Posisi pertama klasemen sementara Liga 1 Indonesia 2017 kembali diduduki PSM Makassar setelah mengalahkan Borneo FC dengan skor 1-0 di Stadion Andi Mattalata, Makassar, Senin (19/6). Gol semata wayang PSM dicetak Reinaldo da Costa pada menit 65` melalui eksekusi penalti yang didapatkan setelah Muhammad Rahmat dilanggar Muhammad Ridho. Pertandingan sendiri berjalan berat sebelah karena PSM menguasai laga. Buktinya, PSM memenangkan penguasaan bola sebesar 63%.
Kemenangan penguasaan bola PSM diraih karena Borneo tidak mampu mengembangkan permainannya. Borneo sering kehilangan bola atas tekanan-tekanan yang dilancarkan PSM. Salah satu dampaknya adalah Flavio Junior yang menjadi playmaker andalan Borneo tidak mampu bergerak banyak karena PSM memadatkan lini tengahnya. Dua pemain U23 yang dimainkan PSM pada laga ini, yaitu Nurhidayat Haris dan Muhammad Arfan, berperan penting atas suksesnya kepadatan lini tengah PSM.
Matinya pergerakan Flavio menjadi kesan yang manis bagi debut Nurhidayat yang menjalani debutnya di Liga 1 pada laga ini. Bermainnya Nurhidayat juga tidak lepas dari absennya Asnawi Mangkualam di posisi gelandang. Di kubu Borneo, Wahyudi Hamisi yang merupakan pemain U23 juga menjadi patner Ponaryo Astaman yang baik dalam meredam serangan PSM melalui lini tengah. Wahyudi cukup mampu membatasi agresivitas Marc Klok di lini tengah.
PSM Padatkan Pemain di Lini Tengah
Formasi 4-2-1-2-1 menjadi penentu mengapa Flavio tidak bisa leluasa bergerak pada laga ini. Penampilan Nurhidayat dan Arfan sangat baik ketika mengapit pergerakan Flavio, sehingga Klok bisa leluasa agresif naik ke depan kotak penalti membantu Willem Jan Pluim. Nurhidayat dan Arfan semakin fokus menjaga lini tengah ketika PSM sedang berada dalam mode menyerang.
Pada mode menyerang itulah kedua pemain itu mendapatkan sokongan dari Zulkifli Syukur di sisi kanan dan Fatur Rahman di sebelah kiri. Sistem itu mengubah formasi PSM menjadi 2-4-2-1. Keberadaan Zulkifli dan Fatur menjaga keamanan lebih dini di sisi lapangan. Terlebih PSM memainkan pressing agresif pada laga kali ini. Zulkifli dan Fatur juga membuat kedua bek sayap Borneo tidak terlalu agresif naik membantu serangan.
Apalagi Ricky Ohorella di sebelah kanan, tidak bisa bebas membantu serangan karena menjaga agresivitas Romario Roberto yang menjadi kecenderungan serangan PSM selama babak pertama. Keamanan di sisi lapangan yang dijaga bek sayap PSM itu telah berhasil membuat Nurhidayat dan Arfan fokus untuk menjaga gerak-gerik Flavio. Dampaknya pun begitu terasa ketika Lerby Eliandy tidak mendapatkan suplai bola dari berbagai area.
Borneo FC Kurang Berani Mendobrak Sisi Kiri
Sisi kiri serangan PSM begitu dominan untuk membombardir pertahanan Borneo. Di sana terdapat Romario yang menjadi tujuan umpan lini tengah PSM. Dari serangan sisi kiri itu jugalah PSM mendapatkan penalti setelah Rahmat yang menggantikan Romario dijatuhkan. Nyatanya, agresivitas sisi kiri PSM ini berbeda dengan sisi kanannya yang justru adem ayem.
Pergerakan sisi kanan PSM tidak terlalu banyak membahayakan kecuali jika Pluim bergerak ke arah tersebut. Tapi Pluim justru lebih sering berada di depan area kotak penalti dan masuk ke dalam kotak penalti. Pluim nampak enggan bergerak ke kanan karena tidak menemukan rekan di sana. Tidak seperti di sisi kiri di mana Romario mendapatkan sokongan dari Klok.
Pluim lebih bergerak ke tengah pun karena pergerakan Klok lebih terjangkau ke depan kotak penalti selain menjadi penghubung di sisi kiri. Seharusnya yang membantu efisiensi Pluim di sisi kanan adalah Zulkifli. Tapi walau bermain dengan garis tinggi, Zulkifli jarang melakukan overlap ke area sepertiga akhir lawan.
Seharusnya, kurangnya agresivitas Zulkifli dalam menyerang di sisi lapangan itu membuat Abdul lebih berani menekan ke depan. Tapi pergerakan Abdul pun harus didukung oleh Riswan Yuswan yang menjadi sayap kiri Borneo pada laga ini. Tapi keduanya tampak tidak saling bersinergi di sisi kiri lapangan Borneo sehingga Zulkifli lebih mudah memotong arus bola di wilayah tersebut.
Kesimpulan
Kurangnya koordinasi di sisi kiri Borneo itu, yang padahal bisa menjadi kunci dari permainan serangan balik, justru tidak berfungsi. Riswan tidak bermain baik pada laga kali ini karena kurang berani untuk melakukan gerakan yang memberikan ruang bagi Abdul. Sementara Abdul justru seperti diinstruksikan bertahan agar menjaga areanya jika sewaktu-waktu Pluim melebar ke kanan.
Padahal, Pluim sendiri baru mulai agresif bergerak ke kanan itu ketika Ferdinand Sinaga masuk pada babak kedua. Pada saat itulah Pluim mendapatkan tandem di sisi kanan serangannya. Borneo seolah kaku pada pertandingan kali ini. Mereka seolah ketakutan atas kecenderungan serangan PSM sehingga melupakan sisi lain yang seharusnya bisa dimanfaatkan. Mungkin Borneo terlalu silau dengan catatan 17 gol PSM sebelum pertandingan ini berlangsung.
Komentar