Tottenham Hotspur berhasil menduduki peringkat kedua klasemen akhir Liga Primer 2016/2017. Total 86 poin yang mereka torehkan, hanya terpaut tujuh poin saja dari Chelsea sang juara liga. Sementara itu di bawahnya, terdapat Manchester City yang mengumpulkan 78 poin, atau selisih delapan poin dengan Spurs.
Catatan tersebut merupakan prestasi terbaik Spurs di era Liga Primer. Spurs memang pernah menjuarai divisi teratas Liga Inggris, namun itu terjadi lebih dari setengah abad yang lalu. Di era Liga Primer, skuat berjuluk The Lily Whites ini lebih sering berkutat di papan tengah.
Prestasi lain yang dicapai Spurs pada Liga Primer musim 2016/2017 yaitu berhasil mengakhiri kutukan St. Totteringham Day, atau situasi di mana poin Tottenham tak lagi mampu menyusul poin yang dimiliki rival mereka sesama klub London Utara, Arsenal. Musim lalu, Arsenal sendiri menempati posisi lima, padahal 21 musim ke belakang Arsenal selalu finis di atas Spurs.
Atas prestasi-prestasi itu, Tottenham tentu mulai diperhitungkan sebagai kekuatan baru sepakbola Inggris. Namun tak sedikit juga yang masih meragukan ambisi mereka untuk menjuarai liga, khususnya setelah mereka tak melakukan satu pun pembelian pemain baru di musim 2017/2018 ini.
Lantas apakah Spurs bisa meningkatkan prestasi mereka di musim ini tanpa pemain anyar? Atau mereka bakal terlempar dari zona lima besar? Belum tentu. Spurs punya alasan kuat mengapa mereka tetap percaya diri dengan skuat yang ada saat ini agar bisa bersaing di papan atas Liga Primer.
***
Dalam 38 pertandingan Liga Primer musim lalu, Spurs berhasil meraih 26 kemenangan, 8 kali imbang, serta empat kali kekalahan. Total gol yang mereka ciptakan adalah 86 gol. Gol yang bersarang ke gawang Spurs sendiri totalnya 26 gol.
Yang perlu digarisbawahi pada catatan di atas, Spurs merupakan kesebelasan kedua terbanyak dalam meraih kemenangan, di bawah Chelsea yang memenangi 30 pertandingan. Sementara itu jumlah kekalahan mereka (4 kali) merupakan yang tersedikit di Liga Primer, unggul dari Chelsea dan Manchester United yang keduanya kalah lima kali.
Tak berhenti sampai di situ, 86 gol yang dicatatkan Harry Kane dan kawan-kawan merupakan yang tertinggi di Liga Primer. Chelsea yang menjadi juara mencetak 85 gol, Manchester City yang menjadi kesebelasan terproduktif ketiga dengan 80 gol.
Jumlah kebobolan skuat asuhan Mauricio Pochettino ini juga merupakan catatan tersendiri. Total 26 gol yang bersarang ke gawang mereka merupakan yang tersedikit di Liga Primer. Manchester United sebagai kesebelasan dengan kebobolan tersedikit kedua di bawah Spurs memiliki catatan kebobolan sebanyak 29 gol, diikuti oleh Chelsea dengan kebobolan 33 gol.
Maka bisa disimpulkan, sebenarnya Spurs musim lalu punya lini serang yang paling tajam dan lini pertahanan yang paling kuat. Yang menjadi batu sandungan mereka adalah hasil imbang saat menghadapi kesebelasan seperti Sunderland, Leicester City, Bournemouth, dan West Bromwich Albion serta saat dikalahkan West Ham United, yang di atas kertas seharusnya bisa menangkan. Sisanya, Tottenham tampil cukup konsisten, termasuk dengan keberhasilan menaklukkan tim-tim besar seperti Manchester United, Arsenal, Chelsea, dan Manchester City setidaknya sekali.
Selama musim 2016/2017, Spurs memang membuktikan diri bahwa mereka telah naik level, yang sebelumnya hanya berebut tiket Liga Europa menjadi pemanas persaingan zona Liga Champions, bahkan kandidat juara. Kesebelasan besar mampu ditaklukkan, hanya kesalahan-kesalahan kecil yang membuat mereka gagal meraih lebih banyak kemenangan ketika melawan kesebelasan kecil atau papan tengah.
Mungkin atas dasar itulah Pochettino tidak terlalu membutuhkan tambahan amunisi baru untuk musim depan. Ketimbang mencari pemain anyar, mereka berusaha mempertahankan pemain-pemain kunci agar tidak tergoda oleh kesebelasan lain. Hanya Kyle Walker pemain kunci Spurs musim lalu yang akhirnya hengkang (ke Manchester City).
Selain itu, Pochettino juga punya pengalaman bahwa pemain baru belum tentu bisa langsung beradaptasi dengan permainan Spurs. Hal ini terjadi pada musim lalu. Ketika itu Spurs menghabiskan sekitar 75 juta paun untuk membeli Moussa Sissoko, Vincent Janssen, Victor Wanyama, dan Georges-Kevin N’Koudou. Tapi dari keempat pemain tersebut, hanya Wanyama yang bisa langsung menjadi pemain kunci Spurs.
Oleh karena itu, dengan pemain yang ada, Pochettino akan lebih mengandalkan kohesi timnya yang sudah terbentuk sejak musim lalu. Terlebih pemain-pemain seperti Hugo Lloris, Toby Alderweireld, Jan Vertonghen, Danny Rose, Eric Dier, Dele Alli, Jan Vertonghen, Christian Eriksen hingga Harry Kane masih berkomitmen bersama Spurs untuk menjadi tulang punggung tim.
Untuk kepergian Walker, Spurs memberikan kepercayaan kepada Kieran Trippier. Pemain yang didatangkan dari Burnley pada 2015 ini punya segudang pengalaman untuk bermain sebagai full-back atau pun wing-back kanan di Liga Primer. Musim lalu, meski hanya bermain sebanyak 12 kali, ia mampu mencatatkan lima asis. Pemain berusia 26 tahun ini juga pernah mencatatkan 14 asis saat membela Burnley di Divisi Championship 2013/2014. Maka tak salah Pochettino berharap besar pada Trippier untuk menggantikan Walker yang musim lalu mencatatkan lima asis dari 33 penampilan.
Maka kekuatan Spurs musim ini tak akan jauh berubah dari musim lalu. Sisi positifnya, mereka tak perlu banyak beradaptasi dengan pemain dan strategi baru. Sisi negatifnya, kesebelasan lain yang meningkatkan kualitas skuatnya bisa jadi akan lebih baik dari musim lalu, dan bisa mengagetkan Spurs pada musim ini.
Meski begitu, dengan kekuatan seperti ini, tampaknya Spurs tetap bisa bersaing di papan atas Liga Primer musim ini. Walaupun bukan kandidat kuat juara, karena Spurs masih belum nyaman bermain di Stadion Wembley. Persaingan zona Liga Champions pada posisi empat besar Liga Primer tampaknya akan tetap melibatkan Spurs di dalamnya.
Komentar