Persipura Jayapura mengakhiri perjuangannya di putaran pertama Liga 1 Indonesia 2017 dengan menduduki posisi tiga di tabel klasemen sementara. Keberhasilan Persipura mengakhiri putaran pertama dengan posisi papan atas tak lepas dari penampilan impresif mereka di 17 pertandingan yang dilalui klub berjulukan “Mutiara Hitam” itu. Dari jumlah partai tersebut, mereka mencatatkan sembilan kemenangan, empat imbang, dan empat kalah.
Persipura sebenarnya punya kesempatan mengakhiri putaran pertama sebagai juara paruh musim, namun hasil imbang 2-2 yang mereka raih kala jumpa Sriwijaya FC di Stadion Jakabaring, Palembang, Minggu (30/7) membuat Boaz Solossa cs gagal menggeser Madura United dari posisi puncak.
Meski begitu, pencapaian pada putaran pertama ini patut mereka syukuri. Sebab Persipura hanya berselisih satu poin saja dari Madura United, yang artinya mereka tetap menjaga asa untuk merebut trofi juara dari Persib Bandung di kompetisi resmi musim ini asal bisa terus konsisten di putaran dua nanti.
Selain itu satu hal lain yang tak boleh dilupakan juga adalah keberhasilan mereka untuk meningkatkan grafik penampilan di setiap pekan pertandingan Liga 1. Pada pekan-pekan awal kompetisi, Persipura bisa dibilang cukup kesulitan untuk menembus posisi papan atas.
Menghadapi Persegres Gresik United di Stadion Mandala, Jayapura, Persipura mengakhiri pertandingan pertamanya itu dengan hasil imbang 1-1. Hal tersebut kemudian membuat mereka harus puas berada di posisi sembilan. Pada laga kedua mereka berhasil bangkit dengan menekuk Bali United di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar namun kembali menelan kekalahan dari Semen Padang di laga ketiga.
Selepas itu performa mereka bisa dibilang fluktuatif, meski berhasil menyapu bersih kemenangan di laga kandang namun mereka selalu kesulitan meraih kemenangan di laga tandang. Hal tersebut membuat mereka agak kesulitan untuk menembus posisi lima besar. Bahkan pada pekan ke-10 Liga 1 mereka berada di posisi tujuh.
Hasil tersebut membuat manajemen Persipura agak kecewa, hingga evaluasi besar-besaran dilakukan. Pelatih kepala mereka, Liestiadi Sinaga kemudian memutuskan mundur jadi jabatannya setelah timnya ditumbangkan Madura United 0-2 di pekan ke-10. Sebelum kekalahan dari Madura, mereka juga takluk dengan skor telak 1-5 dari PSM Makassar.
Mundurnya Liestiadi memaksa Persipura harus melakukan pergantian pelatih hingga dua kali pada musim ini. Sebelum menunjuk Liestiadi, mereka sudah mendepak Angel Alfredo Vera sesaat sebelum kompetisi bergulir. Keputusan Persipura mendepak Vera cukup mengejutkan karena pelatih asal Argentina itu sebelumnya mampu membawa Mutiara Hitam sebagai kampiun di turnamen jangka panjang, Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016.
Ketika Liestiadi mundur, Persipura tidak langsung menunjuk pelatih anyar. Saat itu, mereka memercayakan pos pelatih kepala kepada Mettu Duaramury dan Alan Haviluddin yang sebelumnya menjabat sebagai asisten pelatih. Pergantian sementara itu kemudian berbuah hasil setelah mereka mampu mengalahkan Persela Lamongan 1-0 di Stadion Surajaya.
Pada pertengahan Juli, manajemen Persipura kemudian menunjuk Wanderley Junior untuk menukangi Boaz cs selama sisa kompetisi. Penunjukan pelatih asal Brasil itu bukan tanpa alasan, manajemen menilai kalau Wanderley memiliki pemahaman yang bagus soal kultur sepakbola Indonesia, karena memiliki pengalaman bermain dan juga melatih di tanah air, sehingga ia dinilai bisa cepat beradaptasi.
Sebelum menakhodai Persipura, tercatat ia merupakan pelatih dari kesebelasan Malaysia, Kuala Lumpur FA. Selain itu Wanderley pun pernah menjadi asisten pelatih di kesebelasan asal Thailand, Siam Navy. Sementara di Indonesia, Wanderley pernah berkiprah sebagai asisten pelatih Persibo Bojonegoro hingga akhirnya dipercaya menukangi Perseman Manokwari.
