Jika ingin merasakan bagaimana getirnya menjadi seorang musafir, Perseru Serui adalah salah satu pihak yang mungkin tahu bagaimana rasanya. Pada dua laga kandang terakhirnya, Perseru tidak bermain di kandang mereka, Stadion Marora, Serui. Menghadapi Persija Jakarta dan PS TNI, mereka harus bermain di Stadion Pakansari, Bogor meski berstatus tuan rumah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, musafir adalah "orang yang bepergian meninggalkan negerinya (selama tiga hari atau lebih); pengembara". Dalam arti lain, musafir adalah orang yang kerap bepergian jauh, dan mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain. Ia tidak menetap, dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Ketika melakukan sebuah pengembaraan, maka banyak hal yang dikorbankan. Kenyamanan rumah sendiri, serta kehangatan dari kampung halaman adalah beberapa hal yang harus ditinggalkan ketika memutuskan menjadi seorang musafir. Meninggalkan hal-hal tersebut, yang sudah terikat dalam diri kita semenjak lahir, adalah hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Ini juga yang dialami oleh Perseru Serui dalam ajang Liga 1 2017.
Untuk ajang Liga 1 2017, tim berjuluk Cendrawasih Jingga ini sebenarnya sudah memutuskan akan tetap menggunakan Stadion Marora, Serui, sebagai kandang sekaligus rumah bagi mereka menjamu kontestan-kontestan lain di Liga 1. Walau sempat menimbulkan perdebatan di antara kontestan Liga 1 yang lain, pada April 2017 PT. Liga Indonesia Baru yang menjadi operator dari kompetisi Liga 1 tetap mengizinkan Perseru menggunakan Stadion Marora sebagai kandang mereka.
Keangkeran Marora pun tetap mampu mereka jaga. Dari tiga laga kandang awal yang mereka jalani, tercatat mereka hanya sekali kalah dari PSM Makassar. Sisanya sekali imbang melawan Persela dan satu kemenangan melawan Persiba membuat Marora masih menjadi rumah yang menyeramkan bagi peserta Liga 1 lain yang bertamu ke sini.
Namun, memasuki bulan Ramadan, ada hal yang berubah bagi Perseru. Banyaknya pertandingan yang diselenggarakan di malam hari membuat mereka tidak bisa menggunakan Stadion Marora untuk sementara. Penerangan lampu yang tidak memadai menjadi alasan utama. Hal ini terpaksa membuat mereka menjadi musafir untuk sementara waktu.
Semua dimulai sejak laga melawan Bali United pada 4 Juli 2017 silam. Dalam laga tersebut, Perseru berstatus sebagai tuan rumah, tapi mereka menggunakan Stadion I Wayan Dipta, kandang Bali, sebagai venue pertandingan. Ini tak lepas dari alasan penerangan Stadion Marora yang tidak memadai, sehingga pertandingan menjadi pertandingan tandang rasa kandang bagi Bali United.
Hal yang sama kembali dialami Perseru kala menghadapi Persija pada 13 Juli 2017 serta menghadapi PS TNI pada 18 Juli 2017. Dalam dua laga tersebut, Perseru sebenarnya berstatus sebagai tim kandang. Namun karena alasan penerangan Marora, mereka kembali harus menjalani laga kandang rasa tandang. Cendrawasih Jingga menjamu Persija di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi, serta menjamu PS TNI di Stadion Pakansari, Bogor.
Kesulitan pun mulai dialami Perseru Serui. Menjadi tim musafir membuat mereka sulit untuk bermain dalam kemampuan terbaik. Hasilnya dari tiga laga kandang rasa tandang yang mereka jalani, Perseru tidak meraih satu kemenangan pun. Melawan Bali United, mereka kalah dengan skor 1-3. Menjamu Persija, mereka takluk 0-3. sedangkan ketika menjamu PS TNI, mereka takluk 0-1.
Menjadi musafir sungguh adalah sesuatu yang sulit, dan Perseru mengalami hal tersebut. Catatan tiga laga kandang rasa tandang mereka yang berakhir dengan kekalahan membuktikan hal tersebut.
***
Tiada tempat yang paling nyaman selain di rumah. Suasana rumah yang nyaman akan membuat kita betah berlama-lama tinggal di dalamnya. Inilah yang kebanyakan dialami oleh tim di Indonesia, yang kerap bisa bermain spartan dan luar biasa kala tampil di kandang sendiri. Perseru sekarang sedang rindu dari rumah mereka yang dinilai tidak layak untuk menyelenggarakan pertandingan malam.
Ketika mereka harus tampil jauh dari rumah, mereka pun akhirnya harus mendapatkan hasil yang terbilang minor. Saat menjadi musafir, segalanya pun tampak sulit bagi Perseru karena mereka harus pergi jauh dari rumah mereka, sehingga akhirnya mereka menelan tiga kali kekalahan saat menjadi musafir di tempat lain.
Menjadi musafir memang merupakan hal yang sulit. Tapi seperti yang diungkapkan oleh Agus Yuwono, hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk tampil melempem. Apalagi rumah mereka, Stadion Marora belum dalam keadaan siap untuk ditempati.
"Memang kita selama Ramadan ini harus main di luar. Hal ini memang cukup merugikan dan juga melelahkan. Tapi apapun harus kita jalani dan kondisi kita memang seperti karena lapangan juga belum siap," kata Agus seperti dilansir situs resmi Liga 1.
Komentar