Pada Minggu (4/6/2017) dini hari waktu Indonesia, Liga Champions Eropa akan menyelenggarakan partai puncaknya. Dihelat di Stadion Millennium, Cardiff, Juventus dan Real Madrid akan saling bersua untuk memperebutkan trofi Si Kuping Besar. Kemenangan adalah harga mati bagi kedua tim yang sebelumnya sudah pernah bertemu pada partai final Liga Champions 1998 ini.
Bagi Juventus, memenangkan gelar Liga Champions musim ini berarti menyempurnakan dua trofi yang sudah mereka raih sebelumnya, yaitu trofi Serie A dan Coppa Italia. Memenangkan trofi Liga Champions akan membuat mereka meraih treble, menyamai raihan Inter Milan pada musim 2009/2010 silam.
Sedangkan bagi Madrid, meraih trofi Si Kuping Besar akan membuat mereka memecahkan kutukan yang sudah bertahan selama bermusim-musim lamanya, yaitu tidak ada juara bertahan yang mampu meraih trofi Liga Champions untuk kedua kalinya. Zinedine Zidane memiliki modal yang cukup baik untuk mematahkan kutukan tersebut.
Menyambut pertandingan akbar sekaligus pertandingan penutup musim 2016/2017 ini, mari kita simak perjalanan kedua kesebelasan sebelum akhirnya mampu menjejakkan kaki di Stadion Millennium, Cardiff, tempat partai final Liga Champions 2017 dilaksanakan.
Juventus, Berbekal Pengalaman Serta Kematangan Skuat
Juventus lolos ke gelaran Liga Champions musim 2016/2017 berkat gelar juara Serie A yang mereka raih pada musim 2015/2016. Ini membuat mereka lolos ke gelaran Liga Champions 2016/2017 tanpa melalui fase kualifikasi, alias langsung masuk ke fase grup.
Di fase grup, mereka tergabung di Grup H bersama Sevilla, Dinamo Zagreb, serta Olympique Lyon. Tergabung di grup yang lumayan berat, Juve mampu lolos ke babak 16 besar setelah menjadi pemuncak Grup H dengan koleksi 14 poin, hasil dari 4 kali menang dan 2 kali imbang. Bianconeri juga mencatatkan angka kebobolan yang cukup sedikit di fase grup, yakni hanya dua gol dari enam pertandingan.
Pada babak 16 besar, Juve bersua dengan kesebelasan dari Portugal, FC Porto, yang berstatus sebagai runner-up Grup G. Menghadapi Porto, Juve tidak menghadapi kesulitan berarti dan mampu melenggang ke babak delapan besar dengan keunggulan agregat 3-0. Di babak delapan besar, Bianconeri bertemu dengan kesebelasan yang baru saja melakukan comeback luar biasa melawan Paris-Saint Germain, yaitu Barcelona.
Menghadapi tim yang berisikan pemain bintang dunia, Juve sama sekali tidak gentar. Mereka bahkan tidak membiarkan Barca mencetak satu angka pun ke gawang mereka, dan melenggang ke partai semifinal setelah menaklukkan Blaugrana dengan total agregat 3-0. Di semifinal, Juve menghadapi tim muda agresif yang mampu tampil mengesankan sampai ke babak semifinal, yaitu AS Monaco.
Berbekal pengalaman dan kematangan dari skuatnya, La Vecchia Signora mampu meredam agresifitas lini serang Monaco dan lolos ke babak final dengan keunggulan agregat 4-1. Dengan kematangan skuat yang mereka miliki, mereka hanya membiarkan Monaco, tim yang cukup agresif dalam menyerang, hanya mencetak satu gol ke gawang mereka.
Pengalaman dan kematangan dari skuat Juve inilah yang membuat mereka kembali menjejakkan kaki di partai final, mengulangi pencapaian mereka pada musim 2014/2015 silam.
