Regulasi yang ditetapkan oleh PSSI jelang bergulirnya ajang Liga 1 menuai banyak kontroversi. Joko Driyono, wakil ketua PSSI yang sekarang merangkap sebagai Plt. (Pelaksana Tugas) Sekjen PSSI pasca mundurnya Ade Wellington dari kursi sekjen, memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.
Sebelum Liga 1 ini dimulai, PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI membuat regulasi yang kelak akan dijadikan acuan dalam menyelenggarakan Liga 1 yang sepak mulanya akan digelar pada 15 April mendatang. Namun, regulasi yang dibuat ternyata menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, karena regulasi tersebut dinilai tidak sesuai dengan Laws of the Game milik FIFA. Kekhawatiran Indonesia akan kembali disanksi oleh FIFA pun muncul.
Menyikapi gejolak di masyarakat perihal regulasi ini, Joko Driyono memberikan penjelasannya. Dalam acara Forum Diskusi BOLA yang digelar pada Selasa, 11 April 2017 di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Joko membeberkan alasan-alasan di balik penetapan regulasi tersebut.
"PSSI sekarang ini sedang menciptakan situasi menuju kompetisi yang teratur. Jika kompetisi ini tidak teratur, maka sepakbola kita akan semakin tertinggal oleh negara-negara lain," ungkapnya.
Joko, yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut, langsung menjabarkan panjang lebar tentang kenapa PSSI menerapkan aturan-aturan yang sempat menjadi bahan perbincangan di masyarakat tersebut. Ia menjelaskan mengenai regulasi pemain di atas 35 tahun untuk Liga 1, regulasi memainkan pemain U23, regulasi lima pemain pengganti, serta marquee player. Tiga regulasi yang begitu hangat diperdebatkan di masyarakat. Berikut penjelasannya.
"Untuk regulasi 35 tahun, sebenarnya ada tujuan di balik itu. Dengan memaksa para pemain 35 tahun untuk gantung sepatu, kami ingin agar pemain-pemain senior itu segera mengambil kursus kepelatihan, mendapatkan lisensi kepelatihan, sehingga kelak mereka bisa menciptakan pemain-pemain baru."
"Untuk regulasi U23, ini adalah upaya dari kami agar para pemain-pemain muda dapat mencapai tingkat kompetitif yang tinggi (setingkat pemain senior). Jika pemain muda berhasil mencapai tingkat kompetitif yang tinggi ini, maka akan ada keseimbangan yang tercipta di dalam tim karena kekuatan skuat akan lebih merata."
"Untuk regulasi lima pemain pengganti, hal ini sudah kami diskusikan secara intens dengan FIFA, tepatnya dengan Marco van Basten (technical director FIFA). Ini menjadi tantangan bagi kita sehingga usulan untuk menambah jumlah pergantian pemain muncul karena kita mengetahui hal tersebut (keselarasan dalam kesebelasan yang terganggu). Jadi, mari kita kawal bersama."
"Sedangkan untuk marquee player, tujuannya murni untuk industri. Stabilitas keuangan adalah hal yang penting bagi kelangsungan hidup klub. Berdasarkan tujuan tersebut, PSSI menetapkan salary cap, mengacu pada apa yang dilakukan di A-League dan Major League Soccer."
"Marquee player ini juga bertujuan agar kualitas sepakbola Indonesia bisa berkembang, selain kedatangan marquee player ini pun akan mendatangkan keuntungan finansial untuk klub. PSSI akan menentukan apakah marquee player yang berkompetisi kelak itu qualified atau tidak. Ini sama seperti merekrut karyawan."
"Ada kualifikasi yang harus dipenuhi, dan apa yang dibawa oleh marquee player yang sesuai dengan persyaratan kami bahwa ia pernah main di Piala Dunia atau liga top Eropa akan membantu perkembangan sepakbola Indonesia. Mari kita kontrol bersama soal memverifikasi marquee player di Indonesia ini," beber Joko.
Selain memberikan penjelasan perihal regulasi, Joko juga menjelaskan tentang kenapa Liga U21 yang sempat berjalan sekarang dihilangkan. Ia mengungkapkan bahwa tahapan perkembangan pemain itu ada di usia 15-17, dan perkembangan pemain akan berakhir di usia 19 karena pada usia tersebut, pemain harus sudah menentukan pilihan apakah menjadi pemain profesional atau tidak.
"Perkembangan pemain akan berakhir di usia 19. Dari situ pemain akan berada di persimpangan, apakah menjadi pemain pro atau tidak. Kami memfokuskan perkembangan di usia 15-17 tahun, sedangkan untuk usia 18, klub harus mempersiapkan program untuk menjadikan pemain jadi pemain profesional," ungkapnya.
Tanggapan Dari Penjelasan Joko Driyono
Penjelasan yang dipaparkan oleh Joko Driyono ini langsung ditanggapi oleh salah satu manajer kesebelasan Liga 1 yang juga menjadi pembicara dalam acara Forum Diskusi BOLA, Haruna Soemitro. Ia menilai bahwa kebijakan yang dibuat PSSI sekarang terlalu timnas-sentris, serta tidak memiliki dasar yang kuat.
"Adanya marquee player ini berasal dari kebijakan PSSI yang aneh. Tapi, bagi saya sejauh keanehan itu memiliki dasar yang kuat, saya oke-oke saja. Tapi sejauh ini saya belum bisa menerima hal ini (regulasi) karena tidak ada dasar yang kuat," ujar Haruna.
"PSSI sekarang ini adalah rezim tim nasional, karena segala kebijakan dan regulasi yang diterapkan ini seolah-olah khusus untuk timnas. Tapi apakah itu dijamin akan berhasil? Regulasi ini seperti wujud dari beban yang sedang dipikul oleh PSSI (target emas SEA Games dan prestasi mentereng di Asian Games)," tambahnya.
Komentar