Chelsea berhasil menghentikan rekor tak terkalahkan Tottenham Hotspur di kandang. Bertandang ke Stadion Wembley menghadapi Spurs dalam lanjutan laga Liga Primer musim 2017/2018, Minggu (20/8/2017) malam, The Blues berhasil meraih kemenangan dengan skor 1-2, lewat cetakan dua gol Marcos Alonso, yang hanya bisa dibalas sekali oleh Spurs lewat gol bunuh diri Michy Batshuayi.
Dalam pertandingan ini, manajer Chelsea, Antonio Conte melakukan sedikit perombakan pada formasi dasar yang biasa mereka gunakan. Jika lazimnya The Blues menggunakan formasi dasar 3-4-2-1, kali ini Conte menerapkan formasi dasar 3-5-1-1. Conte memainkan Tiemoue Bakayoko, David Luiz, dan N`Golo Kante secara bersamaan di lini tengah. Di sisi lain, Spurs tidak banyak melakukan perubahan, hanya Kieran Trippier saja yang mengisi posisi wing-back kanan, menggantikan Kyle Walker-Peters.
Pertandingan sendiri bisa dibilang berjalan berat sebelah. Spurs benar-benar menguasai pertandingan dengan persentase penguasaan bola sebesar 60% berbanding 40% milik Chelsea. Namun, di balik penguasaan bola Chelsea yang rendah ini, tercermin kecerdasan dari Antonio Conte di tengah-tengah kesulitan yang menghinggapi skuat The Blues ini.
Jarak pemain yang rapat sulitkan Spurs
Dalam pertandingan kali ini, Chelsea tidak terlalu aktif dalam menyerang. Ketiadaan Eden Hazard yang kerap menjadi motor serangan Chelsea membuat Antonio Conte mencoba sebuah skema yang lain. Bisa dikatakan, penguasaan bola yang lebih besar bagi Spurs adalah sesuatu yang memang sengaja diberikan Conte kepada The Lilywhites.
Sebagai gantinya, Chelsea menerapkan sebuah skema bertahan yang cukup baik. Sejak para pemain Spurs menguasai bola di lini pertahanan sendiri, para pemain Chelsea langsung menekan para pemain Spurs. Tiga pemain terdepan menekan tiga bek Spurs, dua gelandang tengah (David Luiz dan Kante) langsung menjaga area dan kemungkinan umpan ke tengah, dan dua wing-back mundur ke belakang membantu tiga bek di belakang.
Para pemain Chelsea pun kerap merapatkan jarak ketika para pemain Spurs menguasai bola. Jarak yang rapat ini, terutama di tengah, membuat para pemain Spurs sulit untuk menguasai lini tengah, mendistribusikan bola, serta pada akhirnya menciptakan peluang yang membahayakan gawang Chelsea. Jarak yang rapat ini pula yang membuat Moussa Sissoko, melakukan blunder kala bola direbut David Luiz, yang pada akhirnya berujung gol kemenangan Marcos Alonso.
Jarak antar pemain Chelsea yang rapat, terutama di tengah. Sumber: Whoscored
Meski bisa dibilang Chelsea tidak banyak menyerang, nyatanya memang Chelsea membiarkan Spurs untuk menyerang. Ketika menyerang, Chelsea lebih banyak mengandalkan lubang-lubang yang muncul di pertahanan Spurs ketika mereka menyerang, atau lewat set-piece seperti gol pertama yang juga dicetak Marcos Alonso.
Serangan yang monoton dari Spurs
Menghadapi tekanan dari para pemain Chelsea, serta sulitnya mereka membongkar rapatnya jarak antar pemain Chelsea, Spurs pun mencoba cara lain untuk membongkar pertahanan The Blues, yakni dengan lewat kedua sisi sayap mereka, memanfaatkan Ben Davies dan Kieran Trippier yang kerap maju membantu penyerangan.
Whoscored mencatat bahwa persentase serangan Spurs dari sayap kiri dan kanan sama jumlahnya, yakni 34% (kanan) dan 35% (kiri). Untuk jumlah umpan silang, Spurs juga mencatatkan jumlah yang cukup dominan, yakni 38 kali berbanding 15 kali milik The Blues, menunjukkan bahwa mereka memang dominan menyerang dari sayap.
Rute umpan pemain Spurs. Kebanyakan mengarah ke sayap sebelum akhirnya diarahkan ke Eriksen atau Alli. Sumber: 11tegen11
Namun, model serangan seperti ini ternyata dengan mudah dipatahkan oleh para pemain The Blues. Beberapa kali Andreas Christensen, David Luiz, Antonio Rüdiger, ataupun Cesar Azpilicueta dengan mudah menghentikan serangan dari Spurs ini. Serangan monoton mereka pun membuat pada akhirnya gol Spurs justru tercipta dari gol bunuh diri Michy Batshuayi, lewat proses set-piece.
Peran khusus Bakayoko
Tiemoue Bakayoko, bersama dengan Alvaro Morata, menjadi pemain yang mendapatkan debut pertama mereka di ajang Liga Primer musim 2017/2018 ini. Lain hal dengan Morata yang tampak begitu sulit untuk berduel dengan bek-bek jangkung Spurs macam Toby Alderweireld maupun Jan Vertonghen, Bakayoko justru mendapatkan peran yang cukup unik.
Saat bertahan, Morata dan Willian tidak terlalu agresif memberikan tekanan. Tapi ketika bola serangan Spurs sudah melewati garis tengah lapangan, di situlah Bakayoko beraksi dengan memberikan tekanan pada pemain Spurs yang menguasai bola. Walau begitu, ia tidak seagresif Kante, tapi cukup berhasil menutup pintu masuk ke area pertahanan terakhir Chelsea.
Bakayoko memang tidak cukup banyak berkontribusi dalam serangan Chelsea, karena peran box-to-box dalam laga ini kerap dijalankan secara bergantian oleh Luiz maupun Kante. Tapi peran khusus yang ia jalani ini membuat para pemain Spurs acap kesulitan membangun serangan dari bawah. Meski tidak mencatatkan aksi bertahan yang kelewat gemilang, kehadirannya dalam memberikan tekanan kepada lini pertahanan lawan adalah hal baik yang bisa ia lakukan di laga perdananya untuk Chelsea di Liga Primer.
***
Dengan kemenangan ini, The Blues yang sempat meraih hasil buruk di laga perdana Liga Primer menghadapi Burnley bisa kembali percaya diri menatap laga-laga ke depan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa status juara bertahan mereka itu masihlah ada. Kemenangan atas Spurs di Wembley ini adalah buktinya.
Di sisi lain, Spurs yang gagal meraih hasil positif dalam laga ini pun harus rela rekor kemenangan kandang mereka yang apik di musim 2016/2017 harus tercoreng atas kekalahan ini. Namun liga masih panjang, dan segala kemungkinan masih bisa terjadi antara Spurs dan Chelsea ini.
foto: @SquawkaNews
Komentar