Real Madrid dan Upaya Mereka Mengakhiri Kutukan Liga Champions
Sebagai juara bertahan Liga Champions 2015/2016, Real Madrid pun berhak mendapatkan satu tempat otomatis di fase grup Liga Champions 2016/2017. Di fase grup, mereka tergabung di Grup F bersama Legia Warsawa, Sporting Lisbon, dan Borussia Dortmund.
Madrid berhak lolos ke babak 16 besar setelah menjadi runner-up Grup F dengan mengantongi 12 poin di bawah Borussia Dortmund, hasil dari tiga kali menang dan tiga kali seri. Los Blancos sebenarnya cukup banyak kebobolan pada fase grup ini. Mereka kebobolan sampai 10 kali, namun mampu mengimbanginya dengan 16 gol yang dicetak.
Pada babak 16 besar, Madrid bersua dengan salah satu kesebelasan Serie A, Napoli. Dua kali menghadapi Partenopei, dua kali pula mereka menorehkan hasil kemenangan 3-1, membuat mereka lolos ke babak delapan besar dengan total agregat 6-2. Di babak perempat final, Madrid menghadapi lawan yang cukup berat, yaitu kampiun Bundesliga, Bayern München yang dimanajeri oleh mantan manajer mereka pada 2013/2014 silam, Carlo Ancelotti.
Pertarungan antara Madrid dan Bayern pun berlangsung cukup sengit. Pada leg kedua di Santiago Bernabeu, hujan gol pun terjadi, bahkan Bayern sempat membawa pertandingan ke babak perpanjangan waktu. Berbekal kemampuan Cristiano Ronaldo, Madrid berhasil lolos dengan agregat 6-3, setelah dua kali meraih kemenangan dengan skor 2-1 di Allianz Arena dan 4-2 di Santiago Bernabeu.
Pada babak semifinal, Madrid kembali bersua dengan lawan yang mereka hadapi pada partai final Liga Champions 2015/2016, Atletico Madrid. Tidak seperti pertarungan-pertarungan sebelumnya yang kerap berlangsung alot, Los Blancos berhasil mengalahkan Los Colchoneros dengan total agregat 4-2.
Sosok Cristiano Ronaldo kembali menjadi penentu lewat hattrick nya di leg pertama yang mengantarkan Madrid menang 3-0. Namun sosok Karim Benzema pun tidak boleh dilupakan di sini, karena berkat dribelnya yang menawan pada leg kedua Madrid mampu mencetak satu gol tandang di Vicente Calderon.
Pada partai final, Madrid akan bertemu dengan Juventus, sekaligus mengulang pertemuan yang pernah terjadi pada partai final Liga Champions 1998 silam. Dalam gelaran final kali ini, Madrid memiliki satu tujuan khusus, yaitu memutus kutukan Liga Champions. Kutukan ini pernah hampir dipecahkan Ferguson bersama Manchester United pada musim 2008/2009 silam, sebelum akhirnya United ditaklukkan Barcelona di babak final.
***
Menyimak perjalanan kedua tim, jalan yang panjang sudah ditempuh oleh Juve dan Madrid sebelum akhirnya mereka menjejakkan kaki di Stadion Millennium, Cardiff ini. Secara permainan pun bisa dibilang bahwa kedua tim adalah tim yang cukup terorganisir, fleksibel, serta dapat beradaptasi sesuai dengan taktik yang diterapkan oleh lawan-lawan mereka.
Duel dua kesebelasan di partai final ini pun dapat menjadi panggung taktik bagi kedua manajer, yaitu Massimilliano Allegri dan Zinedine Zidane. Namun, duel dua pemain bintang di kedua tim pun tak terhindarkan, seperti duel Cristiano Ronaldo dan Gianluigi Buffon, maupun Marcelo melawan rekan satu timnya di timnas Brasil, Dani Alves.
Akankah Juve mampu kembali menggondol trofi Si Kuping Besar yang gagal mereka dapat pada 2014/2015 silam? Ataukah Madrid mampu memecahkan kutukan Liga Champions yang sudah bertahan selama bertahun-tahun lamanya?
Infografis: Mayda Ersa Pratama
Naskah: Sandy Firdaus
Komentar