub sebagai bisnis dan menjaga hasrat pada suporternya. Tapi menurutnya hal itu sulit untuk dilakukan. "Sepakbola Indonesia ini seperti sepakbola Inggris sebelum Rupert Murdoch datang (era Football League 1970-an sampai 1980-an). Saat itu sepakbola di Inggris masih mengutamakan suporter dan belum mengutamakan uang. Dalam istilah seperti itu, bisa disebut kalau sepakbola masih suci. Sepakbola belum disentuh oleh bisnis," kata Antony ketika ditemui di Gedung Landmark, Bandung.

Antony sendiri tahu bahwa sepakbola Indonesia masih mendapatkan stigma negatif dari luar negeri seperti "Sepakbola Gajah" dan dualisme. Tapi menurutnya yang membuat menarik adalah ketidakpastian sepakbola Indonesia itu sendiri seperti jadwal dan hal-hal non teknis. Begitu pun dengan orang-orang yang mengitarinya seperti pelatih, pemain, manajemen dan para suporternya. Dalam blog dan bukunya, ia berusaha untuk mengabarkan hal-hal positif tentang sepakbola Indonesia melalui berbagai sisi lain tersebut.

"Indonesia itu seperti (cerita) Beauty and The Beast dalam satu paket. Ada banyak tempat bagus seperti Bromo, Bali, Lombok, Raja Ampat. Tapi di sisi lain ada kemacetan dan juga polusi udara. Sepakbola Indonesia pun sama. Oleh karena itu di buku ini saya mencoba menuliskan hal-hal positif dari sepakbola Indonesia," jelas Antony.

Sekitar 20 kota di Indonesia sudah ia singgahi untuk mengenal sepakbola negara ini lebih jauh. Antony mengatakan bahwa budaya dan hasrat terhadap sepakbola di Indonesia relatif sama. Pendapat itu salah satunya bisa dilihat dari pemandangan gerombolan suporter yang mengenakan jersey kebanggaan kesebelasan lokalnya. Dari situlah ia bisa menilai begitu besarnya kecintaan masyarakat di sana kepada kesebelasan lokalnya. Maka dari itu ia berencana akan membuat buku keduanya dengan ruang dan lingkup sepakbola Indonesia ke wilayah yang lebih luas.

Antony pun menceritakan tentang proses pemberian nama akun Jakarta Casual yang dikelolanya. Ketika hendak membuat website, Antony mencari nama yang akan membuat pemasarannya bagus dan signifikan. Awalnya, ia akan memberi nama blognya Antony Indonesian Football Blog. Tapi nama itu dirasa terlalu panjang dan tidak bagus untuk dijadikan branding. Lagupula, nama yang terlalu panjang itu akan susah diingat banyak orang. Akhirnya, ia memilih nama yang lebih simpel. Ia teringat kepada pergerakan budaya casual yang terjadi di Inggris pada 1980-an.

Lalu bagaimana dengan "Jakarta"? Hal itu tidak lepas dari letak geografis hidupnya. Pemberian nama Jakarta untuk website-nya karena ia tinggal di Tangerang yang berdekatan dengan Jakarta sebagai ibukota negara. Maka dari itulah ia menamakan website miliknya Jakarta Casual dan nama itu pun mudah diingat. Tapi di sisi lain, Jakarta Casual memiliki cerita menarik tersendiri karena namanya tersebut. Penggunaan nama Jakarta Casual sempat menjadi kontroversi di dunia suporter di Indonesia.

Awalnya, ia tidak tahu bahwa budaya casual sedang berkembang di Indonesia. Tentu saja nama Jakarta Casual menjadi kebencian bagi pendukung Persib Bandung yang notabene adalah musuh bebuyutan pendukung Persija Jakarta. Ketika akun Twitter Jakarta Casual mulai berkicau, Antony heran mengapa begitu banyak cacian kepadanya, padahal Antony sendiri bukanlah pendukung Persija. Kemudian ketika Persib menjuarai Indonesian Super League (ISL) 2014, Jakarta Casual memuji Persib. Kemudian ada beberapa akun pendukung Persib mengklarifikasi bahwa Jakarta Casual bukanlah akun pendukung Persija.

Tapi pujian dan pembelaan itu juga justru menjadi bumerang tersendiri bagi Jakarta Casual. Sebab setelah pujian itu ada beberapa pendukung Persija yang mempertanyakan nama Jakarta Casual namun menulis tentang Persib. "Baru kali itu saya melihat ada Jakmania (pendukung Persija) dan suporter Persib bersatu melawan satu orang, yaitu saya," ujar Antony sambil tertawa.

Begitu banyak orang-orang Indonesia yang gila terhadap sepakbola dan tulus memberikan hidupnya kepada kesebelasan kesayangannya. Tapi ketika ada orang asing yang mencintai situasi sepakbola Indonesia, itu luar biasa. Padahal situasi sepakbola di Indonesia ini dirasa begitu memalukan. Tapi Antony justru membanggakannya dari sisi yang lain. Tanpa ada syarat yang harus dimiliki untuk mencintai sepakbola Indonesia.

Jika bertanya mengenai alasan mengapa ia begitu betah tinggal di Indonesia, Antony menjawabnya dengan unik. Beberapa nama pemain asing yang berkiprah di Indonesia dalam waktu lama ia sebutkan, setelah itu ia bertanya balik, "Pernahkah terpikir di benak kalian mengapa mereka tinggal lama di sini?" tanya Antony sambil tersenyum.

Komentar