Jakmania dan Viking Persib Club (VPC) merupakan dua kelompok suporter yang memiliki rivalitas panjang di kancah sepakbola nasional. Permusuhan dua kelompok suporter ini memang sudah berlangsung sejak lama. Saat keduanya bertemu dalam satu momen yang sama, bentrokan adalah hal yang tak terhindarkan.
Panasnya permusuhan antara Jakmania dan Viking kemudian berimbas pada tensi pertandingan yang mempertemukan Persib dan Persija, yang sebenarnya sejak era Perserikatan sampai dengan saat ini persaingan keduanya di lapangan biasa-biasa saja. Yang panas itu justru terjadi di luar lapangan, karena permusuhan kedua kelompok suporter mereka.
Nyanyian bernada kasar, hingga pelemparan botol air mineral menjadi pemandangan yang jamak jika Persib dan Persija bertanding, di mana pun itu. Bahkan saat keduanya bertemu kerap terjadi pemandangan unik yang menyertai selain teriakan-teriakan suporter atau lemparan ke dalam stadion. Pemandangan tersebut adalah kendaraan yang biasa digunakan kedua tim saat mereka datang ke stadion.
Dalam beberapa tahun terakhir, para pemain Persija bila bertandang ke Bandung tidak menggunakan bus pemain saat mereka menuju ke stadion. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari intimidasi suporter kepada para penggawa Persija.
Hal yang sama juga pasti terjadi dengan Persib, kalau mereka melakoni partai tandang melawan Persija, pihak panitia pertandingan menyiapkan kendaraan taktis (rantis) untuk mengangkut para pemain Persib. Alasannya sama, agar para penggawa Maung Bandung terhindar dari intimidasi suporter lawan.
Upaya Damai yang Selalu Terganjal, Namun Terus Diupayakan
Tidak ada sisi positif yang bisa dipetik dari sebuah pertikaian, begitu juga dengan permusuhan antara Jakmania dan Viking. Selain bentrokan dari dua kelompok suporter itu kerap memakan korban jiwa hingga luka dari masing-masing kelompok, permusuhan itu juga kerap merugikan klub hingga pemain.
Karena kebencian kedua suporter itu juga menular ke tim, pemain yang kerap menjadi korban, permusuhan juga Eko Maung menyebut, dalam pertandingan di Stadion Siliwangi pada tahun 1999 itu, suasana tak terkendali terjadi di dalam stadion. Lemparan batu diarahkan ke dalam lapangan, yang membuat salah satu pemain Persija, Luciano Leandro, mengalami pendarahan di bagian kepala.
Persib juga pernah merasakan imbas langsung dari permusuhan tersebut, tepatnya terjadi pada tahun 2005. Persib direncanakan bertandang ke Stadion Lebak Bulus untuk melawan Persija. Saat itu tiga poin sangat dibutuhkan Maung Bandung untuk meloloskan mereka ke babak 8 besar Liga Indonesia.
Namun yang terjadi kala itu, Persib justru menolak bermain dengan alasan keamanan dan mempertimbangkan keselamatan pemain. Saat Jakmania membludak dan memenuhi seluruh tribun penonton, bahkan luber ke pinggir lapangan. Persib kemudian dinyatakan kalah WO 0-3 karena tidak datang ke stadion. Akibatnya, Maung Bandung gagal lolos ke babak 8 besar.
Dua kejadian tersebut hanyalah contoh dari kejadian-kejadian yang imbasnya justru merugikan kedua tim akibat permusuhan itu. Bahkan imbas dari perseteruan itu juga kerap menimpa orang-orang yang sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan permusuhan itu.
Sadar kalau potensi permusuhan itu lebih banyak menimbulkan sisi buruk, upaya damai kemudian selalu digaungkan oleh banyak pihak baik itu dari Kepolisian maupun Pemerintah. Bahkan pada musim 2011/2012 para pemain Persib dan Persija pernah membentangkan spanduk putih bertuliskan ‘The Jakmania – Viking Bersatulah’.
