Adu Kualitas Serangan Sayap di Etihad Stadium

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 30133

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Adu Kualitas Serangan Sayap di Etihad Stadium

Duel antara Manchester City menghadapi Liverpool di Etihad Stadium pada Minggu (19/03) berakhir imbang 1-1. Posisi klasemen kedua kesebelasan tak berubah dengan City menempati posisi tiga sementara Liverpool satu strip di bawahnya. Namun yang menarik dari laga ini adalah bagaimana kedua kesebelasan bermain terbuka dan saling balas serangan.

Total 26 tembakan tercipta pada laga ini. Masing-masing kesebelasan mencatatkan 13 tembakan. Peluang demi peluang memang selalu berhasil mereka ciptakan. Manchester City meski menguasai lebih banyak penguasaan bola, namun tak bisa mendominasi permainan karena Liverpool memberikan perlawanan yang cukup sengit.

Kedua kesebelasan ini pun bermain dengan pendekatan strategi yang tak jauh berbeda saat melancarkan serangan. Dalam formasi dasar 4-3-3 atau 4-1-4-1, kedua kesebelasan berorientasi pada serangan sayap. Umpan silang pun menjadi senjata kedua kesebelasan dalam mengirim umpan ke kotak penalti. City mencatatkan 23 umpan silang, sementara Liverpool melakukan 19 umpan silang.

Dari kubu tuan rumah, Manchester City sebenarnya cukup siap menghadapi serangan sayap Liverpool. Hal ini terlihat ketika sang manajer, Pep Guardiola, memasang Fernandinho sebagai full-back kanan. Posisi gelandang bertahan yang biasa ditempatinya, diisi oleh Yaya Toure.

Perubahan ini dilakukan tampaknya untuk memperkuat sisi kanan pertahanan City yang pada leg kedua melawan Monaco menjadi salah satu kelemahan City. Dua dari tiga gol yang berhasil dicetak Monaco kala itu tercipta dari area yang ditempati oleh Bacary Sagna pada laga tersebut. Pep tentu tak mau hal ini terulang, dan menjadikan Fernandinho sebagai solusi.

Perubahan ini terbilang efektif sebenarnya. Philippe Coutinho tak berkutik, di mana ia hanya mencatatkan satu tembakan saja pada laga ini. Bahkan Sadio Mane yang notabene ditempatkan di sisi kanan harus sering membantu sisi kiri penyerangan mereka. Belum lagi adanya bantuan dari James Milner yang ditempatkan di full-back kiri Liverpool.

Hanya saja celah di lini pertahanan City justru tercipta di area yang ditempati Yaya Toure. Gol penalti Milner tercipta dari pelanggaran Firmino, di mana ia sebelumnya menerima bola dari Emre Can yang bebas memberikan umpan tanpa pengawalan di area Yaya Toure. Sebelum itu, area depan kotak penalti City ini seringkali menjadi pintu bagi Liverpool untuk menciptakan peluang.

Grafis umpan kunci Liverpool, mayoritas terjadi di area Yaya Toure

Hal ini pun tampaknya disadari oleh Pep Guardiola. Pada menit ke-63, Yaya digantikan oleh Bacary Sagna, membuat Fernandinho kembali ke pos gelandang bertahan. Bahkan Leroy Sane digantikan Fernando tujuh menit jelang waktu normal berakhir sebagai upaya City menambal lubang di lini tengah.

Sementara itu City menyerang melalui sisi kanan mereka. Namun bukan hanya melalui Raheem Sterling, tapi juga melalui Kevin De Bruyne. Meski ditempatkan di tengah, ia lebih sering bergerak ke sisi kanan. Bahkan gelandang asal Belgia inilah yang tampaknya mendapatkan tugas untuk mengirimkan umpan silang untuk Sergio Aguero serta Leroy Sane dan/atau Sterling yang selalu berada di dalam kotak penalti untuk menyambut umpan silang.

Umpan silang yang dikirim para pemain City sendiri tidak melalui udara. Liverpool sadar betul trio lini depan mereka tak memiliki postur tubuh yang bisa menandingi Joel Matip dan Ragnar Klavan yang handal dalam duel udara. Maka sedari babak pertama, umpan-umpan silang mendatar terus dilancarkan para pemain City, khususnya De Bruyne.

City pun kemudian terlihat lebih berbahaya jika berhasil mengirimkan umpan silang seperti ini. Di babak pertama, sejumlah peluang nyaris menjadi gol andai umpan silang mendatar ini berhasil dicocor para pemain depan City. Serangan ini sendiri baru membuahkan hasil ketika De Bruyne mengirimkan umpan silang mendatar yang dimanfaatkan Aguero.

Sisi kiri pertahanan Liverpool, yang dicecar oleh City lewat De Bruyne, awalnya bermain baik. Namun perlahan dengan Coutinho yang tak membantu pertahanan membuat Milner semakin kewalahan menghadapi De Bruyne, juga Fernandinho dan Sagna, yang kerap membantu serangan City. Gol pun terjadi.

Namun sama seperti Liverpool yang memiliki banyak peluang, peluang-peluang City pun tak menjadi banyak gol karena penyelasaian akhir yang kurang sempurna. Selain itu duet Matip-Klavan pun melindungi Simon Mignolet yang tampil cukup baik dan melakukan sejumlah penyelamatan. Dengan tanpa adanya kesalahan fatal dari individu masing-masing tim, hasil imbang ini rasanya memang menjadi hasil yang ideal bagi laga penutup pekan ke-29 ini.

Komentar