Kinerja wasit asal Iran, Bonyadifard Mooud, yang memimpin jalannya pertandingan lanjutan Liga 1 Indonesia 2017 antara Persija Jakarta melawan PSM Makassar di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Selasa (15/8) menuai kritikan dari PSM. Mereka menilai beberapa keputusan yang dibuat Bonyadifard di babak kedua pertandingan tersebut keliru.
Salah satu yang paling disoroti adalah dianulirnya gol ketiga PSM yang dicetak oleh Willem Jan Pluim pada menit 82. Saat itu wasit asal Iran tersebut menganulir gol Pluim karena menganggap pemain asal Belanda itu telah terlebih dahulu melakukan pelanggaran handball saat mengontrol bola. Tak ayal gol tersebut pun akhirnya tidak disahkan wasit, yang akhirnya menuai kekecewaan dari kubu PSM.
Sempat ada protes keras yang dilakukan oleh pelatih PSM, Robert Rene Alberts, terhadap keputusan wasit yang menganulir gol ketiga Juku Eja dalam laga itu. Protes tersebut ditanggapi oleh wasit, namun tanggapan dari wasit tidak sesuai dengan keinginan Alberts, lantaran ia kemudian harus masuk ruang ganti lebih cepat karena diusir wasit yang menganggapnya telah melakukan protes berlebihan.
Seusai laga, Alberts mengungkapkan bahwa pertandingan sebenarnya berjalan sangat bagus. Kedua tim sama-sama berjuang untuk meraih kemenangan dalam laga sore itu. Anak asuhnya juga tampil cukup mendominasi pertandingan. Namun keputusan wasit yang menganulir gol Pluim membuat PSM gagal meraih kemenangan tandang keduanya di putaran dua Liga 1 Indonesia 2017.
“Saya kira pertandingan ini cukup bagus, kedua tim berjuang keras untuk memenangkan pertandingan. Kami bisa mendominasi jalannya pertandingan di babak pertama, dan memainkan sepakbola yang bagus. Tapi sayangnya gol ketiga kami dianulir, dan kami tidak bisa memenangkan laga,” katanya seusai pertandingan.
Alberts melanjutkan, selain kekecewaan keputusan wasit yang menganulir gol dari Pluim, kekecewaan terbesarnya juga bermuara pada hukuman kartu kuning yang diberikan wasit kepada pemain berusia 28 tahun itu. Menurutnya, wasit seharusnya tidak perlu memberikan kartu kuning kepada Pluim, sebab ketika gol dianulir, pesepakbola kelahiran Zwolle itu tidak melakukan protes keras terhadap wasit, bahkan pemain asal Belanda itu juga tidak datang menghampiri wasit. Menurutnya, itu menjadi sebuah keputusan yang membingungkan.
“Dengan kejadian ini kami kecewa. Kekecewaan terbesar kami adalah wasit yang dibawa dari negeri jauh, tetap masih di bawah standar kualitasnya. Kekecewaan terbesar kami juga terhadap keputusan wasit memberi kartu kuning kepada Pluim. Padahal setelah gol itu dianulir, Pluim tidak menghampiri wasit, dan tidak melakukan protes keras. Dia tidak melakukan apapun ke wasit, tapi dia malah dapat kartu kuning,” terangnya.
Mantan pelatih Arema FC itu juga menyarankan agar sepakbola Indonesia menggunakan teknologi Video Assistant Referee (VAR), menurutnya penggunaan teknologi tersebut sangat efektif untuk keputusan-keputusan dari wasit yang meragukan. Ia meyakini bahwa bila teknologi VAR diberlakukan dalam pertandingan tersebut maka gol Roda JC itu tidak akan dianulir wasit.
“Apa yang kita butuh adalah VAR, di mana bisa memengaruhi keputusan dengan memutar ulang rekaman. Saya percaya bahwa merujuk pada pengalaman saya selama 30 tahun melatih, karena saya tahu permainan apa yang dibuat di sini. Kalau misalnya VAR itu sudah digunakan, kita seharusnya tidak ada gol kami yang dianulir,” tegasnya.
Senada dengan Alberts, Kapten PSM, Hamka Hamzah, juga mengkritik kinerja wasit asal Iran yang memimpin pertandingan tersebut. Menurutnya, Pluim tidak melakukan handball sebelum melepaskan bola yang akhirnya mengoyak gawang Andritany Ardhiyasa. Hamka mengungkapkan bahwa kontrol yang dilakukannya tepat mengenai tubuh.
Selain itu Hamka juga menilai kalau keputusan wasit memberikan hadiah penalti kepada Persija pada babak kedua sangatlah keliru. Sebab pelanggaran yang dilakukan oleh dirinya kepada penyerang Persija, Reinaldo Elias da Costa terjadi di luar kotak penalti. Hamka cukup menyayangkan hal tersebut karena menurutnya wasit sangat bagus memberikan keputusan di babak pertama.
“Saya rasa babak pertama pertandingan sangat bagus, wasit juga bagus. Tapi babak kedua, ada penalti untuk Persija. Kalau lihat tayangan ulang itu pelanggaran sebenarnya di luar kotak penalti bukan di dalam. Kemudian gol ketiga kami dianulir, dan saya lihat kalau bola itu kena perut Pluim, bisa dilihat siaran ulangnya. Tapi wasit anggap kalau Pluim handball, dan gol dianulir,” tegasnya.
Melihat tayangan ulang, gol yang dicetak Pluim seharusnya sah. Sebab, ketika melakukan kontrol bola, tidak ada kontak tangan. Bola mengenai paha dan kemudian mengenai perut sebelum akhirnya jatuh yang kemudian langsung ditendang Pluim untuk menceploskan bola ke gawang Persija. Namun apapun, dalam pertandingan wasit punya hak absolut dalam memberikan keputusannya.
https://twitter.com/SuporterFC/status/897411938820308993
Kemungkinan Melakukan Pengajuan Protes
Terkait langkah yang akan dilakukan PSM mengenai hal tersebut, melalui media officer-nya, Andi Widya Syadzwina mengungkapkan bahwa ada kemungkinan upaya dari PSM untuk mengajukan protes kepada PSSI terkait kejadian yang cukup merugikan bagi Pasukan Ramang dalam pertandingan melawan Persija Jakarta kemarin.
“Iya (mengajukan protes). Karena hal-hal seperti ini terus berulang. Selain itu, kami juga mempertanyakan, protes-protes yang dilakukan PSM entah menjadi apa selama ini. Kalau urusan denda dan hukuman sangat cepat diberikan ke klub. Tapi, hak klub meminta keadilan jarang terdengar jawabannya,” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat.
Sebelumnya, perempuan yang akrab disapa Wina itu juga sempat memberikan kritikan terhadap keputusan wasit yang menganulir gol Pluim melalui postingan di Instagram pribadinya. Dalam postingan foto Pluim tengah berduel dengan pemain Persija Michael Orah.
“SUPER PLUIM!!! Only referee can STOP him. Gol dianulir. Eh ditambah lagi kartu kuning. Seandainya wasit asingnya "sehat" maka Pluim berhasil mencetak 2 gol cantik ke gawang Andritany yang bagi saya merupakan kiper terbaik Indonesia saat ini,” tulisnya.
Komentar