Spanduk tersebut dibentangkan sesaat sebelum laga Persib vs Persija berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Tujuan dari dibentangkannya spanduk tersebut jelas agar permusuhan antar dua kelompok suporter itu selesai. Namun upaya-upaya yang dilakukan selalu berujung kegagalan, permusuhan tetap terjalin. Bahkan bentrokan masih sering terjadi, terutama di wilayah perbatasan DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Angin segar perdamaian kemudian kembali bergaung pada 2017 ini. Bukan dari pihak Kepolisian atau pejabat daerah, melainkan dari Ketua Umum Jakmania, Ferry Indrasjarief. Melalui akun media sosial pribadinya, Ferry mengajak Viking untuk berdialog bersama agar kekisruhan yang terjadi tidak berkepanjangan.
Postingan tersebut kemudian menyebar luas di beberapa akun media sosial Jakmania. Inti dari tulisan tersebut, pria yang akrab disapa Bung Ferry itu ingin agar kedua belah pihak berembuk bersama agar tujuan damai bisa terwujud.
"Lewat tulisan pendek ini, saya mengajak Viking untuk membuka dialog. Tidak ada yang tidak mungkin. Segala hal yang negatif pasti bisa kita hentikan. Tidak perlu perantara Polisi untuk ketemu. Tidak perlu pejabat turun tangan untuk menyelesaikan. Saya siap bertemu di manapun tempat yang kalian inginkan. Sepakbola adalah Cinta," tulisnya.
https://twitter.com/InfokomJakmania/status/874193606608773121
Respon positif diberikan oleh Viking melalui salah satu pentolannya, Yana Umar. Ia sangat menyambut baik rencana tersebut. Namun sebelum dialog itu digelar, ia ingin melakukan pertemuan dulu dengan para anggota Viking dari berbagai distrik. Selain itu, ia juga ingin agar komunikasi langsung secara intensif terus dilakukan.
"Kalau saya menyambut dengan baik itikad baik itu. Tapi kami ingin berdiskusi atau berembuk dulu dengan anggota Viking lainnya. Untuk rembuk bersama anggota Viking lainnya, kami rencanakan setelah Lebaran ini. Saya berharap, sebaiknya dialog antara Viking dan Jakmania dilakukan setelah pertandingan Persib melawan Persija pada Juli nanti. Untuk tempat pertemuan kami serahkan semua kepada Jakmania saja,” terang Yana.
Tersirat, kedua pendukung memiliki itikad baik untuk berdamai. Hanya saja kedua belah pihak masih terlihat sungkan untuk menginisiasi pertemuan. Dari pihak Jakmania, masih terdapat kalimat "bertemu di manapun tempat yang kalian inginkan" sementara dari Viking membalasnya dengan "kami serahkan semua kepada Jakmania saja". Pernyataan tersebut bisa menjadi tarik ulur mengenai perdamaian ini.
Yana juga mengungkapkan bahwa sampai dengan saat ini belum ada kelanjutan soal rencana dialog damai tersebut. "Sampai dengan saat ini belum ada kelanjutannya. Nah, kalau soal surat pemberitahuan, jujur saja saya tidak menerimanya sama sekali," tegasnya saat dihubungi melalui pesan singkat.
Jika Jakmania memang benar ingin membuka dialog perdamaian, seharusnya tanpa ragu langsung menghubungi pihak Viking, bukan hanya sekadar lewat pesan berantai di media sosial dengan tujuan agar pesan tersebut bisa sampai ke pihak Viking. Dari sini mungkin Viking bisa melihat sejauh mana keseriusan Jakmania untuk mengajak berdamai.
Begitu pula dengan Viking yang memang yang telah menyatakan bersedia untuk berdamai, alangkah baiknya hal tersebut tidak perlu menunggu pertandingan Persib-Persija digelar (22 Juli mendatang). Akan jauh lebih baik jika keduanya berdamai sebelum Persib-Persija digelar. Karena jika perdamaian baru dilangsungkan pasca Persib-Persija, itu artinya sebelum laga tersebut kedua suporter masih bermusuhan, di mana hal ini bisa memicu hal yang tidak diinginkan sebelum atau ketika pertandingan.
Komentar