Oleh: Freddi Sidauruk
Satu tahun sebelum Piala Dunia berlangsung, ada sebuah turnamen yang mempertemukan para juara turnamen konfederasi, ditambah dengan negara juara Piala Dunia edisi sebelumnya dan negara tuan rumah Piala Dunia edisi berikutnya. Turnamen tersebut dinamakan Piala Konfederasi. Dan pada edisi kali ini, Piala Konfederasi akan berlangsung di Rusia.
Piala Konfederasi sebenarnya dapat dikatakan sebagai turnamen Piala Dunia mini, sebab pesertanya mewakili setiap benua dan jumlah pesertanya terdiri dari delapan negara, seperempat dari jumlah negara peserta Piala Dunia. Namun, apakah Piala Konfederasi ini memiliki magnet yang cukup tinggi untuk menarik perhatian para penggemar sepakbola dunia seperti pada penyelenggaraan Piala Dunia dan Piala Eropa?
Terdapat tiga faktor yang mungkin dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui daya tarik Piala Konfederasi bagi para penggemar sepakbola. Faktor-faktor tersebut yaitu tingkat pemberitaan media elektronik atau media massa terhadap Piala Konfederasi, tingkat pengetahuan para penggemar sepakbola mengenai hal-hal yang terjadi dalam Piala Konfederasi, serta daftar nama-nama pemain yang terlibat dalam Piala Konfederasi.
Pertama, tingkat pemberitaan media elektronik atau media massa terhadap Piala Konfederasi. Jika dilihat dari berita yang dimuat di media massa maupun media elektronik, secara singkat dapat diambil kesimpulan bahwa Piala Konfederasi belum mendapatkan perhatian yang cukup tinggi dari kedua media tersebut.
Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan turnamen sepakbola seperti Piala Dunia atau Piala Eropa, dapat dikatakan bahwa pamor Piala Konfederasi masih berada di bawah dua turnamen sepakbola tersebut. Jika kita melakukan pencarian di mesin pencarian Google, hanya terdapat 2,32 juta hasil pencarian untuk kata Piala Konfederasi 2017, kalah jauh dibandingkan dengan 4,91 juta hasil pencarian untuk kata Piala Eropa 2016, atau bahkan jauh lebih sedikit jika dibandingkan 5,24 juta hasil pencarian untuk kata Piala Dunia 2014.
Jauh-jauh hari sebelum Piala Dunia maupun Piala Eropa digelar, sudah banyak pemberitaan mengenai persiapan masing-masing negara peserta yang akan tampil pada ajang empat tahunan tersebut, bahkan beberapa media massa menyediakan halaman khusus di setiap edisi cetaknya untuk membahas Piala Dunia atau Piala Eropa.
Kadang terdapat banyak kuis yang dilakukan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan, juga terdapat banyak tempat yang mengadakan acara nonton bareng baik untuk Piala Dunia maupun Piala Eropa. Lalu Piala Konfederasi, sangat sedikit pemberitaan mengenai penyelenggaraan Piala Konfederasi yang bahkan penyelenggaraannya hanya berlangsung kurang dari satu bulan.
Sampai saat ini pemberitaan sepakbola masih berfokus pada masa-masa akhir liga top Eropa atau bahkan sudah membahas jendela transfer untuk musim depan. Berbicara mengenai nonton bareng untuk Piala Konfederasi, mungkin sebuah hal yang sangat jarang kita dengar di lingkungan kita masing-masing.
Kedua, tingkat pengetahuan para penggemar sepakbola mengenai hal-hal yang terjadi di dalam Piala Konfederasi. Para penggemar sepakbola tentu masih ingat negara yang menjuarai Piala Dunia 1998 sampai dengan Piala Dunia 2014, atau negara mana yang menjadi juara Piala Eropa tahun 2000 sampai dengan tahun 2016. Bahkan para penggemar sepakbola masih dapat mengingat beberapa momen yang terjadi pada pagelaran dua turnamen sepakbola tersebut.
Namun, bagaimana jika ditanyakan negara mana yang menjadi juara Piala Konfederasi yang berlangsung pada 2005, 2009, atau bahkan edisi terakhir 2013? Mungkin banyak pihak yang lupa atau bahkan tidak tahu negara mana yang menjadi juara turnamen tersebut, padahal jawabannya hanya satu yaitu negara Brasil.
