Hanya meraih tujuh poin dari tujuh pertandingan terakhir adalah sinyal berbahaya bagi RB Leipzig. Namun, sebelum Bundesliga 2016/2017 memasuki paruh kedua (Rückrunde), hal ini memang sudah diprediksi.
Permainan RB Leipzig yang menawan pada paruh pertama, dengan metode menyerang a la Jerman lama (menusuk dari tengah) dan menekan lawan ke area sayap bisa dibilang berhasil. Banyak tim tidak menyangka bahwa Die Bullen akan bermain seperti ini, sehingga mereka kerap kali tertelan oleh permainan Leipzig dan akhirnya mengalami hasil buruk.
Dengan permainan seperti ini, Leipzig pun menjadi salah satu kejutan Bundesliga 2016/2017. Pada akhir paruh pertama sebelum winter break, mereka masih bercokol di peringkat kedua, dengan selisih poin yang tidak terlalu jauh dari Bayern München.
Baca Juga: Taktik yang Meroketkan RB Leipzig ke Papan Atas Bundesliga
Memasuki paruh kedua, berbagai spekulasi pun mulai bermunculan. Apakah Leipzig tetap mampu mempertahankan penampilannya? Apakah mereka tetap akan menjadi tim yang mengejutkan?
Sepanjang Januari 2017, tim yang bermarkas di Zentralstadion (berganti nama menjadi Red Bull Arena) ini pun masih menampilkan permainan yang cukup mengesankan. Dua pertandingan di akhir Januari 2017 mereka libas dengan kemenangan. Malah mereka menjadi tim yang sukses menghentikan rekor tidak kalah TSG 1899 Hoffenheim.
Namun, selepas hasil manis di Januari, Leipzig jarang lagi mendapatkan hasil bagus. Hasil positif terakhir yang mereka dapatkan adalah kemenangan 3-1 atas FC Köln, sisanya adalah hasil negatif. Hanya tujuh poin dari maksimal 21 poin yang bisa mereka raih dari tujuh pertandingan terakhir.
Sesuai dengan prediksi pada akhir paruh pertama, pertanyaan pun muncul. Apakah bensin RB Leipzig sudah habis?
Borussia Dortmund, Awal dari Antitesis Taktik RB Leipzig
Akhir Januari 2017, antitesis dari permainan Leipzig sebenarnya sudah ditemukan oleh salah satu pelatih di Bundesliga. Julian Nagelsmann, pelatih muda yang melatih Hoffenheim-lah, yang menemukan antitesis dari permainan RB Leipzig. Nagelsmann menerapkan strategi matching up. Mereka memaksa Leipzig menyerang dari sayap, hal yang biasa dilakukan oleh Leipzig kepada lawannya, ketika masuk fase bertahan.
Beda dengan Leipzig, Nagelsmann menggunakan pendekatan yang lain ketika menyerang. Saat dua fullback dan garis pertahanan ditinggikan, ia memerintahkan para pemainnya untuk menyerang dari sayap. Lubang yang ditinggalkan oleh dua fullback dan garis pertahanan yang kelewat tinggi dimanfaatkan betul oleh Hoffenheim. Mereka pun unggul terlebih dahulu. Sayang tidak konsistennya mereka menerapkan permainan ini membuat Die Kraichgauer akhirnya kalah dari Die Roten Bullen.
Meski kalah, dalam pertandingan itu Nagelsmann meninggalkan sebuah hal yang berharga kepada pelatih-pelatih lain di Bundesliga. Sebuah cara untuk mengalahkan RB Leipzig yang begitu tidak tersentuh pada paruh pertama. Cara inilah yang berhasil dimatangkan oleh Borussia Dortmund, yang memang berisikan winger-winger dengan kecepatan mumpuni.
Seusai kekalahan dari Dortmund, RB Leipzig pun mulai kelimpungan. Model serangan dan pertahanan yang mereka terapkan sudah menemukan antitesisnya. Hasil-hasil negatif pun mulai berdatangan setelah mereka kalah dari Die Borussen.
Strategi Cadangan yang Belum Didapat Ralph Hasenhüttl
Setelah kekalahan dari Borussia Dortmund, yang berlanjut dengan kekalahan dari Hamburg SV, juga kekalahan beruntun dari VfL Wolfsburg dan Werder Bremen, pertanyaan pun muncul. Apakah bensin RB Leipzig sudah habis untuk menjalankan permainan yang biasa mereka tunjukkan pada paruh pertama?
Mengatakan bahwa bensin mereka habis, adalah hal yang kurang tepat. Sebenarnya bukan bensin yang habis, tapi Leipzig tidak dibiarkan bermain seperti yang mereka tunjukkan pada paruh pertama lalu. Jika biasanya Leipzig dipaksa untuk menyerang dari sayap, sekarang mereka banyak dipaksa untuk menyerang lewat sayap oleh lawan-lawannya.
Hal tersebut pun membuat Leipzig menjadi tim yang banyak menyerang dari sayap. Tidak memiliki winger andal, akhirnya serangan dari sayap ini kerap buntu. Apalagi ketika fullback maju, hal itu akan menjadi lubang tersendiri di lini pertahanan.
Pekerjaan rumah pun menjadi milik Ralph Hasenhüttl. Sesudah kekalahan atas Bremen di Weserstadium dengan skor 3-0, ia pun berujar bahwa ia harus segera menemukan cara lain untuk menyerang dan bertahan, tidak mengandalkan pola yang sama seperti yang ia terapkan pada putaran pertama lalu.
"Kami tidak bisa terus mengandalkan momentum, keberuntungan, dan cara yang sama seperti halnya pada paruh pertama lalu. Harus ada cara lain yang kami temukan," ujar Hasenhüttl seperti dilansir World Football.
***
Persaingan di papan atas, di liga manapun itu, biasanya akan berlangsung cukup ketat. Jika sebuah tim yang bersaing di papan atas tidak memikirkan banyak kemungkinan dan hanya terpatok pada satu pola saja, hal itu akan menjadi bumerang karena pola tersebut bisa jadi akan menjerumuskan sebuah tim tersebut. RB Leipzig sekarang sedang berada di posisi yang sama.
Menarik untuk menantikan cara yang akan digunakan oleh Ralph Hasenhüttl untuk membawa Leipzig kembali menjadi tim yang mengejutkan di ajang Bundesliga. Sebenarnya bensin para pemain Die Roten Bullen masih ada, hanya saja perlu situasi dan kondisi yang tepat untuk melepaskan kembali tenaga para pemain RB yang begitu menggelora pada paruh pertama lalu.
Komentar