Buat Tesis Dulu, Jadi Pelatih (Italia) Hebat Kemudian

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 249764

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Buat Tesis Dulu, Jadi Pelatih (Italia) Hebat Kemudian

Italia seolah tak pernah kehabisan stok pelatih berbakat dan berprestasi. Dari era Vitorio Pozzo hingga Marcelo Lippi, dari era Carlo Ancelotti hingga Massimilliano Allegri, bergantian pelatih-pelatih Italia mencuri perhatian dunia dengan prestasi-prestasi yang mereka torehkan di liga top Eropa.

Pada akhir musim 2016/2017, pelatih Italia pun cukup mendominasi kesebelasan juara di Eropa. Selain Allegri yang meraih double bersama Juventus, ada Antonio Conte di Chelsea, Ancelotti di Bayern Muenchen, dan Massimo Carrera di Spartak Moscow (Rusia) yang menjadi juara. Musim lalu ada nama Claudio Ranieri yang membawa Leicester City juara Liga Primer.

Sebenarnya tak mengherankan Italia punya banyak pelatih berbakat. Federasi Sepakbola Italia, FIGC, punya Sekolah Kepelatihan alias Scuola Allenatori yang bisa melahirkan banyak pelatih berkualitas. Semua pelatih Italia yang ingin mendapatkan lisensi UEFA Pro, pelatih di Serie A dan Serie B wajib memiliki lisensi ini, memang harus lulus dari "ujian" di Scuola Allenatori.

Sekolah Kepelatihan ini memiliki fasilitas lengkap baik di dalam maupun luar lapangan latihan. Timnas Italia pun seringkali menggunakan komplek Scuola Allenatori yang terletak di Coverciano, Florence, ini saat menjalani pemusatan latihan. Komplek ini pun memiliki museum sepakbola Italia, kolam renang, dan lapangan tenis.

Setiap pelatih harus mengikuti pelatihan total selama 256 jam. Yang diajarkan dalam pelatihan tersebut meliputi metode latihan, psikologi olahraga, komunikasi, obat-obatan dalam olahraga, dan kemudian memberikan magang di kesebelasan Serie A atau Serie B. Untuk mengikuti ini, setiap pelatih harus membayar sebesar 8 ribu euro atau sekitar 119 juta rupiah.

Tapi tidaklah mudah bagi setiap pelatih untuk bisa lulus di sekolah ini dalam mendapatkan lisensi UEFA Pro. Hal ini terlihat dari jumlah pelatih Italia berlisensi UEFA A dan Pro yang hanya berjumlah 2.281 pelatih saja pada 2014. Berdasarkan penelitian seseorang bernama Mark Miller yang membuat sebuah karya ilmiah berjudul Managing in Modern Football, jumlah tersebut hanya lebih banyak dari Inggris yang hanya memiliki pelatih UEFA A dan Pro sebanyak 1.395 di negara top sepakbola Eropa. Jumlah pelatih Italia berlisensi UEFA A dan Pro kalah dari Prancis yang berjumlah 3.308 pelatih, Jerman dengan 6.394 pelatih, dan Spanyol dengan 15.423.

Sejak Scuola Allenatori didirikan sekitar 1950-1960an, kualitas Sekolah Kepelatihan Italia ini memang terus ditingkatkan. Terobosan yang paling berhasil, dan bertahan hingga saat ini, adalah ketika mulai sejak akhir 1980-an setiap pelatih yang ingin lulus dari Sekolah Kepelatihan ini harus membuat sebuah tesis, karena pelatih Italia zaman dulu diharuskan membuat silabus yang disebut dengan "Il Supercorso". Menurut laporan Bleacher Report, pelatih di negara Eropa lain tidak perlu membuat tesis untuk mendapatkan lisensi kepelatihan UEFA Pro.

Claudio Ranieri, yang mendapatkan lisensi UEFA Pro pada 1990, membuat tesis berjudul Diario atau yang berarti "Diari". Pada karya ilmiah yang berisikan 63 halaman tersebut, Ranieri bercerita tentang segala aktivitasnya saat menangani Cagliari, kesebelasan yang ia latih saat itu.

Tesis Ranieri (depan) dan Conte (tengah). (Via: Bleacher Report/Paolo Baldini)

Para pelatih memang dibebaskan dalam penentuan ide tesis mereka. Pada 1995, Luigi Delneri membuat tesis berjudul Il Gioco a Zona, membahas tentang zona-zona permainan dalam strategi. Pada 1996, Walter Novellino yang kala itu melatih Perugia membahas tentang kekuatan dan kekurangan timnas Spanyol pada Piala Eropa 1996. Carlo Ancelotti memprediksi sepakbola di masa depan lewat tesis berjudul Il Futuro del Calcio. Piu Dinamicita. atau Sepakbola Masa Depan. Lebih Dinamis. pada 1997. Contoh variasi lain adalah ketika Roberto Mancini mendapatkan lisensi UEFA Pro pada 2001 lewat tesis berjudul Il Trequartista, peran yang ia mainkan selama bermain.

Uniknya, seperti yang tersaji pada biblioteca.it, tak banyak pelatih top yang membedah tentang sebuah formasi. Terhitung hanya Antonio Conte, Roberto Baggio, Eusebio Di Francesco, Luciano Spalletti, Stefano Pioli, dan Giuseppe Signori yang membahas sebuah formasi dalam tesisnya. Conte membahas 4-3-1-2, Baggio membedah 4-3-3, Di Francesco membahas tentang cara bertahan dalam formasi 4-4-1-1, Spalletti membicarakan tentang 3-5-2, Pioli membahas 4-4-2, sedangkan Signori menjabarkan pergerakan tiga penyerang dalam pola 4-3-3.

Bersambung ke halaman berikutnya, Scuola Allenatori era Renzo Ulivieri

Komentar