Mencoba berkarier di olahraga tenis dilakukan Paolo Maldini setelah pensiun sebagai pesepakbola profesional. Ia mengungkapkan kesulitannya bermain tenis. Maldini lebih terbiasa menggalang pertahanan dengan rapih ketimbang mengontrol bola lebih kecil dengan memakai raket yang lebih berat daripada sepatu. Apalagi selama 26 tahun menggeluti sepakbola bukanlah waktu yang sebentar bagi Maldini.
"Ini seperti sedang menulis sebuah puisi setelah mempelajari matematika selama bertahun-tahun," kata legenda hidup AC Milan itu seperti dikutip dari The Guardian.
Maldini bukanlah satu-satunya pemain yang mencoba cabang olahraga lain setelah pensiun sebagai pesepakbola. Di kawasan East End, London, terdapat sebuah sasana tinju yang pernah menjadi tempat latihan para atlet juara seperti Audley Harrison, Lennox Lewis, dan lainnya. Di sanalah Rio Ferdinand sering menunjukkan batang hidungnya dalam beberapa waktu terakhir ini.
Sudah dua tahun ia pensiun sebagai pesepakbola profesional sekaligus kehilangan istrinya yang meninggal digerogoti kanker, selama ini Ferdinand selalu berterus terang tentang kesedihannya setelah istrinya meninggal. Hal itu diduga menjadi faktor utama Ferdinand menerima tantangan yang diajukan kepadanya pada tiga bulan lalu, yaitu mendalami cabang olahraga tinju.
"Saya telah melalui beberapa hal (menyedihkan) dalam hidup saya dan ini adalah cara untuk menyalurkan agresi itu. Terkadang kemarahan itu bisa menjadi sesuatu yang bisa saya fokuskan. Fokus pertama saya adalah mendalami pekerjaan ini (tinju)," ungkap mantan pesepakbola yang pensiun di Queens Park Rangers (QPR) tersebut.
Setelah pensiun, Ferdinand memang merindukan keringat-keringat yang mengeluarkan zat kimia dari dalam tubuhnya. Tinju dianggapnya sebagai cara yang bagus untuk kembali merasakan hal-hal seperti itu. Ferdinand punya berbagai alasan mengapa memilih tinju, salah satunya untuk menguji dirinya sebagai seorang manusia.
"Kesempatan untuk membuktikan diri di dalam olahraga yang baru itu benar-benar menarik. Tinju adalah olahraga yang luar biasa bagi tubuh dan pikiran. Saya selalu memilik hasrat untuk tantangan ini. Ini adalah kesempatan yang sempurna untuk menunjukkan kepada orang-orang tentang apa yang mungkin bakal terjadi. Tantangan yang jelas tidak bisa saya anggap remeh," bebernya.
Jelas tidak semua orang bisa menjadi petinju profesional. Ferdinand yang berlatar olahragawan dari sepakbola pun membutuhkan dorongan dari berbagai pihak. Pria 38 tahun itu melakukan latihan secara teratur dan rutin membentuk fisiknya dengan fitnes. Rutinitas itu dilakukan Ferdinand karena sadar bahwa nama besar yang melekatnya karena sepakbola bukanlah dorongan utama.
"Saya melakukan tahap demi tahap. Saya tidak akan mengatakan bakal melakukan x, y, dan z ketika ada begitu banyak rintangan. Saya tidak melihat ini seperti sirkus, saya sangat menghormati tinju," tegas mantan bek tengah Manchester United tersebut.
Ferdinand selama ini berlatih secara insentif dengan Richie Woodhall. Ia adalah mantan petinju kelas menengah profesional di Inggris. Ferdinand juga berteman baik dengan Anthony Joshua yang masih aktif sebagai petinju kelas berat di Inggris. Tidak hanya meminta saran dan pengalaman, Ferdinand juga sering menonton pertarungan-pertarungan Joshua di ring tinju. Pada unggahan video latihan tinjunya pun Joshua bercanda dengan Ferdinand di kolom komentar Instagram.
Aktifnya unggahan-unggahan Ferdinand tentang cabang olahraga barunya itu tentu mendapatkan respons dari banyak kalangan. Respons pertama tentu dari orang-orang yang masih menikmati sepakbola seperti Gary Neville, mantan rekannya di Manchester United. Bahkan ia mengaku sempat berbicara dengan Sir Alex Ferguson, mantan pelatihnya, tentang keputusan Ferdinand mendalami tinju.
"Ferdinand mengambil risiko. Dia menantang dirinya sendiri. Dia tidak pernah berdiri untuk diam, dia selalu melakukan sesuatu yang berbeda dan Anda harus mengagumi itu. Orang-orang bisa bersikap negatif tentang apapun," ujar Neville, "Semoga dia mendapatkan yang terbaik dari risiko yang diambilnya. Dia lebih berani daripada saya," sambungnya seperti dikutip dari Independent.
