Evolusi Man City Dimulai dari Bek Sayap

Taktik

by Dex Glenniza 31931

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Evolusi Man City Dimulai dari Bek Sayap

Manchester City berbelanja pemain dengan sangat mahal di jendela transfer musim panas. Siapa yang mengira jika pembelian-pembelian yang berbau sepakbola bertahan (tiga bek sayap dan satu penjaga gawang) justru akan membuat mereka bisa mencetak 21 gol dalam enam pertandingan awal Liga Primer Inggris? Seolah ada jaminan Man City akan mencetak 3,5 gol di setiap pertandingannya.

Jangan kaget karena mereka membeli tiga bek sayap berkelas, yaitu Kyle Walker, Danilo, dan Benjamin Mendy. Ditambah dengan penjaga gawang Ederson, pengeluaran transfer mereka sudah melebihi 150 juta paun. Sementara Bernardo Silva, seorang winger, juga didatangkan dengan harga 43 juta paun.

Hal ini mereka lakukan karena Josep Guardiola juga melepas empat bek sayap mereka, yaitu Gaël Clichy, Bacary Sagna, Pablo Zabaleta, dan Aleksandar Kolarov. Sebaliknya, menjawab kenapa City berhasil mencetak banyak gol dengan pembelian pemain-pemain bertahan justru membuat kita sadar jika Guardiola benar-benar menuntut kontrol penuh dari para pemainnya.

Guardiola yang kita kenal memainkan sepakbola tiki-taka di Barcelona sudah berevolusi menjadi manajer yang lebih fleksibel di Bayern München dan Man City. Evolusi, sesuai namanya, adalah proses yang berjalan dengan sangat lambat. Maka dari itu, bagi kita mungkin tidak bisa melepaskan istilah tiki-taka dari Guardiola di Man City, meski pada kenyataannya tidak 100% serupa.

Bek sayap adalah pemain yang berperan sangat penting pada “sepakbola kontrol penuh” Pep. Satu pertanyaan lain yang timbul sebelum musim dimulai juga adalah: siapa yang akan menjadi penyerang utama Pep, Sergio Agüero atau Gabriel Jesus?

Untuk menjawab peran penting bek sayap dan juga pertanyaan penyerang utama Man City, Guardiola memiliki jawaban yang menyenangkan semua orang, yaitu formasi 3-5-2.

Formasi dan perubahan yang memfasilitasi “sepakbola kontrol penuh” Pep

Formasi 3-5-2 (kadang ditulis 3-1-4-2) berarti memiliki tiga bek tengah dan dua bek sayap. Anggap saja lima bek. Ditambah satu gelandang bertahan. Anggap saja jadinya enam bek. Wah, bagaimana bisa formasi "sedefensif" ini menghasilkan 21 gol dalam enam pekan pertandingan Liga Primer?

Baca juga: Potensi Man City yang Semakin Menyeramkan Sudah Terlihat

Formasi memiliki arti lebih dari sekadar angka-angka, terutama untuk Pep. Dengan formasi 3-5-2, bukan hanya ia menduetkan Agüero dan Jesus, tapi ia juga berhasil menekankan penegasannya kepada para bek sayapnya.

Selain itu, salah satu bek tengah termahal di dunia, John Stones, juga akhirnya bisa difasilitasi untuk menunjukkan potensinya sebagai jangkar di pertahanan Man City. Di saat yang bersamaan, Kevin De Bruyne dan David Silva dibiarkan bebas memainkan penyerangan yang cair di belakang duet Agüero dan Jesus.

Hal di atas pada akhirnya (setidaknya sejauh ini) bisa memuaskan semua pihak; semua pemain, pendukung Man City, penonton netral (karena sepakbola yang menghasilkan banyak gol), dan juga para manajer FPL (terutama karena tidak perlu menghadapi dilematisme Agüero-Jesus).

Agar lebih fleksibel, Guardiola beberapa kali sering membuat kesebelasannya memainkan formasi empat bek, baik 4-3-3 (sering juga disebut 4-1-4-1) atau 4-4-2, baik di tengah pertandingan maupun dari awal. Jika ia bermain dengan tiga penyerang (4-3-3), Raheem Sterling dan/atau Leroy Sané (juga Bernardo Silva jika sudah nyetel) akan menyediakan kecepatan dan kreativitas di wilayah yang lebih melebar.

Bahkan ketika kehilangan pemain (bermain dengan 10 pemain), Guardiola tetap menyetel kesebelasannya untuk menguasai bola, seperti yang ditunjukkan saat imbang 1-1 melawan Everton di pekan kedua Liga Primer, satu-satunya City gagal menang di liga sejauh musim ini.

Baca juga: Respons Taktik yang Baik dari 10 Pemain Man City

Saat itu Guardiola terus melakukan perubahan, dari mulai 3-1-4-1 dengan formasi berlian di belakang, sampai kemudian 4-1-3-1 yang membuat bentuk seperti empat berlian dari kiper (Ederson) sampai ke gelandang serang (Sterling).

Dengan rencana-rencana seperti ini, tidak heran Guardiola bisa membuat The Citizens menjadi kesebelasan yang paling ditakuti di Inggris dan juga Eropa. Jika tidak percaya, tanya saja kepada Jürgen Klopp yang kesebelasannya, Liverpool, dibantai 5-0.

Peran bek sayap sebagai kunci penguasaan bola dan penciptaan peluang

Salah satu hal yang membuat Guardiola dan Man City belum bisa dihentikan sejauh musim 2017/2018 ini adalah karena para bek sayapnya. Tapi kita biasanya penasaran, kenapa Guardiola sangat mengagungkan possession? Kemudian kenapa bek sayap sangat penting pada permainan bertipikal seperti ini?

Bersambung ke halaman berikutnya

Komentar