Perjuangan Tanpa Henti Parma

Cerita

by Redaksi 24 55231

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Perjuangan Tanpa Henti Parma

AC Parma atau yang kini dikenal dengan nama Parma Calcio 1913 akhirnya promosi ke Serie B Italia. Kepastian tersebut didapat setelah mereka sukses mengalahkan Alessandria dua gol tanpa balas dalam laga final play-off Liga Serie C Italia, Minggu (18/6) dini hari WIB.

Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadio Artemio Franchi itu, dua gol kemenangan Parma masing-masing diciptakan oleh Manuel Scavone pada menit ke-11 dan Manuel Nocciolini di menit ke-67.

Langkah Parma untuk kembali berkompetisi di Serie A semakin dekat tentunya berkat kemenangan tersebut. Tinggal meraih kesuksesan yang sama di Serie B pada musim 2017/2018, maka mereka bisa kembali ke kompetisi level satu di Italia itu.

Sebenarnya langkah Parma kembali ke Serie A bisa dilalui dengan cara yang lebih simple, andai pada 2015 lalu mereka bisa mengelola keuangan dengan baik. Saat itu pada akhir musim 2015 mereka memang dipastikan terdegradasi setelah menduduki posisi juru kunci di klasemen akhir Serie A.

Namun karena pada saat itu Parma mengalami kebangkrutan, maka Pengadilan Italia kala itu memutuskan bahwa Parma tidak boleh bermain di Serie B, tapi harus di Serie D yang terkategori sebagai kompetisi semi profesional di Italia.

Keputusan tersebut mungkin menjadikan mereka sebagai salah satu klub dengan nasib paling nahas di Italia. Bagaimana tidak, perjalanan Parma di kompetisi Italia selalu diiringi dengan getir kebangkrutan. Padahal di medio 1990-an, Parma pernah menjadi salah satu kesebelasan dengan finansial terbaik. Bahkan dari segi prestasi pun kala itu, mereka bisa dibilang sebagai klub yang disegani di Italia atau bahkan Eropa.

Meski belum pernah mengecap Scudetto, namun mereka selalu bertengger di papan atas klasemen Serie A. Pada masa itu juga Parma pernah memenangkan gelar di ajang Piala UEFA, Piala Winners, Piala Super Eropa, dan Piala Italia.

Selain itu beberapa pemain bintang seperti Fabio Cannavaro, Gianfranco Zola, Faustino Asprilla, Dino Baggio, Hernan Crespo, hingga Lilian Thuram pernah menjadi bagian dai skuat Parma. Bahkan pada tahun 1996 mereka juga pernah dilatih oleh salah satu pelatih terbaik Italia, Carlo Ancelotti.

Saat itu Parma memang menjadi salah satu tim kaya di Italia berkat sokongan dana melimpah dari salah satu produsen susu lokal, Parmalat. Perusahaan tersebut memiliki saham sebesar 98 persen di Parma yang kemudian kehidupan membuat klub berjuluk Gialloblu itu sangat tergantung pada Parmalat. Derita bagi Parma datang saat Parmalat terbelit masalah pajak pada tahun 2003, yang kemudian membuat perusahaan tersebut pailit, kondisi keuangan Parma saat itu juga ikut goyang.

Sebenarnya, kebangkrutan yang dialami Parma pada tahun 2003 bukan yang pertama bagi mereka. Pada tahun 1963 Parma juga pernah mengalami krisis keuangan, namun mereka bisa bangkit dan akhirnya berhasil menembus kompetisi level teratas Italia pada tahun 1990-an, walau pada satu dekade sebelumnya mereka hanyalah penghuni kompetisi Serie B atau Serie C.

Ketidak Jelasan Pemilik, Hingga Perjuangan Menembus Serie B

Pada musim 2004/2005, Parma menjalani musim pertamanya tanpa logo Parmalat di kostum utama mereka. Meski tengah didera krisis, namun mereka tetap spartan mengarungi kompetisi. Bahkan di ajang Piala UEFA yang kini telah berganti nama menjadi Liga Europa, Parma berhasil menembus babak semifinal.

Sayang, kala itu Parma lebih fokus di kompetisi Eropa sehingga di kompetisi domestik mereka kedodoran sampai harus berjuang dengan melewati babak play-off untuk tetap bertahan di Serie A. Parma kemudian memilih untuk melepas peluang tampil di final Piala UEFA dan memilih mempertahankan posisi di Serie A. Keputusan tersebut dirasa tepat, karena Parma akhirnya berhasil mengalahkan Bologna dengan agregat 2-1. Mereka bertahan, namun harus terdegradasi pada musim 2006/2007.

Pada tahun 2007, Parma mendapat investor bernama Tommaso Ghirardi, pengusaha itu membeli klub dengan harga sekitar 30 juta euro pada Januari 2007. Namun malasah kembali terjadi karena Ghirardi juga gagal membuat keuangan klub membaik. Ia bahkan membuat utang klub semakin bertambah banyak hingga 200 juta euro.

Para pemain sudah tidak lagi menerima gaji saat itu. Ironisnya, mereka ditolak tampil di Liga Europa, karena pajak yang belum dibayar dari pemain mereka yang dipinjamkan ke klub lain. Pada tahun 2014, Parma dijual ke grup pengusaha Rusia, Siprus Dastaro Holdings yang dipimpin Rezart Taci. Sayang, Tachi dan rekannya Emir Kodra yang kala itu mengelola Parma pun gagal membuat keuangan tim membaik.

Berada diambang kebangkrutan, Parma kembali dijual ke pengusaha lain, Giampietro Manenti, dengan harga 1 euro. Pada tahun 2015 mereka dinyatakan bangkrut dan terdegradasi ke Serie D. di kompetisi tersebut Parma tampil dengan skuat seadanya, hanya Allesandro Lucarelli yang menjadi sosok tenar di skuat Parma.

Namun hal tersebut tak menyurutkan perjuangan mereka, dengan usaha yang gigih Parma berhasil menjuarai Serie D musim 2015/2016, dan berhak naik kasta ke Serie C. Di kompetisi tersebut, Parma menduduki peringkat kedua di klasemen akhir wilayah A. Pencapaian tersebut membuat Parma berhak tampil di babak play-off hingga akhirnya mengalahkan Alessandria di partai final babak play-off.

Komentar