Dua trofi di Piala Super Spanyol 2016 dan Copa del Rey di akhir musim bisa dibilang sebagai gelar pelipur lara bagi Barcelona menutup musim 2016/2017. Mereka harus merelakan gelar juara La Liga Spanyol dan Liga Champions UEFA direbut oleh rival abadi mereka, Real Madrid.
Di kompetisi domestik, Barcelona sebenarnya bisa menempel ketat Madrid dalam perburuan gelar. Sebab selisih poin kedua kesebelasan hanya berjarak satu kemenangan saja pada akhir musim. Madrid unggul dengan 93 poin, sementara Barcelona 90 poin. Terlihat Blaugrana memberikan perlawanan sengit bagi Los Blancos dalam upaya meraih gelar La Liga ke-33 mereka.
Sementara di Liga Champions, Barcelona tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan laju impresif Madrid. Langkah Barcelona terhenti di babak perempat final usai takluk dari Juventus yang pada akhirnya mampu dikalahkan Madrid di laga final untuk memastikan gelar Liga Champions ke-12 mereka, yang diraih dalam dua musim beruntun.
Pukulan telak bagi Barcelona datang pada awal musim. Menghadapi Madrid di perebutan gelar Piala Super Spanyol, mereka takluk dengan agregat 5-1. Setelah kalah di Camp Nou dengan skor 3-1, Barcelona kembali menelan pil pahit saat diberondong dua gol tanpa balas di Santiago Bernabeu. Kekalahan tersebut kemudian seolah menyiratkan bahwa ada yang salah dengan Barcelona pada musim ini.
Kehilangan Neymar dan Semakin Tuanya Andres Iniesta
Permasalahan Barcelona dari musim lalu sebenarnya adalah minim pemain berposisi bek kanan. Setelah Dani Alves pergi, mereka sering mengandalkan Sergi Roberto atau Rafinha di sektor tersebut. Meski penampilan Sergi kerap menuai pujian, namun itu belum cukup untuk membuatnya layak disejajarkan dengan Alves. Masalah di sektor kanan pertahanan tampaknya mulai teratasi dengan kehadiran Nelson Semedo sebagai rekrutan anyar mereka di bursa transfer musim panas ini.
Ketika pos bek kanan yang menjadi masalah mulai menemukan titik terang penyelesaian, masalah lain justru merundung Barcelona setelah Neymar pergi ke Paris Saint Germain (PSG) dengan harga 220 juta euro. Hengkangnya Neymar membuat lini depan mereka menumpul. Trio Messi, Neymar, dan Suarez yang dikenal dengan sebutan trio MSN sebagai trisula maut Blaugrana dalam empat musim terakhir ini pun bubar.
Celakanya, hingga saat ini Barcelona belum menemukan pengganti yang tepat untuk Neymar. Dua pemain, Philippe Coutinho dan Ousmane Dembele dikabarkan menjadi buruan utama mereka. Namun hingga saat ini, perkembangan transfer kedua pemain tersebut masih stagnan. Liverpool sebagai kesebelasan pemilik Coutinho enggan melepas pemainnya itu walau Barcelona menawar dengan harga berapapun.
Sementara Dembele, tidak berbeda jauh dengan Coutinho. Bedanya Dortmund siap melepas pemain asal Prancis itu asal Barcelona memberikan penawaran yang sesuai dengan keinginan mereka. Apapun, bursa transfer musim panas masih akan berlangsung setidaknya hingga 31 Agustus mendatang. Masih banyak hal yang akan terjadi, untuk memastikan apakah Coutinho atau Dembele, atau malah kedua pemain tersebut justru merapat ke Camp Nou, termasuk kemungkinan keduanya tak bisa didatangkan.
Tapi kalau tidak kesampaian, tampaknya Barcelona harus bisa memaksimalkan skuat yang ada untuk tetap menerapkan skema 4-3-3 dengan mengandalkan Gerard Deulofeu yang baru didatangkan dari Everton musim panas ini atau Arda Turan di posisi yang ditinggalkan Neymar. Yang perlu menjadi perhatian, baik Deulofeu ataupun Arda harus bisa berkreasi bebas seperti Neymar, tidak terpaku pada pos sayap.
Satu masalah lain Barcelona adalah mereka minim pemain tengah berkreativitas tinggi. Setelah Xavi Hernandez hengkang, tinggal Andres Iniesta yang bekerja sebagai kreator lapangan tengah Barcelona. Masalahnya Iniesta kini semakin uzur, ia juga sudah lebih sering menepi karena cedera. Melihat komposisi pemain Barca saat ini, belum ada pemain tengah yang mampu meregenerasi sosok Iniesta.
