"Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu. Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu, dipaksa pecahkan karang, lemah jarimu terkepal"
Kutipan di atas merupakan penggalan dari lirik lagu Iwan Fals berjudul Sore Tugu Pancoran. Dalam lagu tersebut, Iwan tampak bercerita, mungkin dari pengalamannya sendiri mungkin juga tidak, tentang seorang anak kecil bernama Budi yang dipaksa harus berjuang sedari kecil karena situasi hidup yang serba sulit.
Naluri bertahan hidup adalah naluri alami yang berada di dalam diri manusia. Seperti halnya seorang pendaki gunung. Ketika ia tersesat saat mendaki sebuah gunung, ia akan menggunakan nalurinya agar tetap bertahan hidup. Ia akan mencari jalur yang benar yang akan mengantarkannya sampai ke puncak atau turun dari gunung, serta meyakinkan dirinya sendiri dan rekan-rekan sependakiannya bahwa mereka akan selamat.
Pun dengan Budi dalam lagu Sore Tugu Pancoran milik Iwan Fals. Demi bertahan hidup, Budi terus berjuang dan melawan kerasnya kehidupan yang ia alami. Walau ia masih kecil, serta tubuh dan mentalnya tidak sekuat orang dewasa, Budi tetap bisa berjuang dalam hidupnya.
Tapi, kadang ada masa ketika perjuangan dirasa sudah sampai titik paling maksimal, maka semua berubah menjadi sebuah kepasrahan kepada sesuatu yang terbaik yang akan diberikan Tuhan. Fase berserah diri ini akan muncul ketika memang usaha perjuangan, baik itu untuk bertahan hidup atau apapun, sudah dilakukan sekuat tenaga.
Inilah yang terjadi pada Bradley Lowery, anak yang dianggap sebagai peri sepakbola Inggris zaman sekarang. Perjuangan Lowery untuk hidup, hampir sama (atau lebih berat) dengan perjuangan Budi yang berjualan koran sore sesudah petang.
***
Bradley Lowery, jika tidak terkena neuroblastoma, mungkin akan tumbuh dan berkembang seperti anak-anak seusianya di Inggris sana. Ia menggemari sepakbola, olahraga yang paling terkenal di Inggris, dan menjadi pendukung setia dari klub asal tempat kelahirannya, AFC Sunderland. Jika ia tidak terkena neuroblastoma, mungkin saja ia punya peluang besar menjadi pemain Sunderland, karena setiap anak yang tumbuh di Sunderland tentu punya kesempatan besar untuk membela klub yang bermarkas di Stadium of Light ini.
Namun, selayaknya Budi dan juga mungkin anak-anak kecil yang tak bisa menikmati masa kecil mereka dengan bahagia, pun juga dengan Lowery. Sejak ia berusia 18 bulan, dokter sudah mendiagnosanya terkena neuroblastoma, sebuah penyakit kanker langka yang menyerang anak-anak. Setelah hasil diagnosa tersebut, hidup Lowery pun menjadi penuh dengan perjuangan untuk bertahan hidup, melalui serangkaian operasi yang harus ia penuhi.
Setelah berjuang melawan selama dua tahun sejak ia berusia 18 bulan, derita dari neuroblastoma yang mendekap Lowery sirna untuk sementara. Ia pun mampu menjalani hari-harinya dengan riang, walau masih harus didampingi oleh perawatan harian. Ia mulai rajin mendukung Sunderland, bahkan ia bisa bersahabat dengan Jermaine Defoe, menjadi maskot untuk Sunderland dan timnas Inggris dalam laga melawan Lithuania.
Namun sejak Juli 2016, ia harus kembali berjuang. Neuroblastoma kembali menggerogoti tubuh kecil Lowery yang bahkan belum masuk usia 10 tahun. Perjuangan yang sudah pernah dilakukan dahulu, kali ini dilakukan kembali oleh Lowery. Ia berjuang melawan kesulitan dalam hidupnya, berjuang untuk bertahan hidup seperti halnya Budi yang berusaha untuk bertahan hidup dengan menjual koran sore di Tugu Pancoran.
Tapi kali ini, perjuangan Lowery pun usai. Rongrongan dari neuroblastoma sudah tidak mampu lagi ia lawan oleh tubuh kecilnya yang lemah. Sempat diramalkan akan meninggal pada Desember 2016, sisa-sisa perjuangan Lowery yang juga tercermin dari rambut di kepalanya yang habis, akhirnya usai pada awal Juli 2017. Seperti yang diujarkan oleh ibunya, Gemma, Lowery sekarang sudah terbang ke surga bersama dengan para malaikat di sampingnya.
***
Selayak ketika ada orang-orang yang meninggal, ucapan belasungkawa pun bermunculan dari berbagai kalangan untuk Lowery. Defoe mengungkapkan kesedihannya ketika mendengar ini. Pun dengan seluruh elemen sepakbola Inggris dan dunia yang tahu bagaimana perjuangan Lowery melawan neuroblastoma yang menggerogoti tubuhnya.
Tapi, apa hanya sebatas ucapan belasungkawa saja? Tentu tidak.
Manusia, seperti yang diungkapkan di awal tulisan, punya naluri yang kuat bertahan hidup. Untuk bertahan hidup, salah satu cara yang mesti dilakukan manusia adalah berjuang. Berjuang sampai tidak punya lagi kekuatan untuk berjuang. Berjuang sampai akhirnya Tuhan mengatakan secara tidak langsung kepada kita untuk tidak lagi berjuang.
Inilah yang diajarkan Lowery kepada kita, kepada umat manusia. Terkadang manusia kerap berkeluh-kesah dengan keadaan hidupnya, tapi itu tidak akan mengubah apapun. Seperti yang dilakukan Lowery dan juga Budi, kita harus berjuang. Berjuang untuk bertahan hidup. Berjuang untuk apa yang kita rasa memang perlu untuk diperjuangkan.
Teruntuk Lowery, istirahatlah dengan tenang di alam sana. Cukup sudah perjuanganmu di dunia ini untuk bertahan hidup. Sekarang, Tuhan telah menyediakan tempat yang terindah bagimu di surga, dan di sana engkau bisa terus bermain sepakbola dengan bebas tanpa memedulikan waktu yang fana.
Terima kasih atas semangat yang sudah kau ajarkan. Semoga kami bisa menjadi pribadi yang kuat sepertimu, yang sedari kecil harus memecahkan karang dengan jari-jarimu yang lemah.
Rest in Peace, Lowery!
foto: @premierleague
Komentar