Dulu, sekitar 10 tahun yang lalu, saat saya memainkan permainan Pro Evolution Soccer di konsol PlayStation, partner saya bermain selalu memakai kesebelasan Liverpool. Dari susunan formasi andalannya, 4-3-3, ia selalu menyelipkan satu nama, Yossi Benayoun, sebagai winger kiri. Sementara itu di kanan, ia memasang Dirk Kuyt, Ryan Babel, Andriy Voronin, hingga Jermaine Pennant.
Awalnya, saya menyangka jika pemilihan Benayoun tersebut dikarenakan ia saat itu merupakan pemain baru Liverpool. Namun kelamaan, Benayoun terus dipasang oleh rekan saya tersebut. Dan setiap melawannya, Benayoun adalah pemain yang cukup sulit dihentikan. Larinya cukup cepat, giringan bolanya sering membuat saya tak berkutik. Teman saya sendiri sering menyebutnya sebagai "Siluman Bayangan" karena pergerakan Benayoun yang licin tersebut.
Saya pun sempat menanyakannya pada rekan saya mengapa Benayoun cukup sulit dihentikan, sementara saat itu ia bukan lah pemain bintang. Ternyata PES memang memberikan nilai lebih pada atribut dribble Benayoun. Kalau tidak salah, atribut dribble-nya melebihi nilai 90. Selain itu, pemain asal Israel ini juga punya skill card yakni Mazing Run. Dari situ saya sadar bahwa wajar saja Benayoun menjadi andalan rekan saya, dan berpikiran bahwa mungkin di dunia nyata, Benayoun memang pemain istimewa.
Dan benar saja, Benayoun cukup punya karier yang terbilang mengilap untuk ukuran seorang pemain Israel. Hanya dengan statusnya sebagai pemain Israel, yang identik dengan yahudi, Benayoun pun memiliki sisi getir yang mengganggu kariernya.
***
Sebelum ke Liverpool, saya memang tidak tahu siapa itu Benayoun. Saya memang bukan penggemar Liga Inggris saat itu. Karena ternyata Benayoun merupakan pemain rekrutan Liverpool dari West Ham United. Saat itu Benayoun diperkenalkan sebagai pemain anyar Liverpool berbarengan dengan pemain asal Belanda, Ryan Babel.
Namun jika melihat rekam jejaknya saat ini, Benayoun adalah salah satu pemain yang cukup berhasil di Liga Primer. Karena selain Liverpool, ia juga pernah membela dua kesebelasan besar Inggris lainnya, yakni Chelsea dan Arsenal. Walau flop di Chelsea, tapi ia turut mempersembahkan gelar Liga Europa untuk The Blues, di mana ia terlibat dalam lima pertandingan Chelsea di Liga Europa.
Sejak awal kemunculannya di Eropa, Benayoun memang disebut-sebut sebagai talenta terbaik dalam sejarah Israel. Jason Burt, kolumnis dari The Independent, menyebutkan bahwa Benayoun sudah disebut sebagai jenius sepakbola pada usia 11 tahun di Israel. Bahkan pada usia 13 tahun, wajahnya pernah nampang di halaman depan majalah ternama Israel di diprediksi akan menjadi pesepakbola hebat.
Kemampuan Benayoun lantas tercium oleh salah satu akademi terbaik di Eropa, Ajax Amsterdam. Pada usia 15 tahun, Benayoun diundang untuk mengikuti trial bersama tim akademi Ajax. Dan tak butuh waktu lama untuk Benayoun membuktikan kualitasnya, karena ia saat itu langsung mendapatkan gelar pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik pada salah satu kompetisi yang diikuti oleh tim muda Ajax.
Benayoun lantas ditawari kontrak empat tahun bersama Ajax. Hanya saja pemain kelahiran 5 Mei 1980 ini hanya bertahan satu tahun saja. Hal ini dikarenakan ia dan keluarganya tidak kerasan dengan kehidupan di Amsterdam, Belanda. Benayoun dan keluarga pun kembali Israel dan membela kesebelasan sebelumnya, Hapoel Be`er Sheva.
Di Be`er Sheva, Benayoun langsung mencuri perhatian. Pada usia 16 tahun, ia langsung reguler bermain di skuat utama. Bahkan pada musim pertamanya itu, ia langsung mencetak 15 gol dari 25 penampilan di liga. Di usia 16 tahun, ia menjadi pencetak gol terbanyak keempat di liga.
Dari situ, Benayoun langsung diboyong kesebelasan besar Israel, Maccabi Haifa. Empat tahun berkarier di sana, Benayoun mengantarkan Maccabi meraih gelar Liga Primer Israel dua kali dan satu Piala Super Israel. Dan dalam empat musimnya tersebut, Benayoun selalu bermain reguler, padahal ia belum menginjak usia 20 tahun. Total 140 laga ia mainkan dan mencetak 57 gol, torehan yang cukup lumayan karena ia berposisi sebagai gelandang serang. Pada usia 17 tahun ia sendiri dinobatkan sebagai pemain terbaik Israel.
Penampilannya itu dilirik oleh agen ternama Israel, Pini Zahavi. Perlu diketahui, Pini Zahavi ini merupakan agen yang membawahi Carlos Tevez dan Javier Mascherano (dan sempat menyebabkan masalah di Liga Primer). Zahavi membeli sebagian kepemilikan Benayoun dari agen sebelumnya, Ronen Katsav.
Zahavi kemudian mengorbitkan Benayoun ke Spanyol dengan membela Racing Santander. Hanya saja statusnya sebagai pemain Israel membuatnya kesulitan pindah ke kesebelasan yang lebih besar karena statusnya sebagai pemain asing. Karenanya Benayoun kemudian mengajukan dinaturalisasi karena ia merasa punya darah Spanyol.
"Itu merupakan proses yang panjang," ujar Benayoun pada 2005, ditakil dari ynet.co.il. "Saya harus menyerahkan banyak dokumen dari Israel untuk membuktikan bahwa saya merupakan seorang Spanyol-Yahudi. Mendapatkan kewarganegaraan Eropa akan bagus bagi karier saya."
Benayoun merasa memiliki darah Spanyol karena ia lahir dari ayah seorang Maroko. Maroko sendiri merupakan salah satu wilayah jajahan Spanyol (juga Prancis) di masa lalu.
Bersambung ke halaman berikutnya, Masalah-masalah yang pernah ia alami karena berasal dari Israel
Komentar