Cahaya Asia Tenggara Bagi Shane Smeltz Si Penjegal Italia di Piala Dunia

Cerita

by Randy Aprialdi 47565

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Cahaya Asia Tenggara Bagi Shane Smeltz Si Penjegal Italia di Piala Dunia

Kedah FA diberikan kesan yang manis oleh Shane Smeltz. Tiga pertandingan terakhir yang dilakoni Shane bersama Kedah pada Malaysia Super League 2016, empat gol telah dicetaknya. Total, enam gol yang disumbangkan Shane dari sembilan pertandingannya bersama Kedah. Gol-gol yang digelontorkan penyerang asal Selandia Baru itu membuat Kedah berhasil berada di peringkat tiga klasemen akhir Malaysia Super League 2016. Dan pada musim itulah Shane merasakan atmosfer kariernya di Asia Tenggara.

Musim perdananya di sepakbola Asia Tenggara itu memberikan kesenangan tersendiri bagi Shane. Pengalamannya bermain di Tim Nasional Selandia Baru, liga teratas Australia dan sempat memperkuat AFC Wimbeldon, Halifax Town dan Mansfield Town di Inggris, membuatnya beradaptasi dengan sepakbola Asia Tenggara lebih mudah. Sebab torehannya bersama Kedah membuat banyak para penikmat sepakbola di Malaysia kaget dengan kecepatan adaptasinya.

Kemudian Shane kembali lagi ke Asia Tenggara setelah memperkuat Wellington Phoenix di Liga Selandia Baru. Setelah sukses di Malaysia, kali ini ia mencoba peruntungannya di Indonesia dengan bergabung ke Borneo FC. Shane direkrut Borneo sebagai pemain berstatus marquee player karena keterlibatannya dengan Tim Nasional Selandia Baru pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Pada ajang itu Shane dikenal karena gol semata wayangnya ketika laga baru berjalan tujuh menit, membuat juara bertahan Italia kerepotan harus menyusulnya untuk laga yang berakhir imbang 1-1. Italia pun langsung gugur sejak fase grup pada Piala Dunia 2010 tersebut dengan menempati posisi juru kunci, di bawah Selandia Baru, karena kalah di laga terakhir menghadapi Slovakia dengan skor 3-2.

Shane sendiri sudah mengoleksi 24 gol dari 51 pertandingan internasional bersama Selandia Baru. Sampai saat ini pun Shane masih aktif di dalam skuat Selandia Baru besutan Anthony Hudson. Ia juga dipanggil Anthony ketika negaranya bertanding pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018 Rusia. Bisa dibilang bahwa Shane merupakan penyerang terbaik Selandia Baru dalam 10 tahun terakhir. Total 52 gol yang dicetak untuk negaranya itu pun merupakan yang terbanyak kedua sepanjang sejarah setelah Vaughan Coveny.

Maka dari itu Shane juga merupakan salah satu pemain terbaik Selandia Baru dalam 10 terakhir selain Winston Reid. Penilaian kepadanya itu bukan tanpa alasan, selain membawa Selandia Baru ke Piala Dunia 2010 dan menorehkan kejutan, Shane juga memiliki berbagai gelar individual. Ia meraih sepatu emas A-League (Top Skor Divisi tertinggi Liga Australia) sebanyak tiga kali bersama dua kesebelasan berbeda. Prestasi itu belum digabungkan dengan gelar-gelar individual lainnya seperti pemain terbaik, masuk ke dalam skuat terbaik dan lainnya dalam satu musim.

Keputusannya untuk pindah berkarir di Indonesia pun sudah direstui dan Des Buckingham selaku Pelatih Wellington. "Sejak ia tiba, ia menunjukkan bahwa dirinya seorang yang profesional di dalam dan di luar lapangan dan telah menjadi bagian dari banyaknya perbaikan performa (Wellington) di paruh kedua musim ini. Saya berharap semua yang terbaik di dalam petualangan barunya yang saya yakin akan sukses," ujarnya seperti dikutip dari Fox Sport.

Shane memiliki alasan untuk berkarier di Indonesia. Penyerang 35 tahun itu ingin terus meningkatkan fisiknya karena harus berjibaku membawa Selandia Baru kembali ke Piala Dunia. "Di usiaku saat ini, saya tidak boleh melamban. Dan dengan All Whites (julukan Selandia Baru) di kualifikasi Piala Dunia dan Piala Konfederasi, saya harus menjaga tingkat kebugaran yang telah dibangun di (Wellington) Phoenix. Saya sudah berbicara dengan Anthony Hudson dan dia senang dengan apa yang saya lakukan," terang Shane.

Kedatangannya ke Borneo memang kebutuhan tersendiri bagi Dragan Djukanovic sebagai pelatihnya saat ini. Sebab soal marquee player, Borneo lebih sering dikaitkan dengan nama Cicinho yang merupakan mantan full-back kanan AS Roma, Real Madrid dan Villarreal. Tapi posisi full-back kanan bukanlah sesuatu yang paling dibutuhkan Borneo saat ini karena sudah mendatangkan Zulvin Zamrun. Justru Borneo FC masih mencari penyerang asing baru setelah kepergian Pedro Javier.

Pada posisi itulah Borneo sering digadang-gadang bakal merekrut Addison Alves. Bahkan mantan penyerang Persela Lamongan itu sempat ikut latihan bersama Ponaryo Astaman dkk. Tapi justru Shane yang datang dan pengalaman serta insting mencetak golnya dipercaya masih terasa karena subur ketika berkarir di Liga Malaysia. Dengan adanya Shane, maka bukan tanpa alasan jika Borneo akan semakin menjadi ancaman di Liga 1 2017 mendatang.


Sumber lain: ESPN FC

Komentar