Para mantan pesepakbola yang menjadi petinju
Komentar lainnya muncul dari mantan petinju bernama Curtis Woodhouse. Ia bukan sekadar mantan petinju. Sebelum mendalami olahraga itu, Woodhouse adalah seorang mantan penyerang Sheffield United. Selama masih menjadi pemain sepakbola pun Woodhouse sering latihan tinju tanpa sepengetahuan pelatihnya di Sheffield.
Ia baru melakukan debut pertarungannya pada 2006 silam dan melanjutkan kariernya selama delapan tahun. Bahkan Woodhouse sempat bertarung dengan petinju ternama, Darren Hamilton, dan berhasil menjuarai kelas super ringan Inggris pada 2014 lalu. Pada tahun itu juga ia pensiun dan kabarnya akan kembali bertinju lagi dalam waktu dekat ini menghadapi Arvydas di Doncaster.
Woodhouse pun ikut kaget ketika mengetahui kabar Ferdinand akan menjadi petinju dari Twitter. Woodhouse berbagi cerita sesuai dengan pengalamannya, terutama soal kegelisahan dan ketegangan di atas ring. Mengenai pilihan Ferdinand, ia paham bahwa mantan pesepakbola selalu merindukan daya saing ketika pensiun, "Saya mengira Twitter-nya (Ferdinand) telah di-hack," cetusnya.
"Saya tidak terkejut dengan latihan dan semuanya, tapi sisi teknis pertandingan (tinju) itu benar-benar sulit. Ada banyak hal yang terjadi di dalam ring tinju ketika masuk ke sana. Butuh waktu yang lama untuk merasa nyaman di ring tinju. Ego Anda akan mengetukmu dan harus terbiasa. Dia pasti akan berjuang," sambung Woodhouse seperti dikutip dari ESPN FC.
Selain Ferdinand dan Woodhouse, bekas pesepakbola lain yang menjadi petinju setelah pensiun adalah Leon McKenzie, mantan pemain Crystal Palace, Fulham, Norwich City, dan Charlton Athletic. Tapi keputusannya itu tidak aneh karena McKenzie merupakan anak dan keponakan dari mantan petinju kelas berat ternama di Eropa.
McKenzie memulai debut tinjunya setelah pensiun dari sepakbola pada 2013 dalam usia 35 tahun. Selama empat tahun ia menekuni tinju dan harus pensiun karena kondisi fisiknya yang sudah tidak mendukung, "Seluruh pikiran dan hati saya ingin terus bertinju. Sayangnya tubuh saya tidak mengizinkannya yang membuat saya tidak ada pilihan selaih pensiun," imbuhnya seperti dikutip dari Daily Mail.
Campur tangan komersial mengikuti pilihan Rio Ferdinand
Sebetulnya keseriusan Ferdinand untuk menjadi petinju profesional sempat dipertanyakan. Hal itu karena Ferdinand terikat dengan perusahaan judi bernama, Betfair. Memang dorongannya untuk menjadi petinju tidak lepas dari bantuan Betfair. Diperkirakan bahwa ia bisa menerima uang 250 ribu paun lebih dari beberapa pemegang saham di Betfair sebagai keuntungan komersial pada program tinju di televisi.
Hal komersial itu seperti yang dikatakan promotor tinju bernama Barry Hearn. "Ini menggelikan. Saya suka Rio, jangan salah sangka. Tapi ini adalah iklan untuk reality show di TV," cetusnya. "Tidak apa-apa jika hanya ingin membuat sedikit menyenangkan. Membuat acara TV dan menghasilkan sejumlah uang. Kuharap dia beruntung dan menikmatinya. Tapi harus berhati-hati karena (tinju) itu berbahaya," sambungnya.
Ferdinand sendiri memang akan mengikuti pertarungan tinju bernama Defender to Contender. Pertarungan itu bisa dijadikan tahap awalnya untuk mendapatkan lisensi dari Federasi Tinju Inggris. Lagipula Betfair pun akan membantunya untuk mendapatkan lisensi. "Dengan tim ahli dari Betfair yang bergabung dan dorongan yang harus saya selesaikan, apapun bisa dilakukan," cetus Ferdinand.
Tapi apapun keputusan Ferdinand di dunia tinju merupakan tujuannya untuk menyehatkan fisik maupun pikirannya. Ia membutuhkan sesuatu agar memotivasi dua anaknya yang berada di akademi sepakbola. Ferdinand hanya ingin memberikan contoh yang baik melalui tinju, yaitu menunjukkan perlunya fokus dan disiplin di dalam sebuah kehidupan.
Komentar