Kekalahan Juventus di final Liga Champions semalam, (03/06), merupakan kekalahan ketujuh Si Nyonya Tua di kompetisi termegah di Eropa tersebut. Dari sembilan laga final yang mereka jalani, mereka hanya mampu memenangkan dua di antaranya yakni pada tahun 1985 dan 1996.
Selebihnya, Juventus lebih sering menelan kekalahan. Kekalahan dari Madrid semalam juga merupakan yang kedua kalinya mereka ditaklukkan Los Blancos di final Liga Champions. Meski Juve sering tampil mendominasi di Italia dan bersaing ketat di Eropa, namun mereka sering tidak beruntung saat menghadapi laga puncak kompetisi ini. Lantas, siapa saja yang pernah memupuskan harapan mereka di Liga Champions?
Ajax Amsterdam, 1973
Juventus lolos ke final Liga Champions pada musim 1972/73 lalu untuk pertama kalinya. Mereka melawan Ajax Amsterdam pada laga yang berlangsung di Red Star Belgrade Stadium. Juve yang saat itu diperkuat Dino Zoff dan Fabio Capello tak mampu membendung permainan Total Football yang diusung skuat Ajax yang dimotori mendiang legenda Belanda, Johan Cruyff. Gol cepat Johnny Rep saat lima menit pertandingan berjalan cukup membuat mereka memenangkan gelar ketiga mereka berturut-turut di Liga Champions. Namun, 23 tahun kemudian, di Roma, Juve membalas kekalahan tersebut dengan menang dramatis 4-2 pada babak adu penalti.
Hamburg SV, 1983
Sepuluh tahun kemudian, Juve lolos ke final kedua mereka di Liga Champions menghadapi Hamburg SV. Berbekal juara Piala Italia saat itu, Juve bertekad ingin mengakhiri musim dengan dua gelar. Namun, mereka kembali kalah melalui sebiji gol Felix Magath di menit ke-9. Kemenangan itu membuat manajer Hamburg, Ernst Happel menjadi manajer pertama yang mampu memenangkan Liga Champions di dua klub berbeda (satu bersama Feyenoord). Dua tahun berselang, Juve mendapatkan trofi perdananya di Liga Champions mengalahkan Liverpool 1-0. Pertandingan ini juga dikenal karena tragedi mengerikan yang pecah di dalam Stadion Heysel.
Borussia Dortmund, 1997
Usai memenangkan gelar keduanya pada 1996, Juve kembali lolos ke final di tahun berikutnya dan menghadapi Borussia Dortmund. Namun, sihir gelandang Skotlandia, Paul Lambert menggagalkan upaya Juve untuk mempertahankan gelar yang mereka dapat tahun lalu. Lambert memberikan asis untuk gol pertama Dortmund yang dicetak Karl-Heinz Riedle. Riedle kemudian mencetak gol kedua tak lama berselang. Alessandro Del Piero sempat memperkecil ketertinggalan Juve setelah masuk sebagai pemain pengganti pada babak kedua namun gol pemain pengganti Dortmund, Lars Ricken yang baru masuk 16 detik di lapangan mengunci kemenangan Dortmund. Lambert hanya menjalani semusim bersama Die Borussen sebelum menghabiskan kariernya di Celtic. Ini juga satu-satunya gelar Liga Champions yang diraih Dortmund hingga saat ini.
Real Madrid, 1998
Sebelum final Liga Champions tadi malam, kedua tim sudah bertemu lebih dulu pada final 1998 di Amsterdam. Ini merupakan final ketiga Juve berturut-turut setelah menang di edisi 1996 dan gagal di edisi 1997. Sementara itu, final ini merupakan final pertama Madrid sejak memasuki era Liga Champions. Ini merupakan duel antara Zinedine Zidane, Edgar Davids, Alessandro Del Piero dari Juventus melawan Raul Gonzalez, Fernando Morientes, Roberto Carlos dari Real Madrid. Namun, dari semua nama tersebut, Predrag Mijatovic menjadi penentu kemenangan bagi Los Blancos sekaligus meraih gelar ketujuh mereka di Liga Champions. Ini menjadi kegagalan kedua berturut-turut bagi Juventus.
