Berlian Real Madrid yang Membuat Mereka Juara

Analisis

by Dex Glenniza 25919

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Berlian Real Madrid yang Membuat Mereka Juara

Real Madrid berhasil menjadi juara Piala Super UEFA setelah mengalahkan Manchester United dengan skor 2-1 di Skopje, Makedonia. Casemiro dan Isco berhasil membuat Real unggul atas satu gol United yang dicetak oleh Romelu Lukaku.

Los Blancos menguasai babak pertama, sementara “Setan Merah” berbalik bermain lebih dominan di babak kedua. Pergantian dominasi tersebut membuat pertandingan menjadi menarik.

Jose Mourinho yang harus kehilangan beberapa pemain kuncinya, sebenarnya tidak menurunkan susunan pemain yang buruk. Hanya saja, ia harus mencoba duet Chris Smalling dan Victor Lindelof yang belum padu. Di sisi lain, Zinedine Zidane sebenarnya bisa menurunkan seluruh pemain andalannya, tapi malah memarkir Cristiano Ronaldo di bangku pemain pengganti karena dinilai belum cukup fit menjalani pertandingan (match fit).

Kekuatan formasi berlian Real Madrid dengan Isco

Tanpa trio BBC (Gareth Bale, Karim Benzema, dan Cristiano Ronaldo), Real justru bisa bermain lebih baik secara merata. Tanpa Ronaldo, Zidane kembali menurunkan Isco di posisi di belakang dua penyerang, yaitu Benzema dan Bale.

Formasi Real yang biasa memakai 4-3-3 sedikit diubah menjadi 4-3-1-2 (atau 4-4-2 berlian) dengan Isco sebagai ujung dari berlian tersebut. Skema ini sudah menjadi andalan Zidane sebelumnya ketika ia harus kehilangan Bale akibat cedera, termasuk ketika final Liga Champions UEFA.

Dini hari tadi, Real kembali menunjukkan jika mereka bisa bermain lebih baik meskipun tanpa BBC yang lengkap. Melalui permainan Isco, pertahanan United dibuat tidak berkutik. Hal ini terjadi karena Isco diberi kebebasan dalam bergerak. Gol Isco sangat menunjukkan keleluasaan ini. Ia mampu bekerja sama dengan Bale dalam membuka ruang di pertahanan United yang rapat.

Ia bisa sebebas itu juga karena dukungan Toni Kroos dan Casemiro di belakangnya, terutama Kroos yang menjadi penggerak utama pembangunan serangan Real dari belakang di mana ia menyelesaikan 96% operannya (73 dari 76) dan berkontribusi pada hampir dari seperlima penguasaan bola Los Blancos.

Skema wing-back Mourinho yang gagal di babak pertama

Bermain bertahan dengan duet bek yang belum sepenuhnya padu adalah salah satu kesalahan dari taktik pasif Mourinho. Pengambilan posisi Smalling dan Lindelof seringkali keliru sehingga bisa dimanfaatkan oleh para pemain Real.

Pada gol pertama, di luar kontroversi offside atau tidak, Casemiro sampai bisa lolos untuk menceploskan bola terobosan yang membuatnya tinggal berhadapan dengan David De Gea. Casemiro sendiri adalah seorang gelandang bertahan, maka dari itu, Mourinho mungkin sangat jengkel melihat seorang gelandang bertahan sampai bisa mencatatkan tiga tembakan sebelum gol pertama Real tersebut.

Selain bermain terlalu bertahan di babak pertama, Mourinho juga tidak menjelaskan bentuk formasinya dengan baik. Ia sebenarnya memainkan 4-3-3 secara pemilihan pemain, tapi malah terlihat bermain dengan 3-5-2 ketika bola pertama kali digulirkan, dengan Jesse Lingard dan Luis Antonio Valencia sebagai wing-back.

