Konspirasi Marquee Player dan Invasi Taipan Asing di Indonesia

Cerita

by redaksi 86091

Konspirasi Marquee Player dan Invasi Taipan Asing di Indonesia

Ada satu cerita investigasi menarik soal peraturan marquee player yang tidak jelas ini di Indonesia. Investigasi tersebut mengerucut kepada konspirasi soal keberpihakan pengatur sepakbola tertinggi di Indonesia dengan salah satu atau beberapa kesebelasan di Indonesia.

Konflik kepentingan menjadi salah satu penyebabnya. Dengan mudahnya, tidak perlu bukti pun sebenarnya kecurigaan demi kecurigaan akan timbul dengan sendirinya jika sudah ada masalah bernama konflik kepentingan ini. Apalagi jika bukti-bukti benar-benar sudah terkumpul.

Seolah kita semua bodoh dan sedang tertipu berjamaah, badan tertinggi sepakbola nasional bisa lancar, sejauh ini, mengatur regulasi sedemikian rupa sehingga bisa menguntungkan beberapa pihak dan merugikan sebagian besar pihak yang lain. Namun, hadirnya kritik-kritik dan protes-protes menunjukkan kepada mereka jika masyarakat sepakbola Indonesia tidak selugu itu.

Dari mulai individu, perkumpulan pemain, perkumpulan pelatih, sampai kepada media, suara-suara kritis dan protes mulai terhimpun dan terdengar nyaring.

Salah satu peraturan yang mengundang banyak kecurigaan adalah marquee player yang berhubungan langsung dengan pemain asing. Salah satu kesebelasan besar di Indonesia seolah dimuluskan langkahnya untuk mengontrak pemain berjenis ini dengan regulasi marquee player yang tiba-tiba muncul. Dan kacaunya, kejadian ini terulang beberapa kali, yang membuat tadinya marquee player hanya boleh satu, tapi sekarang menjadi tidak terbatas jumlahnya.

Kemudian salah satu kesebelasan juga baru-baru ini memutuskan untuk membuka saham mereka kepada publik. Berkat terbukanya saham ini, kesebelasan tersebut menjadi incaran taipan atau konglomerat asal Arab dan Tiongkok. Tapi tidak seperti topik lain yang menimbulkan SARA, hal ini ternyata tidak terlalu ramai di sepakbola, sehingga hal ini diprediksi akan berjalan tanpa hambatan yang nyata.

Para taipan itu berencana mendatangkan beberapa pemain bintang berlabel marquee player untuk meningkatkan nilai bisnis kesebelasan secara langsung, dan nilai bisnis liga secara tidak langsung. Strategi IPO (initial public offering) dari kesebelasan tersebut terlihat akan berbuah manis, apalagi di Indonesia sekarang ini sudah terdapat MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), sehingga jalan pun terbuka sangat lebar.

Beberapa kesebelasan lain yang tidak sanggup membeli marquee player dikabarkan kepincut juga dengan strategi IPO ini. Jika benar, maka akan ada potensi terjadinya penjualan besar-besaran terhadap saham di kesebelasan-kesebelasan di Indonesia di waktu dekat, dengan incaran utama mereka adalah penjualan saham kepada pengusaha asing, terutama yang berstatus taipan atau konglomerat.

Kalau hal ini terjadi, maka kesebelasan-kesebelasan di Indonesia akan dikuasai oleh asing. Hal ini akan berdampak positif maupun negatif, tetapi secara bisnis akan meningkatkan nilai kesebelasan bukan hanya di tingkat nasional, tapi juga di tingkat Benua Asia atau bahkan dunia.

Peningkatan ini tentunya akan membuat pemain-pemain bintang berlabel marquee player akan berdatangan, ditambah juga perbaikan pada infrastruktur dan manajemen yang harapannya semakin profesional karena mengacu kepada standar asing. Menarik bukan?

Tidak sampai di situ saja. Pihak tertinggi pengatur sepakbola Indonesia mengetahui hal tersebut dan dikabarkan sedang merencanakan pembatalan revisi finalisasi aturan marquee player untuk memuluskan langkah kesebelasan-kesebelasan tersebut.

Namun sepandai-pandainya tupai meloncat, ia akhirnya akan terjatuh juga. Gelagat ini terendus oleh banyak pihak, terutama mereka yang merasa dirugikan. Belum lagi adanya masalah baru yang menyinggung hak asasi manusia (HAM) mengenai pembatasan usia pemain.

Hal-hal ini akhirnya mengerucut kepada kemungkinan akan dilaporkannya badan tertinggi pengatur sepakbola Indonesia tersebut kepada kepolisian dengan tuduhan konspirasi yang merugikan banyak pihak.

Sekarang bukti-bukti sedang dikumpulkan, dan bukan tidak mungkin jika laporan ini tidak cepat-cepat disikapi, maka demonstrasi serupa aksi 212 (atau yang sejenisnya) akan terjadi di Indonesia. Tuntutan mereka juga sebelas-duabelas, yaitu: menuntut keadilan di sepakbola Indonesia.

***

Kisah investigasi ini terlihat sangat menarik, tapi saking menariknya, sampai-sampai kamu tidak sadar jika hari ini adalah April Mop. Selamat!


Cerita ini ditulis pada 1 April 2017 dan secara kontekstual merupakan bagian dari April Mop atau April Fool`s Day. Seluruh isi di tulisan ini, mulai dari judul sampai paragraf terakhir ("menuntut keadilan di sepakbola Indonesia"), bukan menyatakan hal yang sebenarnya terjadi. Ya, tulisan ini hanya tulisan fiksi. Jangan terlalu serius, ah! *kedip.

Oh iya, artikel ini juga mengingatkan pembaca semua agar tetap selalu kritis dalam membaca. Serta menyadarkan banyak pihak bahwa pada era arus informasi yang deras seperti sekarang ini, segala pemberitaan yang muncul harus disikapi secara bijak.

Komentar