Negeri Samba ini berhasil menjuarai turnamen ini tiga kali berturut-turut. Tetapi pada edisi kali ini Brasil harus absen dalam Piala Konfederasi, untuk pertama kalinya sejak 1995. Mereka gagal ke Piala Konfederasi kali ini karena gagal juara Copa America pada 2015 lalu. Maka absennya Brasil pada edisi kali ini akan memunculkan juara baru.
Ketiga, daftar nama-nama pemain yang terlibat dalam Piala Konfederasi. Jerman sebagai salah satu negara peserta Piala Konfederasi sudah mengumumkan skuat yang akan dibawa dalam turnamen ini. Dalam daftar tersebut mungkin terdapat beberapa nama yang kurang familiar bagi para pecinta sepakbola, sebab pada turnamen Piala Konfederasi kali ini Joachim Loew sebagai pelatih timnas Jerman memanggil beberapa pemain muda dan para pemain baru yang untuk pertama kalinya dipanggil memperkuat timnas Jerman.
Loew beralasan bahwa dia ingin para pemain utamanya tampil dengan bugar pada pagelaran Piala Dunia tahun depan, sehingga kita tidak akan melihat Thomas Mueller, Goetze, dan Neuer bermain di Piala Konfederasi ini. Tidak diikutkannya seluruh pemain utama pada turnamen ini membuat daya tarik Piala Konfederasi ini berkurang.
Kita sebagai penonton juga tentu menginginkan para pemain yang kita kenal tampil pada sebuah turnamen sepakbola. Alasan yang sama ini tentunya juga dapat dikatakan hampir sama dengan tidak menariknya turnamen Piala Emas atau Piala Afrika bagi para suporter Asia, atau bahkan sebaliknya mungkin bagi para pecinta sepakbola di Benua Amerika tidak terlalu tertarik untuk menyaksikan Piala Asia atau Piala Afrika.
Mungkin salah satu penyebabnya adalah hanya sedikit pemain turnamen tersebut yang sangat dikenal oleh pecinta sepakbola masing-masing benua, dibandingkan dengan Piala Dunia dan Piala Eropa yang dapat dikatakan mayoritas pemain yang tergabung dalam skuat negaranya masing-masing adalah para pemain yang sering disaksikan penampilannya pada liga elit dunia melalui layar televisi.
Piala Konfederasi sebenarnya dapat menjadi ajang bagi setiap negara untuk dapat tampil dan lebih dikenal oleh negara lain atau dikenal oleh para suporter sepakbola. Misal, keikutsertaaan Tahiti di Piala Konfederasi 2013 membuat setidaknya penggemar sepakbola dapat mengetahui terdapat negara lain yang mampu berbicara mewakili sepakbola zona Oseania selain Selandia Baru yang dapat dikatakan menjadi langganan juara regional Oseania.
Tahiti memang tidak dapat berbicara banyak pada Piala Konfederasi tahun 2013, berada satu grup dengan Spanyol, Uruguay, dan Nigeria, membuat Tahiti sulit untuk bersaing di papan klasemen, sehingga berada di dasar klasemen dengan hanya mencetak satu gol dan kemasukan 24 gol.
Tetapi setidaknya tentu sudah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi seluruh warga negara Tahiti ketika lagu kebangsaan negara Tahiti diperdengarkan sebanyak tiga kali di turnamen berskala internasional. Bagi para pemainnya tentu menjadi kebanggaan tersendiri dapat berhadapan langsung dengan para pemain seperti Torres, Mata, Ramos, Suarez, Abel Hernandez yang biasanya hanya dapat disaksikan melalui layar kaca dan berjarak puluhan ribu kilometer dari negara asalnya.
Piala Konfederasi akan digelar pada pertengahan Juni. Patut untuk ditunggu daftar 23 pemain yang akan diturunkan oleh tujuh negara peserta yang lain untuk menambah semaraknya Piala Konfederasi, bagaimanapun Piala Konfederasi dapat menjadi alternatif tambahan siaran pertandingan sepakbola selain pertandingan pra-musim sebelum dimulainya kompetisi musim depan.
foto: @Kaiser_Lozano
Penulis adalah seorang pegawai negeri sipil yang hobi menulis. Biasa berkicau di akun Twitter @freddisidauruk
Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Isi dan opini di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis
Komentar