Menghadapi Daniel Carvajal dan Marcelo yang sering naik, para wing-back United seringkali kerepotan dan didominasi. Hal ini yang memaksa Paul Pogba bermain lebih defensif padahal di babak pertama United sudah menurunkan Nemanja Matic (yang sejujurnya bermain cukup baik) dan Ander Herrera.

Kelemahan pada sistem wing-back ini juga ditunjukkan oleh Lingard yang kurang disiplin untuk naik dan turun. Pada babak kedua, Mourinho kemudian mengganti Lingard dengan Marcus Rashford, dan mengembalikan skema United menjadi 4-3-3 lagi. Perubahan pada babak kedua ini banyak mengubah jalannya pertandingan.

Kehadiran Rashford dan Fellaini mengubah babak kedua

Bukan hanya perubahan formasi, Mourinho berhasil menunjukkan jika ia memiliki senjata (alternatif) pada diri Rashford dan Marouane Fellaini. Bermainnya Lukaku membuat United praktis memiliki tipe penyerang target yang jarang turun mencari ruang di tengah.

Pertama, kehadiran Rashford berhasil membuat “pencarian ruang” di lini tengah United ini menjadi aktif, sehingga permainan Lukaku bisa lebih maksimal di depan untuk menjadi target dan juga mengendus bola muntahan (ia mendapatkannya dua kali, satu menjadi gol). Selain itu, Rashford juga piawai mengirimkan bola ke dalam kotak penalti, baik saat bola hidup maupun bola mati.

Kedua, kehadiran Fellaini membuat United semakin dominan di udara, yang membuat mereka bisa memenangkan bola dan juga jikapun kalah, mereka bisa memenangkan second ball. Tidak heran, senjata ini didukung oleh pemain-pemain jangkung yang siap berduel di seisi lapangan, mulai dari Lukaku dan Fellaini, sampai Matic, Pogba, dan Smalling.

Ada saatnya di mana Fellaini tidak menjadi olok-olok lagi. Saat-saat seperti inilah Fellaini bisa menunjukkan jika kehadirannya bisa mengubah permainan.

Kesimpulan

Superioritas. Kata itu yang ditunjukkan pada Piala Super dini hari tadi. Superioritas berhasil ditunjukkan oleh Real Madrid di babak pertama, sementara United gantian menunjukkannya di babak kedua.

Namun, Mourinho cenderung salah memulai pertandingan ini. Perhitungan wing-back-nya tidak tepat dalam menghadapi Marcelo dan Carvajal, sehingga mereka sendiri kerepotan di wilayah sayap padahal niat awal mereka adalah untuk bertahan dan mencuri peluang melalui serangan balik.

Isco menjadi salah satu pemain yang menonjol dalam formasi berlian Real yang ditunjukkan melalui gol kedua Real. United yang gagal menutup jalur attacking build-up Real melalui Kroos juga membuat Real teralu leluasa sampai-sampai Casemiro bisa tak terkawal pada gol pertama Real.

Tapi melalui Rashford dan Fellaini di babak kedua, penyerangan United bisa lebih menemui sasaran, dan permainanpun menjadi lebih hidup. Keunggulan duel udara dan second ball membuat United berbalik lebih dominan pada babak kedua, meskipun (tergantung selera) cara ini bukan cara yang enak ditonton, tapi setidaknya efisien. Sayangnya, keunggulan ini hanya bisa diterjemahkan melalui satu gol Lukaku, padahal “Setan Merah” memiliki setidaknya dua peluang bersih lagi di babak kedua.

Zidane kemudian merespons dominasi United di babak kedua dengan bermain lebih dalam dan melakukan penyegaran di lini depan. Ia mengganti barisan penyerangannya, termasuk memainkan Ronaldo. Meskipun demikian, pertandingan tidak banyak berubah setelah itu karena waktu yang sudah mendekati akhir serta De Gea yang gemilang mementahkan tembakan-tembakan para pemain Real di penghujung laga.

Foto: Twitter Real Madrid

Komentar