Sejak terakhir Chelsea menjuarai ajang Liga Champions musim 2011/2012, jarang terdengar kesebelasan asal Inggris yang mampu berbicara banyak di kompetisi yang mempertemukan antar klub Eropa ini. Manajer Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, menjabarkan pandangannya mengenai hal tersebut.
Dalam perhelatan Liga Champions beberapa musim terakhir, jarang terdengar kesebelasan asal Inggris mampu berbicara banyak seperti halnya pada musim 2007/2008 ataupun musim 2008/2009. Kala itu, kesebelasan-kesebelasan asal Inggris kerap menguasai babak semifinal dengan nama Liverpool, Manchester United, Chelsea, bahkan Arsenal mengisi slot kontestan di babak semifinal. Puncaknya adalah musim 2007/2008 saat All English final dihelat, mempertemukan Chelsea dan Manchester United di Stadion Luzhniki, Moskow.
Namun seiring berjalannya waktu, gaung kesebelasan-kesebelasan asal Inggris mulai jarang terdengar kembali melaju jauh dalam ajang Liga Champions. Terakhir, hanya Manchester City yang mampu melaju sampai babak semifinal. Mereka gagal menembus babak final setelah dikalahkan Real Madrid dalam ajang babak semifinal Liga Champions 2015/2016.
Menanggapi seretnya prestasi tim-tim asal Inggris dalam ajang Liga Champions, manajer Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino buka suara. Dalam jumpa pers yang digelar jelang laga antara Tottenham Hotspur melawan Borussia Dortmund yang dihelat pada Kamis (14/9/2017) dini hari, Pochettino menyebut bahwa sulitnya klub-klub Inggris berprestasi di ajang Liga Champions dikarenakan fokus klub-klub Inggris yang lebih tertuju kepada Liga Primer dan Piala FA.
"Ketika Anda bermain atau melatih klub Inggris, Liga Primer adalah kompetisi yang utama bagi setiap pemain. Di sini para pemain cukup serius soal perebutan gelar juara Liga Primer, dan tidak terlalu memikirkan kompetisi Liga Champions. Bisa jadi karena mereka memang tidak berada satu daratan dengan negara-negara Eropa lain," ujar Pochettino seperti disitat Daily Mirror.
Selain menyinggung soal beda daratan antara Inggris dan negara Eropa lain semisal Italia, Spanyol, ataupun Jerman (Prancis juga), Pochettino juga menyebut bahwa ada beda budaya yang membuat para pemain Inggris lebih mengutamakan Liga Primer dan Piala FA. Budaya di Inggris lebih mengutamakan kompetisi domestik dibandingkan dengan kompetisi di Eropa.
"Di Italia, Spanyol, Prancis, Liga Champions adalah kompetisi yang utama. Itu budaya mereka. Budaya Inggris berbeda karena mereka lebih mementingkan kompetisi domestik. Bagi para pemain Inggris, kompetisi yang utama itu Liga Primer, baru kemudian Piala FA," ungkapnya.
Soal beda budaya ini, secara pribadi Pochettino pernah mengalaminya. Itu terjadi ketika The Lilywhites berkompetisi dalam ajang Liga Europa pada musim 2015/2016. Berhadapan dengan lawan yang sama yang juga akan mereka hadapi pada Kamis (14/9/2017) dini hari nanti, Borussia Dortmund, mereka dikalahkan dengan total agregat 5-1 di babak 16 besar. Pochettino mengungkapkan bahwa saat itu para pemainnya lebih fokus dalam kompetisi domestik dibandingkan dengan kompetisi Eropa.
"Ketika itu (saat dikalahkan Dortmund) kami begitu fokus dalam mengejar Leicester City di kompetisi Liga Primer (Leicester pada akhirnya menjadi juara). Kita lebih mengutamakan kompetisi domestik kala itu dibandingkan dengan kompetisi Eropa," ujar Pochettino.
Melihat pandangan yang dikemukakan oleh Pochettino ini, tak heran jika belakangan ini klub Liga Primer jarang berprestasi dalam kancah Liga Champions seperti halnya di musim 2007/2008 ataupun 2008/2009. Fokus mereka lebih kepada kompetisi domestik, sehingga kompetisi Liga Champions pun mereka kesampingkan.
Komentar