Masa depan Kylian Mbappe di musim 2017/2018 ini lambat laun mulai menemui titik terang. Penyerang berusia 18 tahun dikabarkan segera menginjakkan kakinya di Parc des Princes, markas dari Paris Saint Germain (PSG). Media Perancis, L’Equipe melaporkan bahwa pada Minggu (27/8) malam waktu setempat, perwakilan PSG dan Monaco telah mencapai kesepakatan untuk proses transfer Mbappe.
Dalam laporannya, L’equipe mengungkapkan bahwa Mbappe segera menjadi bagian dari tim ibu kota Prancis itu dengan status sebagai pemain pinjaman. Namun ada opsi bagi PSG untuk mempermanenkan status pemain asal Prancis itu dengan sarat bahwa mereka harus membayar biaya transfer sebesar 180 juta euro kepada Monaco.
“PSG dan Monaco sudah melakukan pembicaraan dalam beberapa minggu terakhir, kesepakatan akhirnya terwujud pada Minggu kemarin untuk transfer Mbappe. Dia harus melakukan kunjungan medis paling lambat Senin pagi,” terang L’quippe dalam laporan tersebut.
Tentunya keputusan Monaco melepas Mbappe ke PSG cukup mengejutkan. Sebelumnya mereka bersikukuh bahwa pemain yang tampil gemilang dengan mencetak 26 gol dari 44 penampilan di semua ajang itu tidak dijual. Tawaran dari beberapa kesebelasan besar Eropa seperti Liverpool dan Real Madrid mereka tolak mentah-mentah.
Namun ketika PSG datang untuk ‘melamar’ sang pemain, Monaco seolah silau. Agak mengherankan juga dengan keputusan tersebut, lantaran PSG merupakan kompetitor utama mereka di kompetisi domestik. Secara kasat mata, menjual Mbappe ke kesebelasan seperti Madrid atau Liverpool akan lebih aman bagi Monaco ketimbang menjualnya ke PSG yang notabene kompetitor utama mereka di kompetisi domestik.
Namun apapun yang menjadi alasan yang mendorong faktor-faktor pemicu hingga kesepakatan antara PSG dan Monaco terjalin untuk proses transfer Mbappe, kabar tersebut sudah menjadi tajuk utama di Prancis atau bahkan Eropa. Sejauh ini belum ada pengumuman resmi dari kedua kesebelasan terkait kesepakatan transfer Mbappe.
https://twitter.com/SkySportsNews/status/901928140624326656
Namun pelatih Monaco, Lenardo Jardim, tampaknya sudah mulai pasrah dengan masa depan pemain andalannya itu. Meski begitu Jardim mengungkapkan bahwa keinginan dirinya adalah mempertahankan semua pemain andalan di tim. Namun ia juga tidak bisa bekerjasama dengan pemain yang sudah tidak lagi memiliki hati untuk berjuang bersama Monaco.
“Yang paling penting di Monaco adalah timnya, saya biasanya tidak mengatakan bahwa pemain lebih penting dari pada tim. Tentu saja saya ingin mempertahankan pemain terbaik saya, tapi metode saya adalah bekerja dengan mereka yang mau bermain untuk tim ini,” terangnya seperti dilansir dari L’quippe
”Kylian (Mbappe) adalah pemain dengan kualitas yang sangat baik, dia adalah pemain bintang. Namun, Monaco tidak terlalu bergantung pada kemampuannya. Pada musim lalu, kami memenangkan banyak pertandingan tanpa dia selama enam bulan pertama,” sambungnya.
Merujuk pada komentarnya di atas, tampak jelas bahwa Jardim sudah sangat siap untuk kehilangan Mbappe dari skuatnya musim ini. Namun Jardim menolak anggapan bahwa yang ia katakan mengindikasikan bahwa kepergian Mbappe dari Stade Louis II benar-benar akan terjadi.
Walau begitu ia juga mengaku tidak menolak dengan kemungkinan hengkangnya Mbappe ke PSG. Dikatakan bahwa dirinya tidak memiliki wewenang untuk mengatur masa depan Mbappe, karena itu merupakan domain klub.
“Saya tidak mengkonfirmasi atau menolak apapun tentang kasusnya. Saya tahu fans ingin menjaga James Rodriguez, Bakayoko, Mendy, Bernardo Silva, Martial, Kondogbia, Carrasco dan semua pemain terbaik kami untuk selamanya. Tapi saya juga mengerti proyek klub ini. Kami mengambil pemain muda untuk mencoba membuat kemajuan. Monaco memberi mereka pertunjukan besar, dan kami ingin mencurinya di setiap musim,” tegasnya.
Menghindari Pelanggaran FFP
Dikabarkan bahwa Mbappe sudah menyetujui kontrak selama lima tahun bersama PSG. Sebenarnya bisa saja klub ibu kota itu langsung menggaetnya secara permanen, namun untuk menghindarkan mereka dari hukuman Financial Fair Play (FFP) akhirnya kesepakatan peminjaman dengan opsi mempermanenkan status Mbappe pada musim berikutnya pun ditempuh. Menurut The Guardian, selain dengan Monaco, pihak PSG juga telah melakukan pembicaraan intensif dengan Federasi Sepakbola Eropa, UEFA, terkait hal tersebut.
Pada Jumat (25/8) lalu, Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengungkapkan bahwa pada bursa transfer musim panas ini pihaknya senantiasa memantau perkembangan perpindahan pemain yang terjadi. Dikatakan bahwa pihaknya tidak akan memberikan toleransi kepada kesebelasan manapun yang melakukan pelanggaran FFP. Jika ada satu kesebelasan yang melanggar aturan soal FFP maka UEFA tidak akan segan-segan memberi hukuman berat kepada mereka.
"Saya sangat serius tentang hal ini. Kami akan berusaha membantu klub mengerti tentang peraturan ini. Kami akan mencoba memberi tahu mereka tentang FFP. Tapi jika mereka tidak mematuhi kita akan menghukum mereka dengan berat. Saya tidak berbicara tentang PSG. Saya berbicara tentang setiap klub di Eropa. Kami memantau situasi, jendela transfer belum ditutup. Percayalah, kami sedang mengerjakannya," terangnya.
Dengan skema seperti itu, besar kemungkinan PSG tidak akan mengalami kerugian besar. Sebab mereka baru akan memberikan uang sebesar 180 juta euro pada musim depan. Kalau mempermanenkan status Mbappe musim ini, potensi kerugian yang mereka dapatkan bisa memicu pelanggaran FFP. Sebab sebelumnya mereka sudah menggelontorkan dana hingga 200 juta euro lebih untuk menggaet Neymar dari Barcelona
Sebelumnya, pada tahun 2014 lalu PSG pernah mendapat sanksi karena pelanggaran FFP. Hal tersebut terjadi setelah dalam dua musim terakhir PSG mengalami kerugian hampir 107,4 juta paun. Hal itu disebabkan borosnya pengeluaran klub dalam belanja pemain. Meski mendapat suntikan dana sebesar 165 juta paun, biaya tersebut belum menutup kerugian yang mereka alami.
Akibatnya, bersama dengan Manchester City dan tujuh kesebelasan Eropa lainnya, PSG mendapat sanksi tegas berupa denda dan pengurangan penggunaan pemain di Liga Champions. PSG hanya boleh mendaftarkan 21 pemain dari total 25 yang rata-rata didaftarkan kesebelasan lain. Namun sanksi tersebut akhirnya dicabut pada tahun 2015 lalu.
Foto: The Sun
Komentar