Lihat saat pertandingan leg kedua Piala Super Spanyol di Madrid. Tanpa Iniesta, lini tengah Barca buntu dalam melakukan kreasi serangan untuk menerobos zona marking pertahanan Madrid. Akhirnya, Messi yang pada saat itu di plot sebagai penyerang lebih banyak turun menjemput bola. Tentu saja hal tersebut kemudian membuat Messi menjadi sasaran ‘intimidasi’ para pemain belakang Madrid.
Seandainya Coutinho bisa didapatkan, maka ini akan menjadi pembelian paling efektif Barca. Pemain asal Brasil itu punya kemampuan beroperasi di sektor kiri penyerangan dan gelandang serang. Coutinho bisa menjadi prospek gemilang sebagai pengganti Neymar atau tandem bagi Iniesta di tengah.
Apalagi, kalau Dembele juga berhasil direkrut. Jadi Dembelle bisa diproyeksikan sebagai pengganti Neymar, meski memang natural posisinya adalah sayap kanan, tapi tidak menutup kemungkinan ia bisa bersinar di sektor kiri. Sementara Coutinho fokus untuk meningkatkan kreativitas lini tengah Barcelona.
Aktivitas Barca pada bursa transfer kali ini memang tidak terlalu menggebrak. Selain Semedo dan Deulofeu, mereka juga baru merampungkan kesepakatan bersama Yerry Mina. Namun pemain belakang Palmeiras itu baru bisa memperkuat Blaugrana pada Januari nanti menyusul kesepakatan peminjaman langsung yang dilakukan Palmeiras.
Satu nama baru lainnya adalah Paulinho yang direkrut dari klub liga Tiongkok, Guangzhou Evergrande. Kedatangan Paulinho menuai banyak kritik dari para penggemar. Selain karena harganya yang mencapai 40 juta euro (cukup mahal), pemain asal Brasil itu juga berposisi sebagai gelandang bertahan.
Sejatinya, Barcelona sudah memiliki Sergio Busquets di sektor tersebut, yang berpotensi 40 juta euro yang dikeluarkan Barcelona hanya untuk menghias bangku cadangan mereka. Ini yang membuat para pendukung sepertinya berkedut jidat dengan keputusan pembelian Paulinho. Di saat mereka masih dipusingkan dengan hal yang lebih darurat mencari pengganti Neymar dan tandem Iniesta, mereka justru mendatangkan gelandang bertahan.
Baca juga: Pembelian Paulinho Menandakan Kemunduran La Masia
Adaptasi Valverde
Kalau boleh menerka, Barcelona saat ini sebenarnya tengah dalam masa transisi untuk kembali menemukan performa terbaiknya. Mereka baru saja ditinggal pergi Luis Enrique yang memutuskan mundur dari kursi pelatih Blaugarana. Sebagai pengganti, Ernesto Verde ditunjuk sebagai pelatih anyar mereka.
Alasan paling logis manajemen menunjuk Valverde sebagai pelatih baru bagi Lionel Messi cs tak lain karena saat aktif menjadi pemain ia pernah memperkuat Barcelona di era Johan Cruyff. Saat kembali ke Barcelona dengan status pelatih, Valverde ingin memberikan sentuhan lain bagi permainan tiki-taka Barcelona. Walau begitu, sebelumnya bersama Athletic Bilbao filosofi permainan Valverde lebih kepada direct football seperti yang ditampilkan Zinedine Zidane bersama Real Madrid.
Oleh karenanya butuh waktu tentunya bagi Valverde untuk menjadikan permainan umpan pendek khas Barcelona itu menjadi lebih berwarna. Tampak bahwa Valverde masih meraba-raba skema alternatif selain 4-3-3. Di pertandingan leg kedua Piala Super, secara mengejutkan ia menerapkan formasi 3-5-2.
Perubahan skema tersebut memang membuat Barcelona menjadi bahan bulan-bulanan Madrid. Tapi nilai plus dari percobaan tersebut adalah keberanian dalam bereksperimen dan tentunya upaya untuk membuat permainan Barcelona lebih baik walau tanpa ada Neymar dan Iniesta di dalamnya.
Meski secara kasat mata Barcelona sepertinya akan kesulitan untuk menembus dominasi Madrid di kompetisi domestik, tapi mereka tetaplah kekuatan besar di Spanyol dan Eropa. Di La Liga, peluang juara masih mereka miliki, asal segera menemukan bentuk terbaik permainan mereka bersama Valverde.
Foto: Daily Express
Komentar