Sriwijaya FC adalah salah satu tim besar di Indonesia. Mereka pernah meraih berbagai trofi prestisius seperti trofi Liga Indonesia, trofi Indonesia Super League, serta trofi Copa Indonesia. Tapi pada ajang Liga 1 2017 ini, mereka malah tampil melempem dan disibukkan untuk lolos dari jurang degradasi.
Sejak mengarungi ajang Liga 1 2017, Sriwijaya FC tampil inkonsisten. Jika biasanya mereka berada di papan atas atau bertarung untuk memperebutkan gelar juara, dalam perhelatan Liga 1 ini tim berjuluk "Laskar Wong Kito" tersebut malah berada di papan bawah dan sekarang sedang berusaha untuk lolos dari jerat degradasi yang semakin mengancam mereka.
Padahal dari segi komposisi pemain, Sriwijaya FC tidak terlalu banyak mengubah susunan pemainnya dari ajang ISC 2016. Nama-nama seperti Beto Goncalves, Hilton Moreira, serta penjaga gawang yang pada ISC 2016 silam menarik perhatian, Teja Paku Alam, masih berada di dalam skuat. Mereka hanya melakukan penguatan dengan merekrut Bio Paulin Pierre, Yanto Basna, Rachmad Hidayat, M. Roby, Dominggus Fakdawer, serta merekrut marquee player Tijani Belaid.
Namun penguatan yang dilakukan oleh tm Sriwijaya FC itu tidak berdampak terlalu baik bagi penampilan "Laskar Wong Kito" dalam ajang Liga 1 2017. Sampai pekan ke-24 ini, mereka masih berada di peringkat ke-12 klasemen sementara Liga 1 2017. Total kebobolan mereka pun cukup memprihatinkan, yakni 33 gol (salah satu terburuk di Liga 1) dengan selisih gol -5 (mereka hanya memasukkan 28 gol).
Melihat catatan mereka sejauh ini yang lumayan memprihatinkan sampai pekan ke-24, beberapa perbaikan pun tampaknya harus dilakukan oleh Sriwijaya FC.
Masalah di lini pertahanan yang masih harus dibenahi
Sejak putaran pertama, Sriwijaya FC mengalami sedikit masalah dengan lini pertahanan mereka. Masalah ini ternyata berlanjut sampai mereka mengarungi putaran kedua Liga 1 2017. Alih-alih membaik, apalagi dengan hadirnya Bio Paulin Pierre yang baru pulih dari cedera, pertahanan Sriwijaya FC tidak menunjukkan tanda-tanda adanya perbaikan.
Sampai putaran kedua ini, kinerja di lini belakang Sriwijaya FC masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri yang harus diselesaikan. Pada pertandingan terakhir yang mereka jalani menghadapi PSM Makassar, empat gol yang bersarang ke gawang Teja Paku Alam tercipta karena koordinasi yang buruk antar pemain di lini bertahan SFC.
Dalam beberapa kesempatan, Yanto Basna dan Marckho Sandy terlalu sering naik ke depan dan menerapkan garis pertahanan yang kelewat tinggi. Hal ini acap dimanfaatkan oleh lawan-lawan mereka. Seperti ketika melawan Persib, beberapa kali Ezechiel N`Douassel mampu menembus lini pertahanan SFC yang garisnya terlalu tinggi ini, pun dengan winger-winger Persib macam Shohei Matsunaga maupun Febri Haryadi.
Ketika melawan PSM, M. Rahmat dan Wiljan Pluim juga berhasil memanfaatkan kelemahan garis pertahanan tinggi SFC ini. Meski ada nama anyar semisal Dominggus Fakdawer ataupun Bio Paulin yang baru sembuh dari cedera, keduanya juga kerap melakukan hal yang sama. Kebiasaan ini yang kerap membuat gawang "Laskar Wong Kito" mudah dibobol lawan sehingga mereka tiga kali beruntun harus menerima kekalahan.
Evaluasi besar bagi Sriwijaya FC harus cepat dilakukan apabila tidak ingin terus-menerus menerima kekalahan dan bertengger di posisi ke-12 klasemen sementara Liga 1 2017. Koordinasi di lini pertahanan, serta soal garis pertahanan yang kerap kali kelewat tinggi harus menjadi masalah yang diperhatikan oleh pelatih SFC, Hartono Ruslan.
Penyerangan yang harus lebih efektif lagi
Secara penyerangan, Sriwijaya FC pun perlu pembenahan tersendiri. Dari data yang dihimpun di situs resmi Liga 1 2017, tercatat Sriwijaya FC menorehkan 208 tembakan ke gawang lawan, dengan total 100 tembakan yang mengarah ke gawang. Jumlah ini terhitung cukup banyak di antara kontestan-kontestan Liga 1 2017 yang lain.
Masalah pun muncul dalam soal pemanfaatan peluang dan tembakan yang ditorehkan oleh Sriwijaya FC tersebut. Dari total 100 tembakan yang mengarah ke gawang tersebut, hanya 28 saja yang berbuah menjadi gol. Dari catatan itu, bisa dilihat bahwa Sriwijaya FC tidak terlalu efektif. Mereka terlalu banyak membuang-buang peluang.
Duet Hilton Moreira dan Beto Goncalves yang cukup tajam dalam ajang ISC 2016 sudah mulai menunjukkan penurunan pada ajang Liga 1 2017. Meski mereka masih menjadi andalan dengan torehan 19 gol dari 28 gol yang dicetak oleh Sriwijaya FC, keduanya sudah mulai menunjukkan penurunan performa dengan cukup banyak membuang peluang. Keduanya tidak setajam ketika ajang ISC A 2016 silam.
Beto Goncalves, sosok yang masih diandalkan SFC di lini depan
Namun pada intinya tugas mencetak gol seharusnya tidak diserahkan kepada Beto dan Hilton saja. Pemain-pemain lain juga harus dimanfaatkan dalam usaha mencetak gol. Ada nama Muhammad Nur Iskandar serta Airlangga Sucipto yang sebenarnya bisa menjadi jalan lain ketika Beto-Hilton berhasil dimatikan lawan. Belum lagi ada Tijani Belaid yang juga dapat dimanfaatkan dalam situasi set-piece maupun tendangan jarak jauh.
Tapi lebih dari itu, penyerangan SFC harus lebih efektif. Setiap peluang yang ada harus dimanfaatkan betul, dan jangan sampai berlalu begitu saja.
***
Masih ada sisa 10 pertandingan yang akan dijalani oleh SFC ini. Pembenahan masih bisa dilakukan oleh jajaran pelatih "Laskar Wong Kito" agar di akhir musim mereka tidak terjerembab ke zona degradasi. Poin-poin masih bisa dikumpulkan agar hal tersebut bisa dihindari oleh kesebelasan yang bermarkas di Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang ini.
Selain itu, kegagalan musim ini bisa dijadikan pembelajaran, serta membentuk fondasi yang kuat untuk kompetisi musim depan sehingga SFC bisa menjadi tim yang kembali disegani oleh lawan. Jika ini dilakukan, bukan mustahil gelar juara akan kembali bisa didapat oleh Sriwijaya FC. Tidak untuk musim ini, tapi setidaknya untuk musim depan.
foto: liga-indonesia.id
Komentar