Setelah menghadapi Riyad Mahrez, Filipe Luis menganggap bahwa pemain itu setara dengan Eden Hazard. Maka bukan tanpa alasan jika kesebelasan-kesebelasan besar menunjukan ketertarikannya kepada Mahrez. Pemain sayap andalan Leicester City itu pun menyadarinya atas berbagai tawaran kepadanya saat bursa transfer musim panas lalu.
Pada wawancara khusus dengan Sky Sports pada awal Mei lalu, Mahrez mengungkapkan pada waktu itu ia ingin meninggalkan Leicester. Sebab pada saat itulah kesempatan tawaran dari kesebelasan besar yang mungkin tidak akan datang lagi. Tapi setelah meminta pendapat kepada keluarganya, akhirnya Mahrez memilih bertahan di Leicester untuk musim 2016/2017.
"Kami tidak memiliki tim dengan pemain besar. Tentunya kami memiliki pemain bagus dan tim yang bagus. Tapi ketika Anda memiliki banyak bintang besar di klub Anda, lawan tidak hanya fokus kepada Anda. Tapi musim ini, sepertinya untuku dan Vardy," ungkapnya kepada Sky Sports.
Tapi Mahrez justru merasakan krisis yang diderita Leicester sehingga harus bertempur keluar dari jurang degradasi. Bahkan sampai menelan korban karena Claudio Ranieri selaku manajernya waktu itu harus dipecat Leicester. Situasi itulah yang dianggap paling berat bagi pemain asal Aljazair ini. Saat itu pulalah Mahrez merasa putus asa karena jarang memenangkan pertandingan kandang maupun tandang.
Tapi setelah pemecatan Ranieri, Leicester justru bangkit dan menjauhi zona degradasi. Akhirnya kesebelasan berjuluk The Foxes (Si Rubah) itu mengakhiri Liga Primer Inggris 2016/2017 di peringkat 12. Kebangkitan itulah yang membuatnya merasa berterima kasih kepada Craig Shakespeare yang menjadi caretaker pengganti Ranieri.
"Tidak sama bila Anda menjadi manajer dari asisten. Tapi dengan Shakey (Shakespeare), dia tidak berubah. Dia tidak memulainya dengan berteriak dan menunjukan kepada semua orang bahwa dia adalah manajernya, karena itulah dia mendapatkan kesuksesan yang pantas baginya," tutur Mahrez.
Tapi tugas Shakespeare musim ini telah berakhir seiring selesainya Liga Primer Inggris 2016/2017/. Spekulasi tentang masa depan Mahrez pun kembali dimulai. Tapi yang jelas bahwa Mahrez ingin bermain di Liga Champions di setiap tahun ke depannya. Ia ingin berada di kesebelasan besar dan menjadi juara. Itulah target pemain 26 tahun tersebut.
Impian itu pun berkemungkinan terjadi pada musim depan karena Mahrez menyatakan ingin beralih ke pengalaman baru. Sebab ia merasa sudah menepati janjinya untuk tetap berseragam Leicester setelah transisi menjuarai Liga Primer Inggris 2015/2016 dan bertanding di Liga Champions. Di sisi lain, Mahrez mengatakan selalu menikmati hubungan baik dengan semua orang di Leicester.
"Saya merasa sangat bangga telah menjadi bagian dari apa yang kami capai selama berada di klub yang berpuncak menjuarai Liga Primer. Hubungan saya dengan klub dan fans yang luar biasa adalah sesuatu yang akan dihargai selamanya dan saya sungguh berharap mereka akan mengerti dan menghargai keputusan saya," ungkapnya seperti dikutip dari Leicester Mercury.
Tentu pernyataan itu akan menjadi sinyal bagus bagi kesebelasan-kesebelasan yang meminatinya seperti Arsenal, AS Monaco, Barcelona, Chelsea, Paris Saint-Germain (PSG), Tottenham Hotspur dan lainnya. Memang tidak salah bahwa kesebelasan-kesebelasan besar itu mengincar Mahrez yang meraih gelar PFA Player of the Year 2016.
Sumber lain: Metro.
Foto: Daily Mail
Komentar