Tidak butuh waktu lama bagi Wanderley untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai pelatih jempolan. Pada pertandingan debutnya saat Persipura menjamu Mitra Kukar, kemenangan langsung diberikan Wanderley untuk masyarakat Jayapura. Tak tanggung-tanggung hari itu Mutiara Hitam sukses melibas Naga Mekes dengan skor telak 6-1.
Pada dua pertandingan selanjutnya melawan Persija Jakarta (1-1) di Stadion Mandala dan Perseru Serui di Stadion Marora, Persipura memang meraih hasil imbang, namun kehilangan poin di dua laga tersebut bisa ditebus dengan dua kemenangan beruntun saat jumpa Arema FC (2-0) di Stadion Kanjuruhan dan PS TNI (2-1) di Stadion Mandala.
Dua kemenangan tersebut kemudian mengantar Persipura merajai tabel klasemen di pekan ke-16, meski akhirnya di pekan ke-17 posisi mereka kembali digeser Madura United, namun poin pentingnya adalah Persipura mampu menunjukkan grafik permainan yang meningkat.
Selain itu mereka juga mampu tampil konsisten meraih hasil positif di kompetisi. Tentunya, itu menjadi modal berharga di putaran kedua nanti. Andai mampu mempertahankan konsistensi, bukan tidak mungkin gelar juara bisa diraih.
Pemain Lokal yang Menjadi Tulang Punggung
Keberhasilan Persipura menembus papan atas patut untuk diberi apresiasi lebih. Sebab dibandingkan dengan penghuni papan atas lainnya, Persipura tidak memiliki pemain asing berstatus marquee player. Persipura memang hanya mengandalkan tiga pemain asing saja (kesebelasan yang memiliki marquee player diperbolehkan menggunakan empat pemain asing dengan rincian, dua pemain non Asia, satu Asia, dan satu marquee player).
Namun itu bukan masalah serius bagi Persipura. Persipura tetap membuktikan kualitas mereka dengan kekompakan, kekeluargaan, dan kolektivitas bermain mereka. Maklum, Persipura memang dikenal sebagai salah satu kesebelasan yang rajin mengandalkan produk lokal asli Papua yang memang dikenal bertalenta.
Talenta emas Papua kemudian dimanfaatkan betul oleh Persipura. Di Liga 1 mereka banyak memiliki pemain-pemain Papua berkualitas. Selain nama-nama senior seperti Boaz, mereka juga punya Marinus Manewar, Osvaldo Haay, atau bahkan Prisca Womsiwor yang melejit karena kualitasnya. Prisca bahkan menjadi pemain lokal plus pemain muda pertama yang berhasil mencetak hat-trick.
Selain itu mereka juga jarang bongkar pasang skuat pada setiap musimnya, hal positif dari hal tersebut adalah Persipura mampu menjaga kekompakan di lapangan.
Akankah Mengulang Memori di ISC?
Kembali melihat grafik permainan Persipura musim ini, sebenarnya mirip dengan apa yang mereka alami di ISC musim lalu. Pada pekan-pekan awal mereka juga mengalami kesulitan untuk menembus papan atas. Tiga pertandingan pertama dilalui tanpa sekalipun meraih kemenangan. Hingga pada akhirnya, Jafri Sastra pun memutuskan mundur dari jabatannya di pekan ke-13.
Entah sebuah kebetulan atau tidak, namun saat itu Jafri meninggalkan Jayapura saat Persipura duduk di posisi tujuh, sama dengan yang dialami oleh Liestiadi, Jafri pun mundur setelah Persipura takluk dari Madura United dengan skor yang sama persis 0-2. Setelah Jafri mundur, manajemen kemudian menunjuk Vera sebagai pelatih kepala. Hasilnya memuaskan, karena perlahan tapi pasti grafik penampilan Mutiara Hitam menanjak.
Tak hanya itu, pada ISC 2016 pun Persipura juara meski tidak menjadi juara paruh musim. Justru juara paruh musim ISC adalah Madura United, yang juga merupakan juara paruh musim Liga 1 2017. Hal ini semacam deja vu bagi Persipura dan memberikan harapan besar untuk bisa menjuarai Liga 1 Indonesia edisi pertama ini.
Walau begitu, masih ada 17 laga tersisa yang harus dilakoni Persipura, juga tim lainnya. Apapun masih bisa terjadi. Yang jelas Persipura selalu bisa membuktikan diri bahwa mereka merupakan kesebelasan papan atas Indonesia yang setiap musimnya merupakan kandidat juara.
Komentar