Ultras Gresik marah. Selepas laga melawan Persela Lamongan mereka menumpahkan kekesalannya dengan melakukan invasi ke dalam lapangan. Kejadian ini merupakan buntut dari hasil buruk yang kerap diterima Persegres Gresik United dalam ajang Liga 2017. Manajemen sadar, dan akhirnya mengajak para Ultras Gresik duduk bersama.
Ultras Gresik melakukan invasi ke lapangan sebagai buntut kekesalan mereka atas tim Persegres yang tak kunjung meraih hasil positif dalam gelaran Liga 1 2017. Aksi invasi ke lapangan ini terjadi pada hari Senin (6/6/2017), setelah Persegres ditaklukkan Persela Lamongan di Stadion Petrokimia, Gresik.
Ribuan Ultras Gresik tumpah ruah masuk ke lapangan. Mereka membakar jala gawang, merusak rumput, serta merusak papan a-board. Kemarahan yang, hampir sama dengan apa yang ditunjukkan bobotoh sehari sebelumnya, muncul karena kesalnya mereka atas penampilan tim yang mereka dukung. Invasi yang hampir sama seperti invasi yang pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Pitch Invasion Sepakbola Indonesia, dari Hendri Mulyadi Hingga Bobotoh
Khusus untuk Persegres Gresik United, manajemen pun melakukan upaya untuk mendengar suara para suporter ini.
***
Menanggapi kekesalan Ultras Gresik, manajemen pun menggelar pertemuan dengan pengurus-pengurus Ultras Gresik. Pertemuan ini diadakan di mes Persegres Gresik United yang berlokasi di Jl. Basuki Rahmat, no. 9, Gresik pada Rabu (7/6/2017) sore.
Pertemuan ini menjadi wadah mediasi antara Ultras Gresik dan manajemen Persegres untuk membicarakan hal-hal apa yang harus dibenahi di tubuh Persegres. Selain itu, pertemuan ini pun menjadi ajang manajemen dan pihak Ultras untuk saling berkomunikasi satu sama lain.
Pada pertemuan ini, manajemen Persegres diwakili oleh Thoriq Majidannor (perwakilan owner), Choirul Anam (ketua panpel), Hendra (sekretaris tim), dan Hendry Febry (bendahara tim). Dari Ultras Gresik, diwakili oleh perwakilan korwil-korwil serta pengurus Mabes Ultras Gresik.
Dari hasil pertemuan tersebut, dilansir dari Giras.id, dihasilkan beberapa poin. Poin ini merupakan hasil dari respon manajemen atas tuntutan yang diajukan oleh Ultras Gresik selepas laga melawan Persela, atau setelah invasi dilakukan ke lapangan.
Mafia Dalam Tim, Apakah Ada?
Ultras Gresik menganggap bahwa ada beberapa pemain dan juga asisten pelatih yang mendapatkan uang suap dari mafia. Hal tersebut memberikan pengaruh kepada penampilan Persegres di lapangan, sehingga berpengaruh pula terhadap hasil yang Persegres raih di liga.
Menanggapi hal tersebut, Thoriq Majiddanor mengungkapkan bahwa tak ada yang namanya suap. Ia bahkan menyebut ada pemain dan dua asisten pelatih Persegres yang siap disumpah di bawah Al-Qur`an untuk membuktikan kalau mereka bersih.
"Salah satu pemain yang diisukan bermain dengan mafia mengubungi saya. Ia mengatakan siap disumpah di bawah Al-Qur`an kalau mereka bersih. Saya juga telah memanggil dua asisten pelatih dan mereka juga mengaku siap untuk disumpah," ujar Thoriq.
Evaluasi Tim, Mendatangkan Marquee Player
Pada awal musim, Persegres sempat menyatakan tidak akan menggunakan jasa marquee player karena keterbatasan dana. Namun, menyadari tidak kunjung membaiknya prestasi, manajemen memutuskan akan merekrut marquee player dan tambahan pemain baru. Sekitar tiga sampai lima pemain, plus marquee player akan didatangkan. Manajemen juga akan menegur Choi Hyun-yeon serta Goran Gancev yang dinilai belum memberikan kontribusi maksimal.
"Khusus untuk Choi, saya udah kasih ultimatum ke dia (pesan melalui agennya, Gabriel Budi). Kita siap memecat Choi. Sedangkan untuk marquee player, sepertinya kemungkinan untuk posisi playmaker," ucap Thoriq.
Manajer Baru, Siapa Dia?
Setelah Hanafi fokus menjadi pelatih, posisi manajer Persegres pun menjadi lowong. Hal ini menjadi tuntutan yang disampaikan Ultras Gresik dalam pertemuan tersebut. Manajemen pun akhirnya mendiskusikan hal ini bersama Ultras Gresik, walau nama pasti, dalam pertemuan tersebut masih belum muncul.
"Usulkan siapa saja pada kami calonnya. Akan kami diskusikan demi tim. Yang penting ia mengerti kondisi sepakbola Gresik," ujar Thoriq.
Mengganti Kerusakan Stadion Petrokimia dan Kesiapan Didenda
Kekesalan Ultras Gresik yang membuat beberapa fasilitas Stadion Petrokimia dirusak menjadi hal yang disayangkan oleh manajemen. Ketua panpel, Choirul Anam, menyebut bahwa kejadian ini akan membuat pihak Stadion Petrokimia kelak sulit mengeluarkan izin untuk Persegres menggunakan Stadion Petro.
"Rumput stadion rusak seluas enam meter. Jaring gawang sebelah utara juga rusak. A-board juga rusak, tapi untuk a-board masih bisa diurus. Hal ini (aksi massa) bisa membuat pihak Petro semakin susah memberikan izin untuk menggunakan stadion," ujar Choirul.
Selain masalah izin yang bakal susah turun, Persegres pun harus siap akan denda yang dijatuhkan oleh Komdis PSSI. Hasil sidang Komdis pada Rabu (6/7/2017) malam memutuskan bahwa panpel Persegres dikenakan sanksi berupa larangan bermain tanpa penonton pada pertandingan melawan Persija, 1 Juli 2017.
Panpel juga dikenai denda sebesar 20 juta rupiah karena terbukti adanya mercon yang menyala, invasi ke lapangan, dan perusakan fasilitas stadion, salah satunya a-board. Hukuman ini pun sudah bisa diramalkan oleh Choirul pada pertemuan tersebut.
"Sanksi pertama yang pasti adalah denda uang. Sanksi kedua yang mungkin adalah laga digelar tanpa penonton atau laga tidak digelar di Gresik," ujar Anam,
***
Poin-poin yang sudah dihasilkan dalam pertemuan antara manajemen dan Ultras Gresik merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen atas buruknya penampilan Persegres sampai pekan ke-9. Tapi, mengundang pihak Ultras untuk duduk bersama, membicarakan permasalahan klub adalah hal yang bisa ditiru klub lain. Ini bisa membuat sudut pandang pemecahan masalah tidak hanya dari pihak manajemen saja, tapi dari pihak pendukung juga.
Karena, pada akhirnya klub tidak akan hidup tanpa suporter yang mendukungnya. Jadi, apa salahnya merangkul suporter demi kebaikan klub?
foto: giras.id
Komentar