AC Milan, 2003
Memasuki jaman millennium, Juventus lolos ke final ketujuh mereka menghadapi sesama kesebelasan Italia, AC Milan yang dihelat di markas Manchester United, Old Trafford. Ini menjadi final kedua yang mempertemukan wakil dari satu negara yang sama setelah pertama kali pada final Liga Champions 2000 mempertemukan sesama wakil Spanyol, Real Madrid dan Valencia. Laga ini berlangsung hingga babak adu penalti setelah kedua tim bermain imbang tanpa gol selama 120 menit. Adu penalti ini diliputi kontroversi karena kedua kiper yang tidak berdiri di garis gawang saat melakukan penyelamatan masing-masing. Namun, Juve lagi-lagi berada di pihak yang tidak beruntung setelah penalti Shevchenko memastikan gelar keenam bagi Rossoneri. Ini merupakan final pertama Buffon bersama Juventus.
FC Barcelona, 2015
Tim yang menggagalkan ambisi Juve mengangkat trofi Liga Champions berikutnya adalah Barcelona. Usai menggondol dua gelar domestik di musim itu di bawah asuhan Massimiliano Allegri yang baru menjalani musim pertamanya, Juve lolos untuk kedelapan kalinya di final Liga Champions. Diperkuat Andrea Pirlo, Alvaro Morata dan Paul Pogba, Juve lagi-lagi tak mampu mewujudkan ambisi treble winners setelah ditaklukkan 1-3. Morata sempat memberikan harapan ketika golnya di menit ke-55 menyamakan kedudukan setelah tertinggal dari gol cepat Ivan Rakitic di babak pertama. Namun, dua gol masing-masing dari Luis Suarez dan Neymar memupuskan harapan tersebut. Ini menjadi final kedua Buffon bersama Juve dimana ia kembali harus puas meraih medali perak.
Real Madrid, 2017
Real Madrid menjadi satu-satunya tim yang mampu mempertahankan gelar Liga Champions sekaligus dua kali menggagalkan ambisi Juve meraih gelar Liga Champions. Lebih menyakitkan karena ini merupakan kegagalan kedua dalam dua tahun bagi Bianconeri. Kegagalan Juve menaklukkan Real Madrid sekaligus mengakhiri kutukan juara bertahan di era Liga Champions. Gol indah Mario Mandzukic setelah tertinggal oleh gol Cristiano Ronaldo menit ke-20 sempat menghidupkan harapan kembali bagi Juve. Gol akrobatik Mandzukic juga dibandingkan dengan gol final Liga Champions 2002 milik Zinedine Zidane dan termasuk salah satu yang terbaik di Liga Champions.
Sayang, dewi fortuna belum juga berpihak kepada Juve. Di babak kedua, Madrid bermain agresif dengan menyarangkan tiga gol ke gawang Buffon. Ini kemudian menjadi kegagalan ketiga bagi portiere Juventus untuk melengkapi koleksi gelarnya dengan Liga Champions. Buffon kembali harus pulang dengan tangan hampa.
***
Itulah tujuh kekalahan Juve di final Liga Champions yang mereka ikuti. Kalah berkali-kali di laga puncak jelas bukan sesuatu yang ingin diingat oleh Juventus. Setidaknya, konsistensi Juve dalam bersaing ketat di kompetisi Eropa membuktikan mereka masih merupakan lawan berbahaya bagi siapapun. Apalagi musim depan mereka tentu akan berusaha meningkatkan kualitas untuk bisa meraih trofi Liga Champions yang mereka idam-idamkan.
Dilansir dari berbagai sumber: Forza Italian Football, The Telegraph, Bleacher Report, UEFA.com & ESPN FC
Komentar