Tragedi bom yang menimpa bus milik kesebelasan Borussia Dortmund ternyata bisa berdampak lebih buruk andaikan ledakannya terjadi satu detik lebih cepat. Sesaat sebelum laga leg pertama perempat-final Liga Champions UEFA melawan AS Monaco, Selasa, (11/04) lalu, bom tersebut melukai salah satu pemain Dortmund, Marc Bartra.
Hal ini diungkapkan salah satu penyidik kasus bom tersebut yang tak mau disebutkan identitasnya kepada media cetak Jerman, Bild.
“Andai saja ledakannya terjadi satu detik lebih cepat, dampaknya bisa melukai seluruh pemain, pelatih, dan manajemen di dalamnya. Buruknya lagi, kita akan melihat banyak korban luka serius bahkan mungkin korban meninggal,” ujar penyidik tersebut kepada Bild, dikutip dari ESPNFC.
Bild kemudian memaparkan bahwa pelaku teror bus kesebelasan yang bermarkas di Signal Iduna Park tersebut terbagi dalam beberapa kelompok, mulai dari kelompok yang diduga dilatarbelakangi Islam radikal, kelompok ekstremis ideologi sayap kiri maupun sayap kanan, hingga fans garis keras, bahkan mafia taruhan sepakbola.
Selain itu, polisi juga tengah menyelidiki tiga pucuk surat pertanggungjawaban yang diduga dikirim oleh si pelaku dari kelompok di atas, yang disebut-sebut terlibat dalam peledakan. Namun, polisi hingga saat ini belum memastikan keaslian surat-surat tersebut, apakah hanya iseng atau memang betul dikirimkan oleh si pelaku untuk menunjukkan eksistensinya meski motifnya belum diketahui.
Dikutip dari The Guardian, polisi melakukan pemeriksaan menyeluruh dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencari pelaku sesungguhnya. Mulai dari penahanan seorang pria berkebangsaan Irak yang diduga merupakan bagian dari ISIS, sebuah video unggahan dari kelompok anti-fasisme yang menyatakan Dortmund tidak melakukan tindakan yang cukup untuk menghentikan mereka hingga sebuah surat misterius yang dikirim ke salah satu media lokal Jerman, hingga Tagesspiegel yang isinya ingin memerangi multikulturalisme.
Roman Burki, penjaga gawang Borussia Dortmund berkebangsaan Swiss, kebetulan duduk bersebelahan dengan Bartra saat kejadian tersebut. Ia mengaku masih tidak bisa tidur setelah kejadian tersebut meski pertandingan ditunda satu hari demi keamanan. Kejadian itu diakuinya juga membuat dirinya tidak fokus sepanjang pertandingan leg pertama pekan lalu.
“Saya masih tidak bisa tidur. Itu adalah salah satu perasaan terburuk bahwa Anda tidak bisa terlelap pada malam hari. Karena itu, ketika saya terbangun keesokan harinya, saya senang mendapati diri saya masih dapat tidur dengan tenang di rumah,” ujar Burki sesaat setelah pertandingan leg pertama tersebut, dilansir ESPN FC.
Kedua kesebelasan akan bertemu kembali dini hari nanti (20/04) di Monaco. Kesebelasan tuan rumah memiliki modal kemenangan 3-2 yang mereka peroleh di kandang Dortmund tersebut. Hal ini tentunya semakin menyulitkan skuat Dortmund terutama setelah tragedi bom tersebut.
(ap)
Komentar